Boleh Kok Main Perang-Perangan

By nova.id, Sabtu, 14 Mei 2011 | 17:05 WIB
Boleh Kok Main Perang Perangan (nova.id)

Tak hanya itu, dengan dilarang berarti ia tak tahu bagaimana rasanya menang dari perjuangan yang dilakukan sendiri atau bersama kelompok. Pun bagaimana rasanya kalah. "Tapi coba kalau ia mengalaminya sendiri, ia jadi tahu bahwa dalam pertandingan itu selalu ada yang kalah dan menang. Hingga, ia pun tahu bahwa kalau ia bermain, konsekuensinya adalah menang atau kalah. Namun tetap wajib berjuang seoptimal mungkin."

Nah, tugas kitalah untuk menjaganya agar ia memperoleh dampak positif dari permainan ini. Jadi, tak perlu khawatir lagi, ya, Bu-Pak.

Gazali Solahuddin/nakita

 Si Upik Pun Boleh

Meski umumnya permainan ini kerap dilakukan anak lelaki, bukan berarti anak perempuan tak boleh memainkannya, lo. Dampak negatif dan positifnya juga sama, tergantung kita mau menjadikannya positif atau negatif.

Namun yang kerap dikhawatirkan orang tua pada anak perempuan lebih dilandasai pada kekhawatiran si Upik bakal jadi kelaki-lakian atau tomboi. Meski, kekhawatiran ini sebenarnya tak perlu ada. Soalnya, permainan perang-perangan yang dilakukan si Upik berbeda dengan si Buyung. "Anak perempuan itu, kan, empatinya lebih tinggi, hingga ia bisa lebih memahami perasaan orang lain dari pada anak lelaki," kata Tari.

Hal ini terjadi lantaran kerja otak kiri dan otak kanan si Upik berbeda dengan si Buyung. Pada anak lelaki, terangnya, belahan otak kirinya lebih banyak bekerja, sedangkan perempuan justru otak kanannya. Jadi, kala main perang-perangan dan si Upik tak sengaja melukai temannya, ia akan lebih merasa seperti apa yang dirasakan oleh temannya itu.

Dengan demikian, orang tua lebih mudah untuk memberikan pengertian pada si Upik. Itulah mengapa, pada anak perempuan, dalam bermain perang-perangan jarang disertai acara memukul.