Idih, Udah Gede Masih Ngedot?!

By nova.id, Kamis, 21 April 2011 | 18:49 WIB
Idih Udah Gede Masih Ngedot (nova.id)

Jadi, perlu ketegasan dan kedisiplinan dari kita. "Sekalipun ia menangis atau mengamuk, kita harus tetap menegakkan aturan tersebut: mana yang boleh dan tak boleh dilakukan anak," bilang Mien. Soalnya, bila kita tak tegas dan konsisten, si kecil malah akan kembali pada kebiasaannya itu.

Nah, untuk memotivasi si kecil agar mau menghilangkan kebiasaannya itu, kita bisa lakukan dengan memberinya hadiah. Tentu kita harus konsekuen: bila kita sudah menjanjikan ia akan dapat hadiah, maka kita harus menepatinya. Kalau tidak, si kecil akan merasa dipermainkan dan ditipu, "Ah, percuma saja aku minum pakai gelas. Habis, Bunda kemarin berbohong, tak memberikan hadiah."

Namun hadiah yang diberikan sebaiknya jangan yang bisa dijadikan senjata oleh anak. Jadi, jangan sampai anak mau melakukannya karena mengharapkan imbalan. "Paling baik, hadiahnya berupa ucapan dan rasa kasih sayang." Hadiah berupa pujian, apalagi diucapkan dengan penuh kasih sayang, akan lebih mengena di hati anak. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai hingga membangkitkan self confidence-nya.

TAK USAH MARAH

Sebaliknya, pesan Mien, jangan sekali-kali menghukum anak dengan cara memarahinya, sekalipun kita harus bersikap tegas padanya. Selain cara ini tak membuahkan hasil, nantinya malah membuat anak makin menjadi-jadi dan sakit hati. Anak, toh, tak mengerti kenapa ia dimarahi, "Kata Bunda, minum susu itu sangat baik dan bisa membuat aku jadi pintar. Kok, sekarang aku malah dimarahi." Karena sakit hati, anak jadi bertambah kuat keinginannya untuk minum susu dari botol, "Biarin, aku maunya pakai botol." Bukankah di usia ini anak juga sudah dapat menunjukkan ego atau keakuannya? "Aku, kan, sudah besar. Kenapa harus dimarahi dan disuruh-suruh. Aku maunya pakai botol, kok!"

Lagi pula, kemarahan kita hanya membuat si kecil merasa tak nyaman, hingga ia pun makin menjadi-jadi melakukan perbuatannya itu. Ingat, minum susu dari botol membuatnya aman dan nyaman! Bahkan dalam beberapa kasus, anak seusia ini malah senang jika melihat orang tuanya marah atau jengkel. Hingga, ia pun melakukannya lagi supaya orang tuanya marah. "Jadi, ia malah melakukan sesuatu yang justru kita enggak suka." Apalagi dengan kita marah, bukankah berarti ia telah berhasil menarik perhatian kita?

Mungkin kuncinya cuma tega, sabar, konsisten, dan memberi reward, ya, Bu-Pak.

Gazali Solahuddin/nakita