Hati-Hati Di Jalan, Ya, Ma

By nova.id, Sabtu, 12 Februari 2011 | 17:00 WIB
Hati Hati Di Jalan Ya Ma (nova.id)

Soalnya, terang psikolog pada Yayasan Lentera Zaman ini, anak yang kerap mengucapkan pesan selamat jalan sambil minta oleh-oleh, bisa jadi tengah menguji rasa sayang orang tuanya. "Biasanya anak, kan, akan merasa disayang bila kita memberikan apa yang ia minta. Sebaliknya, kalau tak diberi, pasti ia akan merasa tak disayang lagi."

Namun, jika barang atau sesuatu yang kita janjikan itu ternyata tak terjangkau oleh keuangan kita, "ya, jangan memaksakan diri, dong." Maksudnya, kita tetap membelikan barang serupa tapi dengan harga lebih murah. Jangan kita malah tak membelinya sama sekali. Ingat, kita sudah janji pada si kecil dan janji harus ditepati.

Lain hal jika oleh suatu sebab kita lupa akan terjanji tersebut, kita harus segera minta maaf begitu tiba di rumah. Katakan, misal, "Nak, maaf, ya, tadi Ayah sibuk sekali sampai lupa akan janji Ayah untuk membawakan cokelat buat Adek." Kalau tidak, si kecil bisa sakit hati, lo. Yang lebih parah, ia tak percaya lagi pada kita. Apalagi jika sampai terjadi berulang kali, "akhirnya ia takkan percaya lagi pada lingkungan sekitarnya." Celaka, kan?

BUAT JADWAL

Bukan berarti kita harus selalu memenuhi permintaan oleh-oleh si kecil, lo. Terlebih bila keuangan kita memang tak memungkinkan untuk kita melakukannya. Si kecil harus dikasih pengertian, "Nak, sekarang Bunda lagi enggak punya uang. Jadi, Bunda enggak bisa beliin mobil-mobilan yang Adek minta. Nanti, deh, kalau Bunda sudah punya uang, kita sama-sama pergi membelinya, ya."

Justru kalau selalu dituruti, dampaknya buruk buat si kecil. "Ia jadi tergantung dalam arti ia akan menganggap kita sayang dan peduli kepadanya jika membawakan apa yang ia minta," terang Fitriani.

Selain itu, si kecil pun jadi manja dan tak pernah belajar menunda keinginan. Akhirnya nanti ia tak dapat menerima jika tak bisa memperoleh apa yang ia inginkan. "Ia akan marah atau sakit hati hanya gara-gara keinginannya tak dapat terwujud." Dalam bahasa lain, ia tak bisa menerima kenyataan. Hati-hati, lo, ini bisa terbawa sampai dewasa.

Jadi, Bu-Pak, sekalipun kita mampu memberikan apa yang ia minta, tapi kita tetap harus melatihnya untuk belajar bahwa tak semua keinginannya harus selalu dipenuhi. Caranya, beri pengertian. Misal, "Nak, bukan berarti Bunda enggak sayang sama Adek kalau Bunda enggak bawakan oleh-oleh. Kan, kemarin, Bunda sudah bawakan mobil-mobilan yang Adek pesan. Sekarang cium saja, ya."

Cara lain, jadwalkan waktu pemberian oleh-oleh. Misal, seminggu sekali. Tapi itu pun harus dilakukan secara random, lo. Misal, minggu ini ia diberi oleh-oleh pada hari Sabtu, minggu depannya Rabu, minggu depannya lagi Jumat, dan seterusnya. Soalnya, kalau enggak di-random, jelas Fitriani, lama-lama si kecil akan tahu bahwa ia pasti akan dibelikan atau dikasih oleh-oleh pada hari Sabtu, misal. Akibatnya, ketika tiba hari Sabtu, ia langsung menuntut minta dibawakan oleh-oleh. Celaka, kan?

TETAP DIPELIHARA

Jika pada suatu hari si kecil tak lagi mengucapkan pesan-pesan selamat jalan, jangan kaget atau bingung, ya, Bu-Pak. Hal ini wajar saja. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, gradasinya memang akan menurun. Soalnya, terang Fitriani, si kecil lama-kelamaan akan mengerti bahwa ayah-ibunya pergi tiap pagi untuk bekerja, bukan ingin meninggalkannya.

Disamping, "anak mulai punya kebutuhan lain seperti belajar dan bermain." Hal ini disebabkan, secara psikologis, anak telah memiliki bekal rasa aman atau rasa aman itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Hingga, tak ada lagi rasa cemas akan perpisahan dan perkembangannya pun berjalan wajar.