Mertua Gemar Meminta

By nova.id, Kamis, 20 Januari 2011 | 17:01 WIB
Mertua Gemar Meminta (nova.id)

Tentu kita harus pula mempertimbangkan skala prioritas yang sudah disepakati. Dengan begitu, kita tak bakal terkecoh untuk memenuhi permintaan orang tua/mertua yang memang tak perlu. Misal, mereka minta dibelikan parabola padahal TV di rumahnya cuma berukuran seadanya dan tergolong usang.

Lain hal jika permintaan mereka bisa dikategorikan kondisi mendesak atau darurat semisal sakit keras, pasti butuh pertimbangan khusus. Malah, tanpa diminta pun, sudah sepantasnya kita mengirimkan bantuan. Soal jumlahnya, lagi-lagi amat tergantung kemampuan keuangan keluarga. Jika memang tak mencukupi, jangan segan untuk membicarakan dan mencari jalan keluarnya bersama saudara atau ipar-ipar.

JELASKAN PADA MERTUA

Di sisi lain, orang tua/mertua seyogyanya harus pula menerima kenyataan bahwa anaknya sudah menikah dan punya tanggung jawab sendiri dalam keluarganya. Hingga, kalaupun tanda bakti sudah mengakar, janganlah ngotot ingin diprioritaskan oleh anak-menantunya semisal minta ini-itu yang harganya diluar jangkauan kemampuan anak-menantu.

Untuk itu, tak ada salahnya orang tua/mertua diajak membumi, tanpa mengurangi rasa hormat kita pada mereka. Yang perlu kita lakukan, menyadarkan mereka bahwa membesarkan anak merupakan kewajibannya selaku orang tua, bukan suatu bentuk kemurahan hati yang harus dibalas. Hingga, kita jadi tak terbelenggu oleh perasaan berutang budi dan tak perlu pula merasa merasa bersalah jika tak mampu memberi. Dengan begitu, kita pun memberinya lebih karena dorongan ingin memberi, bukan lantaran terpaksa. Selain, kita jadi tak merasa rikuh ketika harus menolak permintaan beliau.

Namun, cara bicaranya harus hati-hati, ya, Bu-Pak. Jangan sampai orang tua/mertua merasa tersinggung. "Pandai-pandailah memilih kata dan cara bicara yang pas untuk mereka," anjur staf pengajar tak tetap di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, ini. Misal, "Memang enaknya punya parabola, ya, Ma, tapi harganya mahal sekali. Lagi pula, sekarang, kan, sudah banyak chanel TV." Atau, kala beliau mengeluh yang menjurus pada permintaan, cukup dengarkan saja dan tanggapi sambil lalu tanpa menebar harapan, semisal, "Oh, ya, tetangga sebelah sudah punya parabola? Nanti, deh, kita beli kalau dapat undian berhadiah."

Jikapun beliau tersinggung, pesan Catherine, tak perlu kelewat dirisaukan. "Enggak apalah sesekali beliau tersinggung. Masa, sih, kita harus nyeneng-nyenengin terus, sementara kondisi keuangan kita morat-marit." Atau, alihkan saja permintaannya dengan membelikan barang yang lebih terjangkau dan lebih cocok untuknya. Soalnya, orang tua kerap memakai "senjata" dengan permintaan yang "aneh-aneh" hanya sekadar ingin minta perhatian. Selain, tak jarang orang tua/mertua sebetulnya cuma mau pamer. Sering, kan, kita dengar ungkapan, "Ini, lo, aku dibelikan parabola sama anakku yang tinggal di Jakarta." Jadi, pahami betul ya, Bu-Pak, apa motivasi mertua saat meminta sesuatu. Bagaimanapun, kitalah yang harus mengerti karena mereka yang berangkat menuju usia tua, biasanya berbalik seperti kanak-kanak kembali.

Nah, sekarang sudah ketemu solusinya, kan? Nanti, kalau kita jadi mertua harus ingat, lo; jangan minta macam-macam sama anak-menantu.

JANGAN "MENYUAP" MERTUA

Dalam seminar Lebih Irit = Lebih Boros beberapa waktu lalu di Jakarta, psikolog Rieny Hassan memberikan tips berikut:

* Berani bersikap tegas untuk berkata "tidak" bila permintaan mertua sudah kita anggap diluar batas kemampuan maupun etika hidup berumah tangga.

*Tak perlu malu mengatakan bila memang kita harus kerja keras menabung dulu untuk membeli rumah sendiri atau mencukupi kebutuhan utama lainnya.