Jangan Takut Terhadap Anthrax

By nova.id, Jumat, 6 Mei 2011 | 17:01 WIB
Jangan Takut Terhadap Anthrax (nova.id)

Asalkan daging dimasak sampai benar-benar matang dan kita selalu menjaga kebersihan pribadi serta lingkungan, tak perlu takut dengan "ancaman" penyakit yang satu ini.

Belakangan ini makin banyak orang takut mengkonsumsi daging lantaran khawatir terkena penyakit Anthrax. Padahal, penyakit yang menyebabkan kematian 3 orang di Desa Hambalang kecamatan Citereup Kabupaten Bogor pada November lalu, sebenarnya sudah dikenal sejak jaman dulu. Malah, pada 1613 di Eropa selatan, 60 ribu orang meninggal lantaran Anthrax. Namun baru pada 1876, Robert Koch menemukan bakteri yang disebut bacillus anthracis. Sedangkan di Indonesia, penyakit ini baru dikenal pada jaman kolonial Belanda, tepatnya 1885.

Menurut dr. Budi Tri Akoso, sebenarnya Anthrax merupakan penyakit tanah, berbentuk spora Anthrax dan tahan hidup berpuluh-puluh tahun lebih di daerah tersebut. Jadi, hewan yang menderita penyakit ini adalah yang tertular bacillus anthracis dari tanah. Nah, bila hewan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka yang bersangkutan akan tertular. Namun, penyakit ini tak melulu ditularkan melalui perantara hewan, melainkan bisa juga lewat udara (debu/dust dari tanah tersebut), bulu binatang, kulit, tanah itu sendiri.

"Jadi, penularannya pada manusia bisa lewat internal dan eksternal. Yang internal, yaitu jika kita memakan daging dari hewan yang terkena bakteri Anthrax. Sedangkan yang eksternal bisa melalui tanah langsung atau kita menghirup debu yang membawa bakteri tersebut, atau melalui darah si hewan," tutur Direktur Bina Kesehatan Hewan pada Direktorat Jendral Perternakan Indonesia ini.

Bila melalui tanah dan darah, maka masuknya melalui luka pada kulit. "Kan, yang dinamakan luka bukan cuma luka teriris atau lainnya, tapi jika kulit kita tergaruk pun sudah menimbulkan, hingga bakteri Anthrax akan leluasa masuk." Akibatnya, bisa dipastikan orang tersebut akan menderita penyakit Anthrax kulit, yang ciri-cirinya sama seperti bisul tapi di tengahnya berwarna hitam. Si penderita juga akan mengalami demam panas yang luar biasa sekitar bisul dan merasakan di tempat tumbuh bisul seperti digerogoti dari dalam. Otomatis, penderita akan merasakan kesakitan yang amat sangat.

Selain penyakit Anthrax kulit, juga ada Anthrax pernapasan, Anthrax pencernaan, dan Anthrax radang selaput otak (amat jarang terjadi). Namun untuk memastikan seseorang terkena penyakit ini hanya bisa dilakukan oleh dokter, itu pun setelah melalui uji laboratorium. Kecuali untuk Anthrax kulit, kita lebih mudah mengenalinya, kendati untuk memastikannya tetap harus melalui pemeriksaan dokter.

CIRI HEWAN TERKENA ANTHRAX

Perlu diketahui, tak semua tanah di dunia terdapat spora Anthrax. Hingga, tak semua hewan ternak akan terjangkit penyakit ini. Daerah endemis Anthrax di Indonesia meliputi 65 desa, 39 kecamatan, dan 36 kabupaten dari 11 propinsi, yaitu Sumbar; Jambi; Jawa Barat (Purwakarta, Subang, Bekasi, Karawang, Bogor, dan Tanggerang) dan Tengah; DKI Jakarta; Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara; NTB dan NTT, serta Irian Jaya (Papua).

Kendati demikian, tak menutup kemungkinan daerah yang bukan endemis akan terbebas sama sekali dari penyakit ini, yakni jika bakteri Anthrax terbawa hewan atau perantara lainnya. "Misal, ada hewan mati karena Anthrax di daerah yang bukan endemis tapi tak dibakar, hanya dikubur, maka bisa jadi daerah tersebut akan menjadi daerah endemis pula," tutur Budi. Itulah mengapa, hewan yang mati karena Anthrax dengan ciri-ciri keluar darah dari setiap lubang kumlah (mulut, hidung, telinga, kemaluan, dan dubur) harus segara dikubur dan dibakar supaya bakteri Anthraxnya dapat terbunuh. Selain itu, semua benda atau tumbuhan yang pernah bersentuhan dengan hewan tersebut harus ikut dibakar juga. Jangan lupa, segera melapor ke dinas kesehatan setempat.

Pada hewan yang masih hidup dan terkena Anthrax, menurut drh. Sri Dadi Wiryosuhanto, DVM, kita pun bisa mendeteksinya secara kasar, yaitu dengan memeriksa suhu badannya. "Jika suhunya tinggi, kemungkinan si hewan terkena Anthrax," jelas Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) ini. Ciri lain: napasnya lebih cepat dari biasanya, terjadi pembengkakan di beberapa tempat terutama di bagian selangkangan kaki depan dan belakang, dan perut bagian kiri lebih besar ketimbang yang kanan.

Baik Sri maupun Budi mengimbau kepada masyarakat agar tak mengkonsumsi sama sekali daging yang selagi hidupnya sakit, dengan ciri-ciri: lesu, demam, tak nafsu makan, mata tak bersinar, dan dijumpai ada lendir keluar dari mulut atau hidung. Apalagi jika terdapat ciri-ciri seperti yang tadi disebutkan Sri.

TIPS MEMILIH DAGING

Tentunya, sebagai orang yang sama sekali tak bersentuhan langsung dengan hewan ternak alias cuma sebagai pengkonsumsi, kita tak bisa mendeteksi hal tersebut karena tinggal membeli di pasar tradisional atau swalayan. Namun tak usah cemas, kita bisa, kok, mengenali daging yang terkena Anthrax. Cirinya, terang Sri, daging berwarna kehitaman dan mengeluarkan darah terus, basah, baunya lebih anyir, dan kekenyalannya tak sebagaimana mestinya.

Selain itu, tambah Budi, cek lebih dulu apakah daging tersebut ada stempel dari rumah potong daging atau tidak. "Jika terdapat stempel, berarti daging itu terjamin kesehatannya. Karena sebelum dipasarkan, daging harus melalui uji klinis lebih dulu sejak si hewan hidup hingga dipotong." Bahkan, hewan yang sudah dinyatakan sehat, setelah dipotong pun akan diperiksa lagi karkasnya (hewan yang sudah dipotong dan sudah dikuliti). Jika dinyatakan sakit atau tak sehat oleh dokter dan laboratorium, daging tersebut tak akan dipasarkan.

Tak kalah penting, periksa tempat penjualannya bersih atau tidak. Itulah mengapa, Sri dan Budi menganjurkan agar masyarakat tak perlu ragu untuk mengkonsumsi daging. Apalagi jika dagingnya dibeli di tempat-tempat yang memang diperuntukkan menjual daging oleh pemerintah alias di tempat yang legal. Tentu dengan tak lupa memeriksa kondisi daging tersebut sebelum membelinya.

ASUPAN PENGGANTI

Senada dengan Sri dan Budi, dr. Karel AL. Staa dari RS Pondok Indah Jakarta juga menghimbau masyarakat agar tak takut mengkonsumsi daging. Terlebih buat keluarga yang punya anak balita, karena anak balita sangat membutuhkan daging sebagai asupan untuk pertumbuhan tubuh dan perkembangan otaknya.

Saran Karel, selain kita harus cermat dalam memilih daging, kita pun harus memastikan bahwa daging yang akan dikonsumsi si kecil benar-benar sudah matang. Cirinya: jika daging tersebut dibelah, tak tampak lagi warna merah. Nah, agar benar-benar matang, daging harus dimasak dalam suhu 100 derajat Celcius selama 10 menit. Dengan demikian, daging tersebut aman untuk dikonsumsi anak maupun orang dewasa.

Namun bila kita tetap ragu untuk memberi asupan daging pada si kecil, ya, jangan dipaksakan. Toh, masih ada makanan lain sebagai penggantinya yang kandungan zat gizinya sama dengan daging seperti daging ayam, kacang-kacangan, dan ikan. "Yang penting, kan, anak makan makanan dengan asupan gizi cukup dan seimbang, bukan dagingnya," bilang Karel.

Selain itu, kita pun harus memperhatikan kebersihan anak dan keluarga serta lingkungan. "Ajari anak agar tak main di tempat-tempat kotor dan main-main tanah. Ajarkan pula untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan mandi sehari dua kali," lanjut Karel. Apalagi bila kita tinggal di daerah yang dinyatakan endemis Anthrax oleh pemerintah, otomatis kita harus selalu membiasakan hidup higienis dan selektif dalam mengkonsumsi makanan, serta hati-hati dalam melakukan aktivitas yang berhubungan langsung dengan hewan dan tanah.

  

Bila Si Kecil Terkena Anthrax

Menurut Karel, gejala yang ditimbulkan Anthrax pada anak maupun dewasa tak berbeda, yaitu mual-mual, demam, panas tinggi, gangguan saluran nafas, mencret atau gangguan pencernaan, dan lainnya. "Jadi, gejalanya tak ubah seperti gejala penyakit anak-anak pada umumnya." Sedangkan masa inkubasinya, baik pada anak maupun dewasa, menurut Sri Dadi, antara 1- 5 hari untuk tipe kulit, 2-5 hari untuk tipe pencernaan, dan 3-4 hari untuk tipe pernapasan, tergantung daya tahan tubuh masing-masing.

Jadi, jangan buru-buru mengambil kesimpulan si kecil terkena Anthrax hanya dengan melihat gejalanya. Namun bila si kecil diberi obat yang biasa diminumnya untuk gejala demam selama 24 jam tak kunjung sembuh, sebaiknya cepat-cepat dilarikan ke RS. Sekalipun si kecil sebelumnya tak mengkonsumsi daging. Ingat, penularannya bukan cuma lewat daging yang dimakan, lo. Namun begitu, jangan dulu panik. "Sebelum dilakukan pemeriksaan klinis oleh dokter dan uji laboratorium yang menyatakan positif Anthrax, masih tetap belum tentu anak terkena Anthrax," bilang Karel. Lain hal bila si kecil terkena Anthrax kulit, yang gejalanya bisa dikenali.

Jikapun si kecil divonis positif terkena Anthrax, Karel kembali menegaskan agar kita tak usah panik. "Penyakit ini bisa disembuhkan dengan mudah, kok, jika terdeteksi sejak dini dan belum sempat pada stadium akhir." Pengobatannya juga cuma dengan obat antibiotik, yang pemberiannya disesuaikan kondisi tubuh si anak dan bertahap. Artinya, jika antibiotik pertama tak mempan, akan diganti antibiotik kedua, dan seterusnya.

  Gazali Solahuddin/nakita