Tentu saja, kita pun perlu menyediakan peralatannya bermain air seperti ember besar dan kecil, gayung kecil, boneka atau bebek mainan dari plastik, dan sebagainya. Disamping handuk bekas atau kain pel yang digunakan untuk mengelap/mengeringkan percikan atau tumpahan air di lantai. Dengan begitu, kita telah menciptakan lingkungan bermain yang aman buat si kecil. Kemudian, beri si kecil kebebasan untuk bermain air menurut "selera"nya, semisal memindahkan air dari satu ember ke ember lain.
Nah, jangan buru-buru "naik darah" lagi, ya, Bu-Pak, kala melihat si kecil main air.
Mengenal Ragam Permainan
Dalam psikologi, terang Betty, ragam permainan dibedakan menjadi collecting, games and sport, dan exploring. Dalam permainan collecting, misal, anak mengumpulkan segala macam benda, lalu memasukkannya ke wadah tertentu. Sedangkan yang termasuk games and sport , antara lain naik sepeda dan main bola. Sementara main air termasuk dalam exploring karena hakekatnya anak ingin mencoba-coba dengan objek tersebut.
Kalau Air Kolam Terminum Si Kecil
Tak jarang si kecil meminum air yang dimainkannya, semata lantaran rasa ingin tahunya. Atau, kala diajak berenang ia sengaja menelan air yang terminum. Saran Betty, tak usah dimarahi tapi berilah penjelasan yang masuk akal tanpa kenal lelah tiap kali ada kesempatan. Misal, "Adik boleh main air atau 'berenang' di bak ini, tapi airnya jangan diminum, ya. Soalnya, air ini masih mentah dan enggak dimasak. Jadi, masih banyak kumannya. Nanti kalau diminum, perut Adik bisa sakit." Dengan begitu, si kecil pun jadi belajar bahwa dalam setiap permainan selalu ada aturan-aturan yang harus dipatuhinya.
Manfaatkan Kolam Renang
Saran Betty, sesekali ajak si kecil berenang. Apalagi berenang merupakan olahraga yang baik hingga perlu dikenalkan sejak dini. Toh, bila tak ada waktu khusus atau muncul berbagai kekhawatiran untuk mengajak si kecil ke kolam renang umum, kita bisa sediakan "kolam renang" ukuran kecil terbuat dari plastik yang banyak dijual di supermarket. Si kecil pasti fun bisa berenang dan bermain air di sini. Namun tetap perlu dijaga jangan sampai si kecil tergelincir atau kedinginan, lo.
Bila Si Kecil Takut Air
Ada juga, lo, anak usia ini yang ogah main air atau malah takut. Anak-anak seperti ini, bilang Betty, kemungkinan termasuk anak yang bertipe hati-hati. Maksudnya, tiap kali melihat sesuatu yang baru, ia perlu waktu lebih banyak dibanding anak-anak lainnya untuk mengenali benda tersebut lebih dulu. Jadi, biasanya ia akan mengamati dulu sebelum mencobanya.
Kemungkinan lain, ada hal-hal tertentu atau pengalaman yang membuatnya jadi takut air. Kita perlu mencari tahu sebabnya. Misal, saat mandi ia pernah "tenggelam" di bak mandinya, hingga hidungnya kemasukan air dan membuatnya sangat tak nyaman. Menghadapinya, kita dituntut ekstra sabar. Bahkan, bila ia tak mau mandi pun, tak perlu memaksanya. Namun bukan berarti si kecil boleh tak mandi sepanjang hari, lo.
"Upayakan agar acara mandi menjadi kegiatan yang menarik," anjur Betty. Sambil bernyanyi, misal, atau lakukanlah secara bertahap, hingga tanpa disadarinya, kita tengah "menggiring"nya untuk mandi. Mulailah dengan masuk kamar mandi tanpa harus buka baju lebih dulu. Biarkan si kecil main-main air atau mengguyur-guyur kakinya. Boleh juga dengan acara menyikat gigi lebih dulu agar ia benar-benar siap mandi.
Selanjutnya, agar ia merasa nyaman, siram lebih dulu bagian bawah tubuhnya, jangan bagian atasnya. Karena menurut ahli, kulit bagian punggung lebih peka/sensitif, hingga akan terasa lebih dingin bila disiram air. Bila dianggap perlu atau memang si kecil menyukainya, gunakan air hangat tiap kali memandikannya.
Faras Handayani/nakita