Mengatasinya: Itikad baik harus datang dari kedua belah pihak. Istri yang secara usia dan kejiwaan jauh lebih matang bisa memberi masukan pada suaminya mengenai berbagai cara pandang. Sepanjang tidak melakukan hal-hal terlarang, mengapa sesekali istri makan malam bersama klien demi menggolkan urusan bisnis harus disikapi dengan cemburu buta? Sebaliknya, si suami bisa lebih banyak belajar terhadap permasalahan yang ada, menerima masukan dari istri, sambil berusaha terus meng-up date dengan belajar dan belajar guna menyejajarkan diri dengan kematangan istri tercinta.
4. Fisik
Tak hanya jiwa, secara fisik pun wanita tumbuh lebih cepat. Tak heran, meski usianya sama, umumnya wanita akan terlihat lebih dewasa dibanding pria. Nah, apalagi bila usia istri jauh lebih tua. Boleh jadi masalah ini membuat suami lantas merasa malu. Sebaliknya, tak sedikit wanita yang enggan tampil di depan publik bersama suaminya yang masih bertampang "imut". Entah itu acara kantor ataupun kekerabatan di tengah keluarga besar. Bila didiamkan bukan tidak mungkin akan menjadi bom waktu yang bakal menyulut pertengkaran, bahkan perceraian.
Mengatasinya: Segarkan kembali ingatan Anda dengan kesepakatan-kesepakatan bersama saat melangsungkan perkawinan. Bila benar sudah menyatakan kesediaan menerima segala perbedaan, mau tidak mau singkirkan rasa malu, risih, malas, dan sejenisnya. Kedua belah pihak harus berusaha untuk terus menyejajarkan diri. Saat mendampingi istri ke acara yang notabene dihadiri pribadi-pribadi yang lebih mapan dalam banyak hal, setidaknya suami berusaha mengatasinya lewat busana/penampilan yang lebih elegan hingga terlihat lebih kharismatik. Dari pihak istri, jangan malas untuk merawat diri agar terlihat jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Toh sekarang sudah banyak produk perawatan tubuh yang diyakini mampu menjaga elastisitas kulit hingga senantiasa terlihat kencang, halus dan berseri.
5. Hasrat seksual
Selagi usia masih di kisaran 25-40 tahunan, sangat mungkin hubungan intim tak jadi masalah bagi pasangan istri yang usianya terpaut cukup jauh. Namun tak bisa dipungkiri ini akan jadi masalah ketika istri memasuki masa pramenopause-menopause, yakni di usia sekitar 50 tahunan. Bisa dimaklumi karena hasrat seksual suami masih menggebu-gebu sementara istri sudah mulai ogah-ogahan memberi respons seksual karena secara biologis hasrat seksualnya menurun drastis. Ketidakseimbangan ini tentu akan memengaruhi relasi suami istri.
Mengatasinya: Cari jalan tengah yang sama-sama memuaskan kedua belah pihak. Kalau sebelumnya seminggu 3-4 kali, turunkan frekuensinya menjadi 1-2 kali seminggu. Dengan demikian, hasrat suami masih bisa terpuaskan, sementara istri pun masih bisa menikmati tanpa harus merasa terkuras habis-habisan. Bukankah dengan rajin menjaga stamina lewat olahraga teratur dan pola makan yang sehat, siapa pun bisa diharapkan siap tempur di tempat tidur. Yang pasti, jalin terus komunikasi secara intensif agar kedua belah pihak bisa semakin memahami kondisi masing-masing.
Irfan Hasuki