Dengan demikian, secara tak langsung menambah kemampuan berpikir dan wawasan anak. "Jadi, bukan hanya sesuatu hal yang konkret saja atau tentang kehebatannya saja, melainkan juga anak diajarkan untuk mengetahui bahwa masih ada penilaian-penilaian lagi. Hingga anak pun belajar bahwa hidup itu begitu banyak variasinya," tutur Nuki. Selain itu, jika wawasannya bertambah, semakin banyak pula alternatif dalam membanding-bandingkan sesuatu, hingga ia pun jadi lebih objektif.
Namun tentunya harus diperhatikan juga, dalam memberikan pengertian kepada anak harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten. Kalau tidak, anak akan tetap melakukan hal yang sama.
JADI BERANTEM
Penting pula diperhatikan perkembangan situasi setelah anak saling membanding-bandingkan kehebatan orang tuanya. "Biasanya akan berakhir dengan perkelahian atau pertengkaran gara-gara masing-masing tak mau kalau atau ingin lebih unggul," kata Nuki. Masing-masing mempertahankan argumentasinya kalau milik orang tuanya yang paling bagus. Argumentasi itu akan terus berlanjut dan baru berhenti jika ada di antara mereka yang menangis atau pulang sambil mengomel-ngomel. Dari contoh adegan iklan di atas tadi, misal, si Upik tampak mangkel, kan?
Lagi-lagi, pemberian pengertian pada anak adalah kuncinya. "Kita harus memberikan pengertian yang positif bahwa berantem itu enggak baik, misal." Kita bisa bilang, "Kamu enggak perlu begitu sama temanmu. Mungkin saja sabun milik ibunya memang bagus. Namun kami juga punya sabun yang baik. Jadi, kalian berdua sama-sama punya sabun yang hebat."
Begitu pula bila anak ternyata malah jadi minder lantaran kalah adu argumen kala membanggakan orang tuanya, "Kakak enggak usah sedih begitu, dong. Kan, sabun yang Kakak pakai juga enggak kalah bagus. Coba, deh, lihat baju-baju Kakak, bersih dan harum, kan? Temanmu berkata bahwa sabunnya lebih bagus, itu karena ia enggak tahu bahwa sabun Kakak juga bagus. Jadi, sabun Kakak dan sabun teman Kakak sebenarnya sama-sama bagus."
Nah, Bu-Pak, kini sudah ketemu solusinya, kan, bagaimana menghadapi persoalan ini?
JIKA SI KECIL TAK PERNAH MEMBANDING-BANDINGKAN
Kendati usia prasekolah memang masa-masanya anak membanggakan orang tua, tapi tak berarti semua anak akan melakukannya, lo. Nah, bila hal ini terjadi pada si kecil, ada beberapa kemungkinan penyebabnya seperti yang diungkap Nuki berikut ini:
* Bisa saja anak tak punya sesuatu yang dapat ia banggakan. Mungkin ia tak punya kebanggaan terhadap orang tuanya atau ia tak punya tokoh signifikan.
* Atau ia kurang punya wawasan dan kemampuan berpikir yang luas. Bukan berarti ia tak pandai, lo. Soalnya, kepandaian seorang anak tak bisa diukur oleh suka tidaknya ia membanding-bandingkan orang tuanya.
* Bisa jadi pula dikarenakan anak terbentuk atau terpengaruh oleh lingkungan yang berpendapat, membanding-bandingkan orang tua itu enggak baik. Jika ini yang terjadi, hati-hati, si kecil nantinya bisa menjadi anak yang tak punya rasa percaya diri, bahkan mungkin akan tumbuh menjadi anak yang tak mengenal siapa dirinya (tak punya jati diri).
Indah/Gazali Solahuddin/nakita