Asuransi, Membeli Rasa Aman (1)

By nova.id, Minggu, 28 November 2010 | 17:01 WIB
Asuransi Membeli Rasa Aman 1 (nova.id)

Sayangnya, kesalahan terbesar dalam memilih asuransi ialah uang pertanggungan yang didapat tak sesuai dengan yang dibutuhkan.

Asuransi menjadi sangat penting bila kita punya kewajiban keuangan tertentu dimana ada pihak yang "dirugikan" bila kita meninggal. Misal, orang tua yang mempunyai anak. Tapi bila tak ada yang harus diproteksi, "asuransi menjadi sangat tak penting," tukas Safir Senduk. Misal, pria atau wanita lajang dan tak punya utang yang harus dibayar di kemudian hari, ia tak harus mengambil asuransi karena tak punya keharusan memproteksi.

Nah, bagi orang tua dari anak balita, menurut perencana keuangan ini, asuransi yang penting diambil adalah asuransi jiwa, kesehatan, dan pendidikan. Sementara asuransi-asuransi lain seperti asuransi kerugian, mobil, rumah, dan sebagainya, bukan prioritas utama. Artinya, bila kondisi keuangan memang memungkinkan, silakan saja Bapak-Ibu mengambil asuransi-asuransi tersebut.

ASURANSI JIWA

Asuransi jiwa bermanfaat untuk memproteksi biaya hidup anak bila orang tua meninggal. Pilihlah asuransi jiwa jangka pendek semisal 5 tahun agar kita mudah memprediksikan uang pertanggungannya. "Setelah 5 tahun, evaluasi lagi nilai pertanggungan asuransi jiwa kita." Safir juga menganjurkan agar tak memilih asuransi jiwa yang menyatu dengan investasi alias asuransi dwiguna. "Ada, kan, asuransi jiwa yang bila dalam tenggang waktu kontrak yang telah ditentukan tak meninggal, maka si pemegang polis akan memperoleh uang pertanggungannya."

Nah, asuransi model ini, preminya mahal. "Biasanya 5 kali lipat dari asuransi jiwa biasa, sementara asuransi jiwa tanpa investasi biasanya preminya kecil, misal, Rp. 300 ribu/tahun." Umumnya, agen asuransi lebih suka menawarkan asuransi dwiguna dan mencegah kita mengambil asuransi jiwa biasa. Soalnya, asuransi dwiguna lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan asuransi.

Mengenai UP (uang pertanggungan) yang akan kita dapat, menurut Safir, sebaiknya disesuaikan dengan yang kita butuhkan. Misal, biaya hidup keluarga kita sebulan sebesar Rp. 1 juta, berarti dalam setahun jumlahnya Rp. 12 juta dan 5 tahun menjadi Rp. 60 juta. "Nah, ambillah asuransi jiwa yang nilai UP-nya sebesar Rp. 60 juta atau yang uang santunannya bila didepositokan akan menghasilkan bunga Rp. 12 juta/tahun." Tapi kita harus hati-hati menentukan jumlah UP-nya karena menyangkut uang premi yang akan kita bayar kepada perusahaan asuransi.

 Jangan sampai kita terkena bujuk rayu agen asuransi karena mereka tentu ingin UP-nya besar agar preminya besar pula. Bukankah dengan premi yang besar berarti mendatangkan keuntungan yang juga besar bagi perusahaannya? Tentu saja, asuransi jiwa tak hanya penting untuk memproteksi biaya hidup anak kala orang tua meninggal. Bila kita punya utang, misal, cicilan rumah terhadap bank, kita pun perlu asuransi jiwa.

"Biasanya, bank juga akan meminta kita mengambil asurani jiwa supaya bila kita meninggal, utang kita terhadap bank ada yang membayar." Untuk asuransi jiwa yang memproteksi utang terhadap bank, kita tak perlu membayar uang premi lagi karena uang cicilan yang dibayarkan setiap bulan sudah termasuk uang premi yang harus dibayarkan kepada perusahaan asuransi.

ASURANSI KESEHATAN

Mengingat biaya obat dan rawat-inap di rumah sakit semakin hari kecenderungannya semakin meningkat, maka asuransi kesehatan menjadi penting. Tapi sebelum mengambil asuransi kesehatan, pesan Safir, kita harus pandai-pandai mengukur diri. Maksudnya, apakah kita termasuk keluarga yang sering sakit. Bila demikian, "ambillah asuransi kesehatan yang komplit; dari biaya obat, dokter, sampai rumah sakitnya di-cover oleh perusahaan asuransi," anjurnya. Tapi tentu biaya premi per tahunnya relatif mahal, biasanya antara Rp. 1,5 sampai 3,7 juta, tergantung rumah sakit yang kita pilih.

Lain hal bila keluarga kita jarang sakit, apalagi kalau biaya dokter dan obat sudah diganti oleh perusahaan tempat kita bekerja, "sebaiknya ikut asuransi yang hanya meng-cover rawat-inap saja," anjur Safir. Preminya akan jauh lebih murah ketimbang asuransi kesehatan yang komplit. Safir pun menganjurkan agar kita tak memilih asuransi kesehatan jangka panjang. "Biasanya, asuransi kesehatan masa kontraknya per tahun. Jadi, ada baiknya kita selalu mengevaluasi nilai pertanggungannya tiap tahun," kata pemilik dan pendiri biro perencanaan keuangan Safir Senduk dan Rekan ini.

ASURANSI PENDIDIKAN

Dengan mengambil asuransi pendidikan, berarti kita telah menyiapkan dana pendidikan untuk si kecil. Perusahaan asuransi akan memberikan dana sebesar jumlah tertentu bila anak masuk ke jenjang-jenjang pendidikan tertentu. Dengan demikian, bila terjadi kematian pada orang tua, perusahaan asuransi tetap akan memberikan jumlah dana tadi kepada si anak tanpa preminya perlu diteruskan lagi.

Sayangnya, tutur Safir, banyak orang tua mengambil asuransi pendidikan tanpa tahu lebih dulu berapa perkiraan biaya pendidikan anaknya kelak. "Padahal, sepanjang yang saya ketahui, UP yang bakal diterima, jumlahnya biasanya tak cukup untuk menanggung biaya pendidikan anak kelak." Untuk itu, Safir memberikan 3 pilihan. Pertama, menutupi selisihnya dengan menabung sendiri.

Kedua, memperbesar dana pertanggungannya sehingga mencukupi untuk membiayai pendidikan. Ketiga, stop atau tak mengambil asuransi pendidikan dan siapkan biaya pendidikan tersebut dengan menabung sendiri. "Sebetulnya, bila kita termasuk pasangan yang punya disiplin tinggi dalam menabung, maka pilihan menabung untuk menyiapkan dana pendiikan anak adalah pilihan terbaik."

Sebab, dengan menabung sendiri, keuntungannya akan jauh lebih besar ketimbang asuransi. Itulah mengapa, Safir lebih menyarankan asuransi pendidikan diikuti oleh pasangan yang tingkat disiplinnya kurang dalam menabung. "Bukankah dengan asuransi, mau tak mau, kita wajib membayar premi?" Nah, kewajiban ini tentunya tak berarti apa-apa bila dibandingkan rasa aman yang akan diperoleh dengan melihat biaya pendidikan anak pasti terbayarkan. Iya, kan?

BUKAN INVESTASI

Perlu diketahui, asuransi bukanlah investasi. "Asuransi adalah proteksi," tegas Safir. Dengan mengambil asuransi, lanjutnya, kita mendapatkan UP atau kasarnya uang keamanan kita. Jadi, dengan jumlah yang dibayarkan, kita akan mendapat rasa aman. Misal, rasa aman kalau kita meninggal, anak dan keluarga pasti ada yang menanggung biaya hidupnya; rasa aman kalau kita atau anggota keluarga sakit dan harus diopname, kita tak lagi harus memikirkan biaya obat dan rumah sakit; dan sebagainya.

"Itulah intinya kita ikut asuransi, membeli rasa aman. Meskipun uang kita hilang, namun kita mendapat sesuatu, rasa aman." Akan halnya investasi atau menabung, yaitu menyimpan uang untuk mendapatkan keuntungan. Jadi, keuntungan ada pada diri si penabung. Tapi dalam menabung diperlukan kedisiplinan diri. Kalau tidak, bisa saja kita menabungnya tak setiap bulan.

Untuk itu, anjur Safir, sebaiknya kita juga mengambil asuransi jiwa kendatipun sudah punya tabungan sendiri. Pokoknya, jangan lihat untung-rugi, deh, kalau mengikuti asuransi, khususnya jiwa dan kesehatan." Dengan mengikuti program asuransi, kita semata-mata hanya membeli rasa aman. Jadi, nilai keuntungannya lebih bersifat psikologis daripada materi atau jumlah uang yang didapat.  

Julie /Iman Dharma Setiawan / bersambung