Sayangnya, kesalahan terbesar dalam memilih asuransi ialah uang pertanggungan yang didapat tak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Asuransi menjadi sangat penting bila kita punya kewajiban keuangan tertentu dimana ada pihak yang "dirugikan" bila kita meninggal. Misal, orang tua yang mempunyai anak. Tapi bila tak ada yang harus diproteksi, "asuransi menjadi sangat tak penting," tukas Safir Senduk. Misal, pria atau wanita lajang dan tak punya utang yang harus dibayar di kemudian hari, ia tak harus mengambil asuransi karena tak punya keharusan memproteksi.
Nah, bagi orang tua dari anak balita, menurut perencana keuangan ini, asuransi yang penting diambil adalah asuransi jiwa, kesehatan, dan pendidikan. Sementara asuransi-asuransi lain seperti asuransi kerugian, mobil, rumah, dan sebagainya, bukan prioritas utama. Artinya, bila kondisi keuangan memang memungkinkan, silakan saja Bapak-Ibu mengambil asuransi-asuransi tersebut.
ASURANSI JIWA
Asuransi jiwa bermanfaat untuk memproteksi biaya hidup anak bila orang tua meninggal. Pilihlah asuransi jiwa jangka pendek semisal 5 tahun agar kita mudah memprediksikan uang pertanggungannya. "Setelah 5 tahun, evaluasi lagi nilai pertanggungan asuransi jiwa kita." Safir juga menganjurkan agar tak memilih asuransi jiwa yang menyatu dengan investasi alias asuransi dwiguna. "Ada, kan, asuransi jiwa yang bila dalam tenggang waktu kontrak yang telah ditentukan tak meninggal, maka si pemegang polis akan memperoleh uang pertanggungannya."
Nah, asuransi model ini, preminya mahal. "Biasanya 5 kali lipat dari asuransi jiwa biasa, sementara asuransi jiwa tanpa investasi biasanya preminya kecil, misal, Rp. 300 ribu/tahun." Umumnya, agen asuransi lebih suka menawarkan asuransi dwiguna dan mencegah kita mengambil asuransi jiwa biasa. Soalnya, asuransi dwiguna lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan asuransi.
Mengenai UP (uang pertanggungan) yang akan kita dapat, menurut Safir, sebaiknya disesuaikan dengan yang kita butuhkan. Misal, biaya hidup keluarga kita sebulan sebesar Rp. 1 juta, berarti dalam setahun jumlahnya Rp. 12 juta dan 5 tahun menjadi Rp. 60 juta. "Nah, ambillah asuransi jiwa yang nilai UP-nya sebesar Rp. 60 juta atau yang uang santunannya bila didepositokan akan menghasilkan bunga Rp. 12 juta/tahun." Tapi kita harus hati-hati menentukan jumlah UP-nya karena menyangkut uang premi yang akan kita bayar kepada perusahaan asuransi.
Jangan sampai kita terkena bujuk rayu agen asuransi karena mereka tentu ingin UP-nya besar agar preminya besar pula. Bukankah dengan premi yang besar berarti mendatangkan keuntungan yang juga besar bagi perusahaannya? Tentu saja, asuransi jiwa tak hanya penting untuk memproteksi biaya hidup anak kala orang tua meninggal. Bila kita punya utang, misal, cicilan rumah terhadap bank, kita pun perlu asuransi jiwa.
"Biasanya, bank juga akan meminta kita mengambil asurani jiwa supaya bila kita meninggal, utang kita terhadap bank ada yang membayar." Untuk asuransi jiwa yang memproteksi utang terhadap bank, kita tak perlu membayar uang premi lagi karena uang cicilan yang dibayarkan setiap bulan sudah termasuk uang premi yang harus dibayarkan kepada perusahaan asuransi.
ASURANSI KESEHATAN
Mengingat biaya obat dan rawat-inap di rumah sakit semakin hari kecenderungannya semakin meningkat, maka asuransi kesehatan menjadi penting. Tapi sebelum mengambil asuransi kesehatan, pesan Safir, kita harus pandai-pandai mengukur diri. Maksudnya, apakah kita termasuk keluarga yang sering sakit. Bila demikian, "ambillah asuransi kesehatan yang komplit; dari biaya obat, dokter, sampai rumah sakitnya di-cover oleh perusahaan asuransi," anjurnya. Tapi tentu biaya premi per tahunnya relatif mahal, biasanya antara Rp. 1,5 sampai 3,7 juta, tergantung rumah sakit yang kita pilih.
Lain hal bila keluarga kita jarang sakit, apalagi kalau biaya dokter dan obat sudah diganti oleh perusahaan tempat kita bekerja, "sebaiknya ikut asuransi yang hanya meng-cover rawat-inap saja," anjur Safir. Preminya akan jauh lebih murah ketimbang asuransi kesehatan yang komplit. Safir pun menganjurkan agar kita tak memilih asuransi kesehatan jangka panjang. "Biasanya, asuransi kesehatan masa kontraknya per tahun. Jadi, ada baiknya kita selalu mengevaluasi nilai pertanggungannya tiap tahun," kata pemilik dan pendiri biro perencanaan keuangan Safir Senduk dan Rekan ini.