Si Tukang Perintah

By nova.id, Rabu, 13 April 2011 | 17:03 WIB
Si Tukang Perintah (nova.id)

Si Tukang Perintah (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Tessa (5 tahun) punya kebiasaan yang menurut Ibunya sangat tidak santun. Ia senang memerintah orang-orang di sekitarnya, sambil bertolak pinggang pula. Misalnya, menyuruh mengambilkan air putih sampai memakaikan kaos kaki. Di sekolah pun, menurut laporan wali kelas, Tessa suka mengatur teman-temannya, sehingga teman-temannya merasa tidak nyaman dan menjauhinya.

Yang terjadi pada Tessa, menurut Fabiola Harlimsyah, Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan UI, tidak boleh dianggap sepele oleh orangtua. Untung mengatasinya pun, orangtua tidak boleh sembarangan.

Pertama, orangtua harus bersikap tenang dan memberikan penjelasan kepada anak perilaku seperti apa yang kita harapkan. Misalnya, "Ari, bertolak pinggang dan berteriak sambil menyuruh orang lain bukanlah sikap yang baik. Kamu bisa, kok, mengatakan pada Mama apa yang kamu inginkan dengan nada dan sikap yang baik dan sopan."

Kedua, hindari memberikan keinginannya jika ia tidak menunjukkan perilaku yang baik seperti yang kita harapkan. Ketiga, pusatkan perhatian pada perilaku yang positif, seperti memberikan pujian ketika anak bersedia berbagi atau bekerjasama dengan orang di sekitarnya.

Jangan Dipemalukan

Langkah ketiga tadi bisa diperluas dengan mendukung anak melakukan komunikasi yang baik dan mengendalikan emosinya. Misalnya, berbicara dengan sikap yang sopan dan nada bicara yang tepat, karena bisa saja anak mendapat kebiasaan bossy itu justru dari orangtua dan orang lain tanpa disadari Si Orangtua.

Dan, ketika anak mulai berulah bossy, jangan menertawakan apalagi menggangapnya lucu. Hindari juga reaksi yang dapat mempermalukan anak, misalnya dengan mengolok-olok ulahnya atau memojokkannya di depan orang banyak. Ingat, orangtua harus tenang dan tegas, itu kuncinya.

Cari Pemicunya

Ibarat pepatah ada udang di balik batu, biasanya selalu ada maksud tertentu di balik sikap bossy anak. Misalnya, pemahaman anak bahwa dengan menunjukkan sikap bossy, mereka akan mendapatkan perhatian.

Atau bisa jadi ia meniru lingkungan sekitar (entah itu antara orangtua kepada pembantu, ayah kepada ibu, atau orang lain) dan diterapkan anak karena menganggap bossy itu wajar. Terakhir, karena orangtua lalai dan tidak menegur anak ketika bersikap bossy. Tidak adanya konsekuensi terhadap perilaku tersebut, anak pun menganggap sikapnya benar.

Hukuman Time-Out