Anak Favorit Bisa Memecah Belah Keluarga

By nova.id, Selasa, 2 November 2010 | 17:51 WIB
Anak Favorit Bisa Memecah Belah Keluarga (nova.id)

Kasihan, kan, si anak. "Dia seperti menjadi anak yang tak diharapkan oleh ayahnya." Padahal, lanjut Triarti, seorang anak perempuan juga membutuhkan ayah sebagaimana anak lelaki. Pasalnya, dari ayahlah, si anak perempuan bisa memperoleh "bekal" mengenai dunia pria. "Bukankah mengenal dunia laki-laki juga penting bagi anak perempuan agar ia tak gamang bila memasuki perkawinan kelak?" ujarnya.

MAIN BEKING-BEKINGAN

Nah, dengan berbagai alasan di atas, bukan berarti sah-sah saja, lo, bila Bapak dan Ibu lantas menetapkan preferensinya masing-masing. Sekalipun alasannya faktor gender, "rasa-rasanya untuk masa sekarang kurang bisa diterima bila seorang anak harus diistimewakan karena gender-nya," kata Triarti. Bagaimanapun -terlepas dari apa alasannya- mengistimewakan salah seorang anak atau mempunyai anak favorit memang bukan tindakan bijaksana. "Bahkan bisa menimbulkan bibit perpecahan di dalam keluarga, lo."

Bukankah orang tua akan terdorong untuk bertindak tak adil sehingga anak yang lain jadi merasa iri? Orang tua juga jadi tak obyektif lagi dalam melihat permasalahan yang dihadapi anak-anak, lanjutnya. "Jika anak-anak berselisih paham, misalnya, bisa terjadi orang tua langsung 'pasang badan' membela si anak favorit. Ini, kan, enggak betul. Kesannya, setiap anak jadi punya beking di rumah." Si anak pun bisa jadi "gede kepala" karena merasa ada yang membelanya. Iya, kan? Disamping itu, antara Bapak-Ibu sendiri pun bisa timbul pertengkaran, lo.

Misalnya, Ibu menganggap Bapak terlalu berlebihan dalam mengungkapkan kasih sayangnya, atau sebaliknya. Akibatnya, timbullah ketidaksepahaman antara Bapak dan Ibu. Terlebih lagi bila ada prasangka, "Ah, itu, kan, karena kamu enggak suka sama anak itu sehingga kamu jadi enggak suka aku mengungkapkan rasa sayangku." Runyam, kan, jadinya? Kasih sayang di dalam keluarga pun otomatis jadi timpang.

"Ibu maunya hanya dekat dengan anak tertentu. Sebaliknya, ayah juga begitu." Nah, bila suatu hari ibu tak ada dan si anak butuh pertolongan, ia pasti akan sulit meminta bantuan dari ayah. Ayahnya pun, karena si anak bukan kesayangannya, bisa jadi enggan untuk mengurusinya. Apalagi jika si ayah sering berselisih pendapat dengan si ibu gara-gara anak tersebut, semakin "malas"lah si ayah menghadapinya. Kasihan anaknya, kan? Hubungan antar-anak pun akan mengalami masalah karena masing-masing bebas berbuat apa saja di rumah lantaran merasa punya beking. "Ini tentu bisa menimbulkan perpecahan diantara keluarga itu sendiri; seolah-olah ada klik-klik antara ayah dengan kakak dan ibu dengan adik," tutur staf pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta, ini.

CARI PERHATIAN DENGAN CARA NEGATIF

Bagaimana dengan anak yang tak punya beking alias tak jadi favorit ayah atau ibu maupun keduanya? Menurut Triarti, bisa jadi anak akan belajar, perilaku macam apa, sih, yang bisa menyenangkan ayah dan ibu sekaligus. "Dia pun akan berusaha belajar untuk tak melakukan hal-hal yang tak disukai ayah dan ibunya."

Sebaliknya, bisa terjadi anak malah mencari penerimaan dari luar. "Nah, penerimaan dari luar ini, kan, dari teman-temannya. Kalau teman-temannya baik, sih, enggak masalah; tapi kalau tidak, kan, celaka." Bapak-Ibu juga, kan, yang akhirnya jadi repot kalau si kecil sampai masuk ke dalam lingkungan yang enggak benar?

Pada anak yang lebih besar, kemungkinan ia akan berusaha menarik perhatian orang tuanya dengan cara negatif. "Dia akan mencari kasih sayang di luar, dari teman-teman atau lingkungan orang dewasa lain yang belum tentu bisa memberikan nilai-nilai dan moral yang benar." Malah, seringkali anak sengaja mencari nilai-nilai yang bertabrakan dengan ajaran orang tuanya hanya sekadar mencari perhatian. Dampak lainnya, hubungan anak akan berjarak dengan ayah/ibunya. Padahal kita tahu, kehadiran ayah dan ibu sangat diperlukan anak.

Ambil contoh soal anak yang diistimewakan karena gender-nya. Seperti telah disinggung di atas, jika anak perempuan tak disukai ayahnya karena bukan anak harapan, maka bagaimana ia bisa mempelajari dunia laki-laki dari ayahnya. Selain itu, pengalaman dikucilkan dan sering dianaktirikan oleh orang tua bisa terulang kembali pada anaknya sendiri kelak. "Bukankah ia mempunyai persepsi yang kering tentang kasih sayang orang tua kepada anak?" Nah, kadang ini membawa alam bawah sadar kita untuk bertindak yang sama pula.

ORANG TUA HARUS PEKA