Kaleidoskop Peristiwa 2014, Selamat Datang Presiden Baru... (2)

By nova.id, Selasa, 6 Januari 2015 | 08:54 WIB
Kaleidoskop Peristiwa 2014 Selamat Datang Presiden Baru 2 (nova.id)

Menteri Perempuan Kabinet Kerja

Minggu (26/10), tepat pukul 17.16 WIB, Presiden Jokowi didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan susunan Kabinet Kerja. Dari total 34 menteri, 8 di antaranya perempuan. Ini membuat jumlah keterwakilan perempuan di Kabinet Kerja Jokowi-JK lebih banyak dibanding susunan kabinet sebelumnya. Siapa saja mereka?

Retno Lestari Priansari Marsudi 

Lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 November 1962, ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri Luar Negeri. Pernah menjadi Duta Besar di beberapa negara.

Lulusan termuda jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1985 silam, ia kemudian mengikuti pendidikan diplomat pada April 1986 selama satu tahun di Jakarta. Ia memperoleh gelar S2 Hukum Uni Eropa di Haagse Hogeschool, Belanda.

Tahun 2005, Retno diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Norwegia dan Islandia. Sebelum diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Kabinet kerja, sejak 2012 lalu, Retno menjabat sebagai Duta Besar Indonesia di Belanda.

Khofifah Indar Parawansa

Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini lahir di Surabaya, 19 Mei 1965. Alumni Pascasarjana FISIP UI ini juga pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada masa pemerintahan Presiden K. H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Sejak muda, ibu empat anak ini aktif dalam beragam kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan. Sebagai ketua umum Muslimat NU, ia pernah menyelenggarakan Training Of Trainer bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam pembentukan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme.

Yohana Yembise

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua ini ditunjuk oleh Jokowi menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggantikan Linda Amalia Sari Gumelar. Posisi ini menjadikan perempuan kelahiran Manokwari, 1 Oktober 1958 ini sebagai menteri perempuan pertama dari tanah Papua.

Usai melakukan serah terima jabatan, Selasa (28/10), dalam akun Twitter pribadinya Yohana mengatakan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi ancaman.

Nila Djuwita Moeloek

Saat diperkenalkan sebagai Menteri Kesehatan dalam susunan Kabinet Kerja, Presiden Jokowi menyebut ibu tiga anak ini sebagai seorang yang kaya pengalaman. Lahir di Jakarta, 11 April 1949, ia menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia melanjutkan pendidikan spesialis mata, serta mengikuti program sub-spesialis di International Fellowship di Orbita Centre, University of Amsterdam, Belanda dan di Kobe University, Jepang.

Setelah itu ia melanjutkan pendidikan konsultan Onkologi Mata dan Program Doktor Pasca-Sarjana di FKUI. Ketua Medical Research Unit FKUI sejak 2007 ini masih aktif mengajar di program doktor pasca sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Nila juga dipercaya menjadi Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2009-2014.

Susi Pudjiastuti

Dari 8 menteri perempuan, nama Menteri Kelautan dan Perikanan ini paling banyak dibicarakan di media sosial. Terlepas dari pro dan kontra, perempuan berambut ikal ini adalah potret keberhasilan seorang pekerja keras walau hanya menggenggam ijasah SMP.

Lahir di Pangandaran, Jawa Barat, 15 Januari 1965, Susi kini tercatat sebagai pemilik PT ASI Pudjiastuti Marine Product dan PT ASI Pudjiastuti Aviation. Ibu tiga anak ini mengawali usahanya di tahun 1983, dengan modal Rp750.000 sebagai pengepul ikan di Pantai Pangandaran. Tak disangka, bisnisnya berkembang pesat hingga lahirlah pabrik pengolahan ikan dengan nama PT ASI Pudjiastuti Marine Product di tahun 1996.

Beberapa gebrakan dibuat Susi, di antaranya penghentian sementara penerbitan izin (moratorium) tangkap ikan untuk kapal eks asing di atas 30 gross ton (GT) dan penenggelaman kapal asing ilegal pencuri ikan di wilayah laut Indonesia.

Puan Maharani

Ketua DPP PDI Perjuangan ini lahir di Jakarta, 6 September 1973 silam dengan darah keluarga politisi yang sangat kuat. Kakeknya, Soekarno, proklamator Republik Indonesia, serta ibunya Megawati Soekarnoputri, Presiden RI kelima. Anak pertama pasangan Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas ini dipercaya Presiden Jokowi untuk menduduki posisi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Sarjana Ilmu Komunikasi UI ini pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI periode masa bakti 2009-2014. Saat itu, Puan berada di Komisi VI yang mengawasi BUMN, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta anggota Badan Kelengkapan Dewan BKSAP (Badan Kerjasama Antar Parlemen).

Rini Mariani Soemarno Soewandi 

Lahir di Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958, Rini ditunjuk menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong ini lulusan Sarjana Ekonomi dari Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat tahun 1981.

Saat membacakan susunan kabinetnya, Presiden Jokowi menyebut perempuan ini sebagai sosok yang lincah. "Beliau berasal dari kalangan profesional, kaya pengalaman sebagai CEO di perusahaan besar, pekerja keras. Dia Ketua Tim Transisi, pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Saya menilai dia sebagai pekerja yang cepat, eh bukan, tercepat, dia lincah," ujarnya Minggu (26/10).

Siti Nurbaya Bakar

Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup ini sudah banyak mengenyam asam garam dunia pemerintahan, baik di daerah maupun pusat. Kariernya dimulai di Bappeda Pemerintah Provinsi Lampung pada tahun 1981. Kemudian pada tahun 1998, masuk ke Departemen Dalam Negeri hingga diangkat menjadi Sekretaris Jenderal (2001-2005).

Tahun 2006, lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu direkrut menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Pada 2013 ia memutuskan untuk terjun secara penuh ke dunia politik.

Lahir di Jakarta, 28 Agustus 1956, ibu dua anak ini pernah mengambil konsentrasi International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), Enschede, Belanda. Lalu meraih gelar doktor dari Fakultas Perencanaan Sumberdaya Alam IPB.

Hasto Prianggoro