Kenali Pola Seksualitas Pasangan Dari Bentuk Tubuh

By nova.id, Minggu, 12 Desember 2010 | 17:02 WIB
Kenali Pola Seksualitas Pasangan Dari Bentuk Tubuh (nova.id)

Ternyata, bukan cuma "garis nasib" saja, lo, yang bisa diintip. Selera dan pola kehidupan seksual pun bisa dibaca. Cuma caranya bukan lewat astrologi, melainkan dari bentuk atau postur tubuh.

Berdasarkan ilmu seksologi Cina, wanita maupun pria bisa dikelompokkan dalam empat tipe binatang, yaitu tipe kuda, lembu, kambing, dan kelinci. Nah, sesuai sifat dan sepak terjang binatang yang mewakilinya, maka begitulah selera dan pola kehidupan seksual individu bersangkutan.

Tapi penggolongan ini hanya berlaku pada pria/wanita dewasa usia siap menikah, lo. Soalnya, titik tolak penggolongan ini dari postur tubuh. Jadi, enggak fair, dong, kalau diterapkan pada wanita paruh baya yang tubuhnya mulai melar atau kakek-kakek yang sudah uzur.

TIPE KUDA LIBIDONYA TINGGI

Menurut penggolongan ini, pria maupun wanita yang termasuk dalam tipe kuda adalah mereka yang berotot bagus, berbadan tinggi besar dengan proporsi ideal, dan kondisi fisiknya sehat serta bugar. Pada pria, biasanya terlihat macho dan atletis. Sedangkan yang wanita, umumnya bahenol dengan buah dada penuh berisi, dan pinggang ramping namun panggul besar. Pokoknya, betul-betul body gitar, deh.

Ciri lainnya bisa dikaitkan dengan tabiat atau kehidupan emosional kuda yang keras dan sulit dikendalikan. Sementara aspek libidonya yang tinggi bisa dilihat dari kebiasaannya yang mengarah pada hal-hal berbau seks. Misal, baru bertemu beberapa kali saja sudah berani meraba-raba.

Pada tipe sapi atau lembu, pria maupun wanitanya bertubuh gembur dan subur alias "dihiasi" kelebihan lemak di sana-sini. Dari tabiatnya, sapi biasanya lebih kalem dan tak menggebu-gebu, yang konon merupakan cerminan dari gairah seksualnya yang adem-ayem. Gerak-geriknya serba lamban, hingga bisa diduga, dalam urusan ranjang, mereka butuh perangsangan lebih bervariasi dan pemanasan lebih lama.

Lain lagi yang tipe kambing, umumnya berukuran tubuh rata-rata; tak terlalu gemuk ataupun kurus, tak pula kelewat pendek maupun tinggi. Baik kondisi fisik, emosional, maupun pola seksualnya terbilang normal alias biasa-biasa saja; enggak kelewat menggebu, tapi juga enggak terkesan dingin. Mereka juga tak butuh pemanasan lama atau teknik berbelit.

Kalau tipe kelinci, bentuk tubuhnya kecil mungil, baik pria maupun wanita. Penampilannya imut-imut dalam arti menggemaskan seperti layaknya anak kecil. Namun dari aspek gerak, mereka terbilang gesit dan "mengundang". Dalam urusan seks gampang terangsang namun gampang pula menyudahinya. Sementara dari aspek emosional, tipe ini lebih fleksibel.

Tapi jangan menganggap tipe yang satu lebih istimewa dari tipe yang lain, lo. "Ini, kan, cuma penggolongan. Masing-masing pasti punya ciri khas atau keistimewaan dan tak bisa diperbandingkan menurut kelebihan maupun kekurangannya," tutur Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, DSRM, MKes, konsultan seks.

Jadi, jangan kecil hati, ya, Pak-Bu, bila Anda tak dikaruniai kelebihan semisal pada tipe kuda. Soalnya, bisa saja badan terlihat atletis tapi alat vitalnya kecil. "Pria yang badannya tinggi-besar belum tentu penisnya juga besar dan bisa memuaskan pasangannya, lo." Justru pria tipe begini, menurut Ferryal, biasanya malah berpenis kecil dan kemampuan seksualnya juga kurang.

HANYA 50 PERSEN

Adapun pasangan yang cocok, menurut "ilmu" yang berasal dari dataran Tiongkok dan sudah setua Kamasutra ini, adalah mereka yang setipe. Misal, wanita tipe kuda sangat cocok berpasangan dengan pria tipe kuda pula. Jika tipe binatangnya berbeda jauh atau malah bertolak belakang, akan banyak menemukan masalah dalam urusan seksual. Misal, wanita tipe kuda binal dengan pria imut-imut tipe kelinci. "Bisa-bisa si pria kalah set, dong," kelakar Ferryal.

Jadi, pasangan dengan tipe kontradiktif sama sekali enggak bisa "jalan bareng" alias tak cocok. Bila dipaksakan juga, rumah tangga mereka akan kerap diwarnai konflik akibat ketidaksesuaian tadi. Lain hal jika tipe binatangnya berbeda namun tak terlalu bertentangan dalam arti masih ada banyak kesamaannya, sehingga masih bisa saling berusaha untuk menyesuaikan diri. Misal, pria tipe kuda dengan wanita tipe sapi, atau tipe kambing dengan tipe kelinci.

Nah, sejauh mana kebenarannya, hanya Anda berdualah yang lebih mengetahuinya, ya, Bu-Pak. Lain hal bagi pasangan yang belum menikah, dari penggolongan yang konon sudah ada berabad-abad sebelum Masehi ini, bisa dijadikan sebagai salah satu patokan dalam menentukan calon pasangan hidup. Alasannya, "kita bisa memperkirakan seperti apa lawan jenis yang bakal cocok." Jadi, kalau sudah tahu diri Anda kira-kira termasuk tipe kelinci, misal, enggak usahlah mendambakan pasangan dari tipe kuda atau lembu. "Pertimbangannya, menjaga agar keseimbangan dalam kehidupan seksual Anda berdua bisa lebih bagus."

Kendati demikian, Ferryal juga mengingatkan agar berhati-hati dan tak mudah terkecoh semata-mata oleh penampilan atau bentuk tubuh. Soalnya, "terlalu riskan bila mengantisipasi cocok-tidaknya dan langgeng-tidaknya perkawinan hanya berdasarkan tampilan luar saja." Lagi pula, penggolongan ini juga tak berdasar pada data ilmiah sehingga peluang kebenarannya cuma 50 persen. Misal, pria tinggi besar atau tipe kuda menikah dengan wanita kecil mungil yang termasuk tipe kelinci, "nah, bisakah dipastikan rumah tangga mereka bakal bermasalah? Kan, belum tentu."

Pasalnya, kehidupan perkawinan tak hanya urusan seksual semata. Jadi, kalau ada masalah tetap harus dicari penyebabnya dari berbagai sudut pandang. Namun begitu, penggolongan tipe ini juga bukan sekadar just for fun belaka. "Maknanya, kan, masih bisa digali lebih jauh, meski mungkin nantinya hanya dipakai sebagai salah satu pertimbangan kecil." Paling tidak, dengan seseorang mengetahui dirinya termasuk tipe yang mana, diharapkan ia bisa menemukan kecocokan dengan melihat tipe calon pasangannya. Dengan demikian, keistimewaan dari tipe yang diwakilinya akan semakin terasa.

JANGAN MENGANDALKAN RAMALAN

Yang jelas, tandas Ferryal, dalam memilih calon pasangan hidup harus jauh lebih cermat dengan mempertimbangkan secara matang semua aspek yang ada, terutama aspek kepribadian. "Itulah pentingnya penjajakan melalui masa perkenalan yang berlanjut dengan masa pacaran, agar bisa mengorek lebih dalam bagaimana tabiatnya, kebiasaan, maupun pandangan hidupnya."

Dengan demikian, bila ada ketidakcocokan bisa segera dibicarakan untuk dicarikan solusinya sehingga masing-masing bisa menilai sosok idamannya tadi masih bisa dipertahankan atau tidak sebagai calon pasangannya. "Jadi, jangan gegabah langsung ngajak kawin hanya karena di awal pertemuan merasa sudah cocok atau semata-mata mengandalkan ramalan maupun penggolongan tipe tadi," pesan Ferryal. Kalau tidak, kemungkinan untuk bercerai akan jauh lebih besar dibanding pasangan yang lebih cermat "berhitung".

Memang, aku Ferryal, dalam urusan seks tak bisa dilakukan penjajakan dari jauh-jauh hari sebelumnya untuk menentukan cocok-tidaknya. Itulah mengapa, "banyak istri yang terkaget-kaget atau malah ketakutan setengah mati begitu mengetahui suaminya ternyata luar biasa 'ganas' di ranjang," ungkapnya. Namun bukan berarti tak ada solusinya, lo. "Langkah paling tepat untuk mengantisipasinya adalah kemauan melakukan konseling seks sebelum perkawinan." Begitu pun jika sudah terlanjur kawin baru sadar kalau ternyata enggak cocok, sebaiknya pasangan pergi berkonsultasi kepada ahlinya.

Julie/Th. Puspayanti

  

KONSELING PRANIKAH

Sebenarnya, setiap pasangan yang hendak menikah sudah mendapatkan gambaran mengenai kehidupan berumahtangga. Sayangnya, ujar Ferryal, yang diketengahkan cuma gambaran umum semisal apa saja kewajiban sebagai suami dan istri, sementara soal kehidupan seksual suami-istri sama sekali tak dibahas. "Paling cuma dinasehati agar suami menafkahi istrinya lahir batin, namun bagaimana caranya memperlakukan istri sebagai ratu rumah tangga maupun secara khusus di ranjang, tak pernah dibahas. Mereka, kan, akhirnya jatuh-bangun belajar sendiri dari uji coba dengan risiko yang harus ditanggung sendiri."

Itulah mengapa, lanjut Ferryal, banyak istri yang tak pernah mengalami orgasme hanya karena mereka tak tahu apa dan bagaimana menikmati kepuasan seksual sebagai istri. Sebaliknya, tak sedikit pasangan yang sudah sekian tahun belum dikaruniai anak, "hanya lantaran si suami tak tahu bagaimana cara menghamili istrinya," karena untuk menghitung masa subur istrinya saja, ia buta sama sekali. Memprihatinkan sekali, bukan?

Nah, dengan bantuan terapis seks, masalah-masalah "kecil" ini bisa ditangkal agar tak berlarut-larut hingga menimbulkan masalah yang lebih besar lagi dan merembet pada aspek-aspek kehidupan lain.

  

DEMI "PERBAIKAN" KETURUNAN

Menurut Ferryal, pilihan seseorang pada lawan jenisnya sebagai calon pasangan hidupnya tak tertutup kemungkinan hanya didasarkan pula pada kecenderungan yang ada dalam diri tiap orang untuk melengkapi kekurangannya. Misal, orang berkulit gelap cenderung memilih pasangan berkulit lebih terang, "atau yang bertubuh pendek akan cenderung mencari sosok ideal yang bertubuh jangkung dengan alasan untuk 'perbaikan' keturunan." Disamping, soal selera tentunya juga ikut berperan.

Bukan berarti hal tersebut tak dapat dibenarkan, lo. Namun, sebagaimana pemilihan calon pasangan hidup berdasarkan penggolongan dari postur tubuh, kita hendaknya tak mengabaikan hal-hal lain yang jauh lebih penting seperti aspek kepribadian. Dengan begitu, setidaknya kita sudah meminimalkan kemungkinan munculnya konflik lantaran ada ketidakcocokan yang bisa berakibat perkawinan terancam bubar.