Pintar-Pintar Cari Alasan

By nova.id, Senin, 2 Mei 2011 | 17:03 WIB
Pintar Pintar Cari Alasan (nova.id)

Mengemukakan berbagai alasan kala disuruh sesuatu memang bagian dari perkembangan anak batita. Namun tetap perlu dicermati, kalau-kalau alasan itu cuma dicari-cari.

Kemampuan bicara si kecil yang makin meningkat tentunya sangat menggembirakan kita. Namun sejalan dengan itu, kita pun bisa dibuat kesal karena si kecil kini mulai pintar cari-cari alasan. Kala disuruh makan, misal, ia berkelit dengan mengatakan mulutnya sakit; atau, saat disuruh tidur, eh, ia malah minta makan. Pokoknya, ada saja alasannya untuk menolak!

Menurut Dra. Rahmitha P. Soendjojo, perilaku si kecil yang demikian lebih disebabkan perkembangan sosialnya. "Ia mulai menyadari dirinya. Ia tahu dirinya bahwa aku berbeda dengan orang tuaku, aku pun punya kemauan; bahwa aku maunya makan, kok, bukan tidur." Dari situlah ia akhirnya mengemukakan hal-hal yang kita anggap sebagai alasan untuk tak melakukan apa yang kita inginkan atau kita suruh.

Terlebih lagi di usia ini si kecil juga amat senang mengatakan "enggak" hingga terkesan membangkang. Namun membangkangnya bukan seperti yang kita kenal pada anak yang lebih besar atau orang dewasa dalam arti ke arah yang tak benar, melainkan sebagai cara ia belajar, "Kalau aku menolak, apa, sih, yang bakal terjadi?" Bisa saja, kan, setelah si kecil menolak, kita marah-marah. Nah, dari situ ia belajar, "Oh, ternyata aku nggak bisa mengeluarkan alasan seperti itu, Bunda jadi marah."

PERINTAHNYA TAK JELAS

Bisa juga, perilaku si kecil yang demikian berkaitan dengan intelektualnya yang makin berkembang. Ketika ia mengatakan, "Aku mau dibacakan cerita," saat disuruh tidur, berarti, kan, nalarnya sudah jalan. Ia sudah bisa mengemukakan apa yang diinginkannya.

Tak tertutup kemungkinan, alasan yang dikemukakan si kecil merupakan caranya untuk menarik perhatian kita. "Makanya orang tua juga harus melihat kemungkinan lain dan introspeksi diri. Kalau dirinya sibuk sekali, tak pernah ada di rumah, hingga kala berada di rumah, anak sering membuat ulah dengan mencari-cari alasan, maka bisa jadi hal itu adalah caranya untuk mencari perhatian orang tuanya," bilang Mitha, sapaan akrab psikolog pada DIA-YKAI, Jakarta ini.

Sebab lain, si kecil tak mau menjalankan perintah yang ditujukan kepadanya karena memang perintahnya enggak jelas. "Orang tua sering lupa dengan kemampuan anak dalam menangkap pembicaraan. Dia ngomong ke anak memakai bahasa orang dewasa." Misal, "Kamu ini gimana, sih, baju sudah kotor begini masih dipakai terus. Cepat ganti dan baju kotornya taruh di mesih cuci." Kalimat sepanjang ini tentu takkan dimengerti si kecil, "Bunda ini ngomong apa, sih?" Harusnya kita cukup bilang, "Ade, bajunya diganti karena sudah kotor," atau "Ade, baju kotornya taruh di tempatnya."

Jadi, jangan marah, ya, Bu-Pak, kalau si kecil tak bergeming kala diperintah melakukan sesuatu. Lihat dulu bagaimana cara kita berbicara dengannya, apakah sudah atau belum jelas bagi si kecil. Makanya, para ahli perkembangan anak selalu menganjurkan orang tua agar berbicara dengan bahasa sederhana kepada anak, sesuai daya tangkap anak seusianya.

Bisa jadi pula, perintah yang kita berikan adalah sesuatu yang berat buat anak tapi ia tak bisa menolaknya. Bukankah pada situasi yang tak menyenangkan dan tak jelas, biasanya anak cepat bosan? Hingga akhirnya dicarilah alasan, semata sebagai caranya untuk mengelak dari tugas yang dibebankan kepadanya.

Tentu saja hal ini tak boleh kita diamkan, karena akhirnya bisa menjadi kebiasaan: ia belajar menghindari tugas yang tak menyenangkan. Ini bisa berlanjut hingga tahapan usia selanjutnya, lo. Meski, diakui Mitha, kemungkinan tersebut masih terlalu jauh, mengingat anak batita masih dalam tahap berkembang kemampuan sosial dan intelektualnya. "Dengan bertambah usia, keterampilan sosialnya jadi makin beragam, hingga ia akan menemukan hal lain lagi yang baru."

PERHATIKAN KEBIASAANYA