Bego Lo! Ntar Gue Gampar, Nih!

By nova.id, Jumat, 28 Januari 2011 | 17:01 WIB
Bego Lo! Ntar Gue Gampar Nih (nova.id)

WASPADAI TV

Soalnya, TV merupakan salah satu penyebab utama anak omong kasar. Ambil contoh sinetron-sinetron kegemaran keluarga yang juga digandrungi anak, bukankah banyak memperdengarkan kata-kata kasar?

"Media audio visual memang lebih besar pengaruhnya dan lebih banyak menimbulkan masalah pada anak ketimbang faktor pergaulan," jelas Wieka. Terlebih bila anak hampir sepanjang waktu duduk di depan TV.

Celakanya, banyak orang tua yang seolah-oleh mengabaikan betapa banyak kata dan perilaku kasar yang dikonsumsi anak lewat tayangan TV, seperti memukuli orang hingga sekarat atau bahkan tewas di tempat. Kejadian semacam itu pasti direkam anak. Bisa Ibu-Bapak bayangkan apa jadinya jika frekuensi tontonan semacam ini cukup tinggi.

Makanya, salah besar bila kita membiarkan si kecil bebas menonton tanpa batas. Apalagi bila orang tua bekerja sementara pembantu yang menjaga si kecil gemar sekali menonton TV. "Orang tua harus berpikir untuk membatasi tontonan anak," tegas Wieka. Atau, setidaknya mengalihkan pada kegiatan lain yang lebih bermanfaat. "Sekarang, kan, banyak sekali tersedia permainan edukatif, bacaan bermutu dan sebagainya yang bisa menggantikan kegiatan menonton TV."

Untuk membatasi tontonan si kecil, tentu kita harus tahu jam berapa saja tayangan anak dan bagaimana kualitas acaranya. Dari situ buatlah jadwalnya. Bila kita sudah melarang namun ia masih ingin menonton juga, biarkan saja -sepanjang masih layak sebagai tontonan anak- namun kita harus mendampinginya. Dengan begitu, bila ada omongan/tingkah laku kasar, kita bisa segera menunjukkan pada si kecil bahwa omongan/tingkah laku tersebut tak bagus dan tak boleh ditiru.

Bila dana memungkinkan, sewakan atau belikan VCD-VCD film yang bagus dalam arti menampilkan tokoh yang baik, memperlihatkan cara berbahasa yang baik dan yang tak kalah penting, sesuaikan dengan usia anak.

DIJAUHI TEMAN

Bila si kecil tak "diamankan" sejak awal, kebiasaan omong/berperilaku kasar akan berdampak buruk bagi kepribadiannya, terutama saat mulai bersosialisasi. Soalnya, terang Wieka, kebiasaan ini akan jadi kecenderungan menetap yang jelas-jelas merugikan anak. "Norma-norma di masyarakat kita, kan, enggak bisa menerima pribadi berkarakter demikian," ujarnya. Nanti si kecil bisa dijauhi teman-temannya, lo. Atau, orang tua teman-temannya yang akan melarang anak mereka bergaul dengan anak kita. Bukankah orang tua biasanya akan membatasi dan bahkan ada yang melarang anaknya bergaul dengan anak-anak tetangga yang terkenal nakal dan punya kebiasaan omong kasar?

  Julie/Th. Puspayanti/nakita