Boleh, Kok, Punya Sahabat Lain Jenis

By nova.id, Sabtu, 21 Agustus 2010 | 17:31 WIB
Boleh Kok Punya Sahabat Lain Jenis (nova.id)

TAK USAH CEMBURU

Yang kerap jadi masalah pula adalah hubungan kita dengan sahabat lain jenis dari pasangan. Tak jarang kita dihinggapi rasa cemburu. Nah, untuk mengatasinya, saran Winarini, sebaiknya kita menerapkan keterbukaan dengan pasangan. "Rasa kurang sreg atau cemburu sebaiknya selalu dibicarakan dengan pasangan, sehingga pasangan mengetahui bagaimana perasaan kita mengenai hubungan mereka.Kalau kalau kita diam saja, pasangan mana tahu perasaan kita."

Begitu juga bila pasangan mulai sering membicarakan kelebihan sahabatnya, sebaiknya jangan langsung mencak-mencak menuduhnya mulai lirik-lirik pada sahabatnya. "Tapi cobalah untuk memperlihatkan rasa ketertarikan juga dan minat yang tinggi kepada si sahabat," anjur Winarini. Namun tentunya dengan cara yang halus. Misalnya, "Mas, bagaimana, sih, sifat temanmu itu? Baik tidak?" Selanjutnya, cobalah bersahabat dengan sahabat pasangan kita tersebut. Keuntungannya bisa ganda, lo, karena sahabat yang baik biasanya akan turut menjaga perkawinan kita. Dia akan mengingatkan pasangan kita kalau sampai menimbulkan masalah pada kita.

"Dalam kesulitan, sahabat yang baik akan sangat rela untuk membantu, bukannya mengambil kesempatan. Lagi pula sahabat yang baik akan menjaga persahabatan itu dengan cara yang baik dan tulus," tutur Winarini. Hal lain yang bisa kita lakukan ialah mencoba mencari tahu apa yang menjadi kelebihan si sahabat, lalu mempelajarinya. "Tak perlu malu untuk melakukannya, karena akan lebih rugi bila pasangan kita malah lari ke orang lain demi menutupi kekurangan kita. Bukankah perkawinan yang bisa terjaga dengan baik adalah bila kita selalu mendapatkan yang lebih dari pasangan?" Lagi pula, kalau kita memusuhi sahabat pasangan bisa berakibat senjata makan tuan.

"Kebencian itu bisa berbalik pada kita. Sahabatnya, kan, juga merasa, ah, dia enggak baik sama saya. Nah, caranya 'membalas dendam' bisa dengan cara mengambil kesempatan." Jadi, tandas Winarini, yang lebih baik adalah saling terbuka. Begitu pun kita harus terbuka bila punya sahabat. "Bicarakanlah pada pasangan, misalnya, kita punya sahabat begini, orangnya begini, dan sebagainya. Ceritakan saja semuanya, tak perlu ada yang disembunyikan." Dengan demikian pasangan kita tak akan sampai curiga ataupun cemburu.

BAIK UNTUK ANAK

Jadi, tandas Winarini, perkawinan sebaiknya tak lantas menyingkirkan sahabat lama. Malah, persahabatan yang dijalankan dengan tulus, baik, dan patuh pada rambu-rambu, sebenarnya sangat baik dampaknya buat anak. "Mereka bisa belajar dari persahabatan orang tuanya. Anak bisa melihat, bagaimana orang tuanya saling berbagi rasa, saling tolong-menolong, serta melakukan kegiatan bersama."

Bahkan, bukan tak mungkin anak-anak kita pun bisa bersahabat dengan anak-anak sahabat. "Sahabat yang dipupuk sejak kecil biasanya malah lebih awet sampai mereka sama-sama besar, karena hubungan mereka sudah seperti layaknya saudara," lanjut Winarini. Tapi, bagaimana bila pasangan ternyata keberatan kita tetap bersahabat dengan sahabat lain jenis? "Kalau sudah menikah, apalagi kalau sudah punya anak, tentunya prioritas kita bukan lagi pada kebahagiaan diri sendiri, tapi keluarga.

Jadi, biarpun persahabatan sudah berjalan bertahun-tahun, kita harus rela melepaskan sahabat. Toh, kita tetap bisa keep in touch lewat telepon, menanyakan hal-hal yang umum seputar keluarga." Tentunya, sahabat yang baik akan mengerti kalau kita harus memprioritaskan keluarga. "Mungkin malah dia mendukung niat kita itu." Prinsipnya, tandas Winarini, tentukanlah apa yang menjadi prioritas bila kita harus memilih antara mempertahankan perkawinan atau persahabatan. Nah, enggak sulit, kan? Semuanya terpulang kepada masing-masing.  

Santi Hartono/nakita