Ibu Tak Bekerja Mengapa Harus Malu

By nova.id, Kamis, 9 Desember 2010 | 17:00 WIB
Ibu Tak Bekerja Mengapa Harus Malu (nova.id)

Bahwa sebagai ibu rumah tangga akan lebih cepat menemukan kebosanan, memang tak dapat disangkal bila yang bersangkutan tak pandai menciptakan sesuatu yang bermanfaat buat dirinya. Dengan kata lain, kalau enggak kreatif, ya, jelas saja akan mudah bosan, Bu. Apalagi, ujar Rieny, "untuk mengisi kehidupan selalu ada kegiatan yang bisa dikerjakan dan tak harus dalam bentuk uang, kan?" Jadi, bohong besar, ya, Bu, kalau orang bilang ibu-ibu di rumah enggak ada kerjaan.

Nah, salah satu cara untuk mencegah atau mengatasi kebosanan di rumah dengan menggali bakat terpendam yang kita punya. Kalau sewaktu remaja suka menjahit, misal, nah, mengapa sekarang tak dilakukan lagi? Atau, bila suka memasak, kan, bisa mencoba aneka resep baru dari buku atau majalah maupun TV dan radio.

Siapa tahu dari situ merupakan awal berbisnis kecil-kecilan yang akhirnya berkembang jadi besar? Apalagi jika salah satu "keberatan" kita tak bekerja lantaran tak punya penghasilan sendiri. Nah, dengan cara ini, kan, jadi bisa "pegang" uang sendiri lagi. Awalnya, toh, bisa dengan menawarkan jasa pada tetangga ataupun kenalan baik. Tak sulit, kan? Jangan salah, lo, dengan berwiraswasta seperti ini, penghasilan kita bisa 4 kali lipat dari gaji orang kantoran!

Selain melakukan hobi -yang bisa berkembang jadi bisnis gede, ibu rumah tangga pun tak "haram" untuk bersosialisasi alias bergaul.

Sekalipun kita enggak punya teman sama sekali, misal, kita tetap bisa, kok, melakukannya. Yang paling gampang, ikut kegiatan di lingkup keagamaan seperti mengaji, kegiatan sosial di gereja, atau aktif di lingkungan RT/RW semisal arisan. Asal jangan digunakan buat ngerumpi yang enggak ada manfaatnya, ya, Bu. Begitupun dengan aktivitas lain semisal kursus toastmaster, melukis, kursus aneka kerajinan atau memperlancar kemampuan bahasa lewat conversation, dan sebagainya.

Pokoknya, saran Rieny, nikmati dunia kita dan jangan pernah menjadikan "profesi" kita sebagai beban. "Pasti ada, kok, yang bisa memberi warna pada hidup agar tak berjalan monoton," tukasnya.

BERMAIN DENGAN ANAK

Satu kelebihan lagi yang perlu disadari, dengan tak bekerja, kita jadi punya waktu lebih banyak untuk bermain dengan anak. Masih ingat, kan, para ahli kerap menganjurkan agar orang tua ikut terlibat dalam permainan anak. Bukankah dunia anak adalah dunia bermain dan anak mengalami proses belajar lewat bermain?

Nah, dengan ibu kerap mendampinginya selagi bermain, ia tak hanya sekadar bermain dalam arti sebenarnya, juga akan membantunya mengembangkan keterampilan motorik kasar-halusnya, dan mempelajari segala hal mengenai kehidupan ini.

Ada banyak permainan yang bisa dilakukan bersama anak. Bahkan sejak si kecil berusia bayi pun, kita bisa bermain bersamanya semisal bermain ciluk-ba, menyusun balok, bermain bola, dan sebagainya. Begitupun menggambar, bermain pasir, membuat aneka bentuk dari lilin, dan sebagainya.

Mengajak anak berjalan-jalan ke taman bermain atau pergi ke suatu mal, juga bisa menjadi ajang permainan yang menarik buat anak dan pembelajaran yang sarat manfaat untuknya. Bahkan, kala kita memasak atau mencuci pun, bisa menjadi "arena bermain" dan belajar yang menyenangkan. Tak peduli si kecil anak perempuan atau lelaki, melibatkannya ke dalam aktivitas yang berbau gender enggak masalah, kok.

Nah, bila si ibu bekerja, maka ia tak akan bisa melakukannya semaksimal mungkin. Paling cuma Sabtu dan Minggu, itupun belum tentu maksimal karena masih harus dibagi lagi dengan aktivitas pribadi, misal. Jikapun ada waktu menemaninya bermain sepulang kerja, paling cuma sebentar karena ia tentunya sudah lelah setelah seharian berkutat dengan urusan pekerjaan di kantor. Jadi, enggak ada ruginya, kan, menjalani "profesi" sebagai ibu rumah tangga? Apalagi dengan kerap bermain bersama anak, juga akan menambah kedekatan ibu dan anak, lo.