Rahasia Sukses Bisnis Bersama Pasangan

By nova.id, Rabu, 18 Agustus 2010 | 04:18 WIB
Rahasia Sukses Bisnis Bersama Pasangan (nova.id)

Tak usah ragu bila Anda ingin buka usaha bersama pasangan. Anda berdua bisa tetap sukses. Kuncinya cuma dua, kok! Mau tahu? Segera saja simak bahasan ahlinya di bawah ini.

Lihat saja Sukiatno Nugroho, juara lomba Es Teler tahun 1977, sukses mengembangkan bisnisnya berkat kerja samanya dengan sang istri. Konon, resep es telernya didapat Sukiatno dari istrinya. Setelah menang lomba, Sukiatno bersama istrinya mengembangkan usahanya menjadi warung es teler. Dari warung kecil di sebuah gang kini mereka telah mememiliki restoran yang tersebar di berbagai tempat.

Memang, aku Kafi Kurnia, usaha keluarga yang sukses seringkali diawali dari kerja sama antara sepasang suami-istri. Bukankah banyak juga toko/warung kecil yang dijalankan bersama antara suami-istri? "Suami melayani pembeli, istri menjadi kasir. Setiap hari kegiatan tersebut dengan tekun mereka jalankan, sampai akhirnya bisnis mereka makin besar," tutur direktur Peka Consult, sebuah lembaga konsultan keuangan dan manajemen ini.

Bisnis yang dikelola suami-istri, lanjut Kafi, umumnya berupa bisnis keluarga yang bersifat intrepeneur (wirausaha). "Jadi kayak Es Teler yang dikembangkan Sukiatno tersebut. Istrinya menang lomba, suaminya membisniskan resepnya, dan akhirnya bisnis Es Telernya dikembangkan bersama." Kombinasi yang kerap terjadi adalah suami mengembangkan dan istri menjalankan operasionalnya. Atau, sebaliknya.

KOMPAK DAN SALING PERCAYA

Konon, yang menjadi unsur penting dalam kelanggengan bisnis adalah kekompakan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Nah, bisnis yang dibangun bersama pasangan mempunyai kelebihan ini. "Pasangan yang dasarnya memang sudah kompak tinggal menggunakan kekompakan ini sebagai modal untuk berpartner dalam berwiraswasta," ujar Kafi.

Selain itu, bukankah bisnis seringkali mengandung tingkat kerahasiaan tinggi yang menuntut kepercayaan? Nah, suami-istri punya modal lebih dalam hal ini, mereka saling percaya. Jadi, rahasia bisnis keluarga, seperti resep masakan bagi yang membuka restoran atau kiat manajemen yang dijalankan, tak akan terbeber kemana-mana. Mereka bisa memegang rahasianya. Namun begitu, tak berarti semua suami-istri bisa melakukan bisnis bersama. "Hanya pasangan-pasangan tertentu saja yang bisa sukses, yaitu mereka yang bisa kompak dan saling percaya," tukas Kafi.

SAMA HOBI DAN KESENANGAN

Modal lain yang tak kalah penting ialah mempunyai kesamaan hobi dan kesenangan. "Jadi, kalau mau membuka usaha rumah makan, ya, suami-istri tersebut harus senang masak dan makan. Paling tidak, kalau hanya satu yang hobi masak, maka pasangannya harus hobi makan. Jadi punya common interest." Sebab, terang Kafi, bisnis keluarga tak akan sukses bila hanya mengandalkan skill."Skill, kan, bisa dicari. Kita bisa menggaji orang lain yang memiliki skill tersebut."

Makanya, common interest alias punya kesamaan aspirasi sangat penting. Jangan lupa, bisnis yang dijalankan keluarga sifatnya wirausaha. Jadi, kalau mau enak menjalankannya, hobi dan kesenangan harus sama. Lagi pula, adanya kesamaan hobi dan kesenangan akan membuat bisnis berjalan dengan fun (senang). "Kalau bisnis keluarga mau maju, suami-istri yang menjalankannya harus merasa fun." Sebab, bila salah satu pasangan melakukannya dengan terpaksa, entah karena dipaksa pasangannya atau lantaran merasa kasihan melihat pasangannya tak ada yang membantu, maka umumnya jarang yang menjadi sukses. Bukankah ia sebetulnya tak suka berbisnis? Kalau orang melakukannya dengan terpaksa, tentu enggak bakalan fun, kan?

Nah, bila bisnis yang dijalankan suami-istri tak lagi terasa menyenangkan bagi salah satu pihak, Kafi menganjurkan agar yang merasa terpaksa sebaiknya mengundurkan diri. "Siapa tahu kalau istrinya atau suaminya berpartner dengan orang lain, usahanya malah maju." Juga, kalau terus dipaksakan, bakal timbul konflik terus-menerus. "Kasihan, kan, anak-anaknya. Mereka akan melihat orang tuanya selalu bertengkar," ujar Kafi. Dalam berbisnis bersama, lanjutnya, suami-istri memang harus memiliki kepekaan yang tinggi. Maksudnya, peka melihat situasi. Jadi, kalau sudah enggak fun lagi, ya, jangan diteruskan.

SALAH SATU MERASA TERSISIH

Kendati bisnis bersama pasangan banyak menguntungkan, namun bukan berarti tak bakal ada masalah. "Bila suami lebih banyak melakukan deal bisnis dan menjalankan operasionalnya, bisa jadi ia semakin canggih. Sementara istrinya yang hanya mengurusi administrasi dan lebih banyak tinggal di kantor, tentunya akan ketinggalan." Akibatnya, makin lama gap di antara mereka makin besar. Buntutnya, salah satu pasti akan merasa tersisih. Kalau sudah begitu, tak ayal lagi, bisnis pun tak lagi terasa menyenangkan.

Sering terjadi, bila salah satu merasa tersisih, merasa yang lain lebih dominan, maka ketidakpuasannya itu akan terbawa ke rumah. Nah, menurut Kafi, pasangan yang demikian belum bisa membedakan urusan bisnis dan rumah tangga. "Mereka merasa kantor sama dengan rumah, sehingga mereka mau adu pengaruh supaya lebih dominan," terangnya. Namun tentu saja hal itu akan berdampak buruk, baik untuk hubungan suami-istri itu sendiri maupun sebagai partner bisnis. Untuk mengantisipasi timbulnya konflik seperti itu,

Kafi menyarankan agar ada pembagian yang jelas tentang tugas dan wewenang masing-masing pihak. "Bukankah di setiap organisasi pun selalu ada tugas dan wewenang masing-masing pihak yang terlibat? Karena itu, bisnis pun harus dilihat sebagai suatu organisasi." Tentunya setelah ada pembagian yang jelas, masing-masing pihak harus menghargai wewenang atau teritori pasangannya. Pembagian tugas yang jelas ini juga membantu agar salah satu pihak tak merasa tersisih atau dilangkahi. Misalnya, dalam mengambil setiap keputusan yang menyangkut urusan rumah tangga, istri selalu dilibatkan. Tapi kalau untuk urusan bisnis, bisa saja suami membuat keputusan tanpa melibatkan istri karena suami merasa itu sudah menjadi wewenangnya. "Kalau batasannya jelas, wewenangnya jelas, masing-masing tak melanggar rambu-rambu yang diberikan pasangannya, biasanya akan membuat bisnis lancar saja," tutur Kafi.

KOMUNIKASI SELALU DIJAGA

 Suami-istri yang berhasil dalam bisnis, menurut Kafi, kebanyakan karena mereka saling mengisi, bukannya bersaing. Selain itu, tambahnya, harus disadari bahwa dalam bisnis manapun selalu ada pihak yang lebih tinggi dari yang lain. "Enggak ada, tuh, yang namanya equal partner dalam bisnis. Beda dengan kehidupan dalam rumah tangga, justru equal partner sangat penting." Jadi, kalau dalam bisnis suami-istri memposisikan dirinya sama tinggi, itu pasti menimbulkan masalah. "Mereka harus mau berbagi wewenang; harus ada supreme power di bisnis. Kalau partner setara dalam ide dan saham, sih, boleh, tapi harus ada yang lebih tinggi dalam leadership-nya," tutur Kafi.

Sebagai jalan keluar, Kafi menyarankan agar komunikasi antara suami istri selalu dijaga. Jangan masing-masing tenggelam dalam kesibukannya sendiri di kantor. Ide-ide baru dan keinginan masing-masing pihak harus terus dibicarakan, supaya sebelum salah satu mengambil keputusan, paling tidak ia sudah tahu keinginan pasangannya. "Walaupun tak ada sharing dalam pengambilan keputusan, tapi dalam prosesnya istri mengerti, karena komunikasi dijalankan dengan sangat baik. They still communicate in the decision, tapi tak harus sharing the power. "

Konflik lain yang kerap muncul, bila masa-masa sulit dalam bisnis terbawa sampai ke rumah. Misalnya, bisnis sedang lesu, pelanggan jarang datang, order tak masuk atau kalah tender melulu, nah, efek psikologisnya bisa bermacam-macam. Suami/istri atau kedua-duanya bisa jadi kesal, lantas di rumah jadi marah-marah. Ini tentu akan mengganggu hubungan suami-istri. Jadi mesti diwaspadai.

DUKUNGAN MORAL

Memang, aku Kafi, ada juga pasangan yang berbisnis bersama namun tak mau membawa persoalan dalam bisnis ke rumah tangga. "Mereka bisa membedakan untuk tak membawa konflik rumah tangga ke bisnis dan sebaliknya. Pokoknya, di kantor urusan di kantor dan di rumah urusan di rumah," tuturnya. Hal ini tergantung dari tingkat "kecanggihan" relationship suami-istri tersebut. Itulah mengapa ada juga pasangan yang oke-oke saja membicarakan bisnis ke rumah dan menganggap itu malah bagus. "Bisnis mereka bisa lebih intens karena mereka terus berkomunikasi di rumah."

Jadi, tergantung kesepakatan mereka. Selain itu, kalau mereka selalu kompak dan gembira dalam menjalankan bisnis bersama, "sebenarnya mereka mendapat manfaat lain, yaitu moral support yang didapat oleh masing-masing pihak," lanjut Kafi. Dukungan dan hiburan bila bisnis sedang sepi benar-benar bisa dirasakan oleh suami atau istri. "Moral support ini yang seringkali justru tak bisa didapat dari pegawai atau kompanyon bisnis yang lain." Jadi, Bu-Pak, rahasia suksesnya cuma kompak dan fun. Kalau fun-nya sudah hilang, maka kompaknya akan "tenggelam"; begitu juga sebaliknya. Selamat berbisnis dengan pasangan; semoga sukses!  

Santi Hartono /nakita