Idih, Udah Gede Masih Ngedot?!

By nova.id, Kamis, 21 April 2011 | 18:49 WIB
Idih Udah Gede Masih Ngedot (nova.id)

Segera stop jika si kecil masih ngedot. Kuncinya, kita mesti tega!

Banyak, lo, anak usia 3-5 tahun yang masih menyusu dari botol. Ada yang terang-terangan dalam arti tak malu melakukannya di mana pun ia berada, baik di depan orang tua maupun orang lain atau teman-teman sebayanya. Namun ada juga yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi; ia hanya "berani" menyusu dari botol kalau di rumah dan cuma di depan orang tua serta pengasuhnya, tapi di "sekolah" atau di lingkungan lain, kalau mau menyusu harus ngumpet dulu.

Kebiasaan menyusu dari botol yang berlangsung hingga usia prasekolah, menurut Mien Sumartono, merupakan indikasi dari kurangnya rasa aman dan nyaman pada anak. "Umumnya, anak dekat dengan botol karena sejak semula pemberian susu tak lewat ASI. Tentunya saat ia masih kecil, tiap kali menyusu dari botol, ibunya akan selalu berada di dekatnya. Entah sambil mengusap-ngusap kepalanya atau sambil mengelus-ngelus punggungnya. Nah, rasa itulah yang tak bisa lepas dari anak." Jadi, rasa itu merupakan suatu hal yang sangat berarti yang tak dapat digantikan dengan hal lainnya.

Nah, karena rasa aman dan nyaman itulah, sekalipun malu pada teman-temannya, ia tetap melakukannya. Soalnya, faktor kebutuhan itu tak bisa dibendung. "Ingat, ketergantungan si anak tersebut sudah lama berjalan hingga kini ia berusia prasekolah. Jadi, perbuatannya itu telah menjadi rutinitas yang sulit dihilangkan. Anak akan merasa tak enak atau ada sesuatu yang hilang jika kebiasaannya itu tak ia kerjakan. Dengan demikian, yang tadinya suatu ketergantungan kini berubah menjadi kebutuhan," tutur psikolog pada DIA-YKAI, Jakarta ini.

KURANG PERHATIAN

Tentu saja, sikap orang tua yang cenderung membiarkan anaknya menyusu dari botol akan makin memperkuat kebiasaan itu. "Bisa jadi, kan, sebenarnya orang tua tak pernah menyapih anak dari botol hingga anak pun lama-lama jadi ketergantungan dengan botolnya," lanjut Mien. Selain, kebiasaan orang tua yang selalu memberikan susu pakai botol. "Pokoknya, sedikit-sedikit anak diberi botol supaya cepat diam dari tangisnya."

Ibu-ibu yang kelewat sibuk bekerja atau malas bercapai-capai hingga segala asupan cairan buat anaknya dilakukan lewat botol, juga ikut mendukung terbentuknya kebiasaan tersebut. "Terlebih bila si anak bangun tengah malam, orang tua yang pemalas pasti akan memberikan botol kepada anak daripada memberikan gelas. Bukankah jika dengan gelas, berarti si ibu harus rela menunggui dan membantu anaknya minum?"

Tak tertutup kemungkinan karena orang tua kurang perhatian pada anak. "Orang tua baru sadar kalau anaknya masih menyusu dari botol setelah kebiasaan ini berlangsung hingga si anak besar." Jika ini yang terjadi, "kebangeten, deh, si orang tua! Masa kebiasaan anak sendiri yang setiap hari ketemu tak tahu-menahu? Jika hal kecil itu saja sudah tak terperhatikan, apalagi hal-hal yang lain seperti tumbuh kembang anak."

Hati-hati, lo, Bu-Pak, anak yang tak terperhatikan bisa merasa sakit hati. "Kok, Bunda enggak pernah memperhatikan aku, sih? Tiap hari sibuk kerja melulu," misal. Akibatnya, anak sengaja melakukan perbuatan menyusu dari botol dengan harapan ibunya akan menegur. "Biasanya, si ibu pun melihat kebiasaan anaknya ini, mau tak mau akan menegur. Dengan demikian, sukseslah rencana anak dalam mencari perhatian kedua orang tuanya."

Namun bila selama ini si kecil sudah lepas dari botolnya tapi tiba-tiba ia kembali menyusu dari botol, "bisa jadi gara-gara ia punya adik baru." Bukankah dengan kehadiran adik, biasanya perhatian ayah-ibu akan beralih pada si adik? Akibatnya, ia merasa takut tak disayang dan diperhatikan lagi oleh orang tuanya. Nah, dengan kembali menyusu dari botol, ia ingin menunjukkan bahwa ia pun harus diperhatikan seperti dulu sebelum punya adik, atau ia ingin ibu-ayahnya juga memperhatikan dirinya, bukan cuma adiknya.

Menurut Mien, salah besar jika ibu tak lagi memperhatikan si sulung setelah adiknya lahir. "Jangan dikira karena si prasekolah sudah bisa mandiri, maka ia tak perlu lagi diperhatikan, lo." Walau bagaimanapun, tegasnya, seorang ibu harus tetap membagi perhatian dan kasih sayangnya secara seimbang antara si adik dan si kakak.

TAK BOLEH DIBIARKAN