Si Kecil Minder? Salah Orangtua!

By nova.id, Selasa, 12 April 2011 | 17:00 WIB
Si Kecil Minder Salah Orangtua (nova.id)

Jadi, dukunglah si kecil untuk banyak bereksplorasi agar kreativitasnya makin berkembang. "Jangan lupa, beri pujian atas segala keberhasilan dan kemajuan yang ia capai." Apalagi anak memang sangat butuh dipuji karena dengan pujian berarti ia mendapat penghargaan atas apa yang telah dilakukannya. Misal, kala pulang "sekolah" ia bisa membuka sepatunya sendiri, segera beri pujian, "Wah, anak Mama sudah pintar, bisa membuka sepatu sendiri. Yuk, sekarang kita taruh di rak sama-sama." Dengan begitu, anak jadi terdorong untuk mengulang lagi perbuatannya yang positif itu.

Selain itu, kita pun harus memberikan waktu dan perhatian untuk si kecil. Jangan sampai ia merasa kita lebih mementingkan pekerjaan daripada mengurusnya. "Jika orang tua ada di rumah, sebaiknya waktunya diisi bersama anak. Dengan anak cukup didampingi orang tua, cukup mendapatkan perhatian, pujian, dan kasih sayang, maka bila di luar ia diejek oleh teman-temannya, ia takkan ambil pusing. Karena baginya, 'Yang penting orang tuaku mengasihi aku, menerima aku apa adanya.' Hal inilah yang paling penting buat anak." Kalau sudah begitu, dijamin si kecil takkan minder, malah sebaliknya, kepercayaan dirinya akan muncul.

Satu lagi, Bu-Pak, perasaan aman dan terlindungi juga jadi kunci penting. Hubungan orang tua yang tak harmonis, apalagi jika salah satu orang tua berbuat selingkuh, "pengaruhnya amat kuat dalam membentuk perasaan minder." Namun bila hubungan orang tua rukun, harmonis, dan selalu saling menyayangi, "ini akan menolong anak untuk merasa aman, percaya diri, yang akhirnya akan melahirkan anak sehat dan kuat mentalnya," tutur Destryna mengakhiri.

 KERJA SAMA DENGAN GURU

Bila kita merasa telah cukup memberikan perhatian pada si kecil, cukup menerima anak apa adanya, serta mengasihinya, kita pun harus juga melihat lingkungan sekitar anak. "Bisa saja, di 'sekolah' ternyata gurunya tak mendukung. Seringkali guru juga suka membanding-bandingkan murid-muridnya. Walaupun sebenarnya guru harus memberi perhatian yang sama serta bersikap objektif pada semua muridnya," kata Destryna.

Bila si guru ternyata tak mendukung, saran Destryna, temui si guru untuk membicarakan pola pendidikan yang sama. "Jadi, bila si kecil bermasalah dengan keminderannya, bukan cuma orang tua yang harus menolong, tapi guru pun dapat membantu usaha orang tua tersebut."

MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI

Tak jarang perlakuan teman-teman juga membuat si kecil jadi minder. Misal, ia kerap dipanggil si gendut lantaran badannya kegemukan atau dikasih predikat si hitam lantaran kulitnya amat gelap, dan sebagainya. Jadi, bukan cuma stigma dari orang tua saja, lo, yang bisa bikin anak minder.

Anak-anak ini biasanya lantas berusaha menghindar atau menarik diri dari lingkungan teman sebayanya. Padahal, di usia prasekolah, anak seharusnya banyak bergaul. Sudah gitu, mereka yang minder seringkali menumpahkan rasa frustrasinya dengan marah-marah jika di rumah. Tak heran, ya, Bu-Pak, jika si kecil jadi kerap uring-uringan atau malah sebentar-sebentar bertengkar dengan adik-kakaknya.

Menghadapi masalah ini, ungkap Dr. Sharon Landesman Ramey dan Dr. Craig Ramey, umumnya orang tua selalu ingin melindungi anak dan memberikan mental yang lebih kuat untuk menghindarkan si anak dari gangguan lingkungan. Namun sebelumnya, biarkan si kecil menjalani dunianya dengan caranya sendiri dan tambahkan dengan mengembangkan wawasannya karena hal ini sangat berharga buatnya. Kemudian, teruskan untuk mendengarkan ungkapan hatinya sambil kita tunjukan simpati disertai upaya untuk mensugesti dia agar bisa menerima keadaan dan membantunya untuk bisa melihat permasalahan dari sudut pandang yang lain.

Kedua ahli tadi juga menganjurkan kita agar membacakan buku tentang riwayat hidup tokoh terkenal yang selalu mengalami situasi buruk di masa kanak-kanaknya, hingga bisa dijadikan ilham bagi dirinya dan dipraktekkannya. Kita pun diminta membantu si kecil untuk mengajaknya melihat hal-hal positif dari perasaan-perasaannya dan mengajarinya agar menolong anak lain walaupun mereka bersikap tak baik kepadanya.

Sebagai panduan, kita dianjurkan mencari buku yang memuat topik tentang temperamen anak agar kita bisa tahu bagaimana cara menghadapi anak dalam situasi-situasi tertentu.

 Indah/Achmad Suhendi/nakita