Kenali Pola Seksualitas Pasangan Dari Bentuk Tubuh

By nova.id, Minggu, 12 Desember 2010 | 17:02 WIB
Kenali Pola Seksualitas Pasangan Dari Bentuk Tubuh (nova.id)

Sebenarnya, setiap pasangan yang hendak menikah sudah mendapatkan gambaran mengenai kehidupan berumahtangga. Sayangnya, ujar Ferryal, yang diketengahkan cuma gambaran umum semisal apa saja kewajiban sebagai suami dan istri, sementara soal kehidupan seksual suami-istri sama sekali tak dibahas. "Paling cuma dinasehati agar suami menafkahi istrinya lahir batin, namun bagaimana caranya memperlakukan istri sebagai ratu rumah tangga maupun secara khusus di ranjang, tak pernah dibahas. Mereka, kan, akhirnya jatuh-bangun belajar sendiri dari uji coba dengan risiko yang harus ditanggung sendiri."

Itulah mengapa, lanjut Ferryal, banyak istri yang tak pernah mengalami orgasme hanya karena mereka tak tahu apa dan bagaimana menikmati kepuasan seksual sebagai istri. Sebaliknya, tak sedikit pasangan yang sudah sekian tahun belum dikaruniai anak, "hanya lantaran si suami tak tahu bagaimana cara menghamili istrinya," karena untuk menghitung masa subur istrinya saja, ia buta sama sekali. Memprihatinkan sekali, bukan?

Nah, dengan bantuan terapis seks, masalah-masalah "kecil" ini bisa ditangkal agar tak berlarut-larut hingga menimbulkan masalah yang lebih besar lagi dan merembet pada aspek-aspek kehidupan lain.

  

DEMI "PERBAIKAN" KETURUNAN

Menurut Ferryal, pilihan seseorang pada lawan jenisnya sebagai calon pasangan hidupnya tak tertutup kemungkinan hanya didasarkan pula pada kecenderungan yang ada dalam diri tiap orang untuk melengkapi kekurangannya. Misal, orang berkulit gelap cenderung memilih pasangan berkulit lebih terang, "atau yang bertubuh pendek akan cenderung mencari sosok ideal yang bertubuh jangkung dengan alasan untuk 'perbaikan' keturunan." Disamping, soal selera tentunya juga ikut berperan.

Bukan berarti hal tersebut tak dapat dibenarkan, lo. Namun, sebagaimana pemilihan calon pasangan hidup berdasarkan penggolongan dari postur tubuh, kita hendaknya tak mengabaikan hal-hal lain yang jauh lebih penting seperti aspek kepribadian. Dengan begitu, setidaknya kita sudah meminimalkan kemungkinan munculnya konflik lantaran ada ketidakcocokan yang bisa berakibat perkawinan terancam bubar.