Awas, Jangan Sembarangan Ngomongin Pasangan

By nova.id, Senin, 7 Juni 2010 | 18:13 WIB
Awas Jangan Sembarangan Ngomongin Pasangan (nova.id)

Sementara para suami jarang sekali "curhat". Kalaupun mereka cerita perihal "dapur", biasanya hanya pada acara-acara khusus semisal saat kumpul-kumpul di pesta pernikahan. Dan yang paling sering dirumpiin berkisar soal hubungan seksual, pelayanan istri, serta kesetiaan atau ketelatenannya dalam mengurus suami.

Namun begitu, apa pun yang dijadikan bahan obrolan, entah oleh istri atau suami, Lita mengingatkan bahwa pasangan bisa sangat syok apabila mengetahuinya. "Misalnya, sang teman keceplosan bicara pada pasangan kita lantaran sudah merasa sangat dekat dengan keluarga kita. Akibatnya, pasangan jadi syok karena orang lain mengetahui rahasianya." Bisa jadi si pasangan, terlebih suami, akan marah lantaran ia tak setuju dan tak terima rahasianya diketahui orang lain.

Perlu dipahami, terang Lita, ego pria dan wanita berbeda. Biasanya ego pria menyangkut seks, kekuasaan, prestasi, dan penaklukan. "Jadi, mereka ingin sesuatu yang lebih dari wanita." Kalau dalam hal keuangan, misalnya, pendapatan si suami lebih kecil daripada pendapat istri, ia sudah merasa dilecehkan. Apalagi kalau hal itu sampai dibicarakan ke mana-mana oleh istrinya, tentu akan menambah luka di hatinya.

Yang terjadi kemudian, biasanya suami akan minta pertanggungjawaban istrinya, "Kenapa temanmu sampai bisa tahu sedalam itu tentang kita?" Selanjutnya, bisa jadi ia tak akan percaya lagi dengan istrinya. Misalnya, ia tak lagi sepenuhnya terbuka pada istri. Kalau dulu segala sesuatunya selalu diceritakan, maka kini ada hal-hal tertentu yang dirahasiakannya. Kalau sudah begitu, dampaknya juga tak bagus bagi hubungan suami-istri.

KOMUNIKASI DAN KONTROL DIRI

Sebenarnya, ujar Lita, kalaupun kita ingin mencari solusi dari teman, belum tentu ia bisa memberikan jawaban atau jalan keluar dengan tepat. Karena itu, anjurnya, "Lebih baik diatasi sendiri atau dibicarakan berdua dengan pasangan." Tapi kalau dengan cara ini ternyata tetap tak terpecahkan masalahnya, sebaiknya datanglah ke ahlinya.

Itulah mengapa Lita menekankan betapa penting menjalin komunikasi di antara suami-istri. Bukan hanya untuk membicarakan persoalan yang kita hadapi dengan pasangan, namun juga perihal apa saja yang sensitif bagi kita/pasangan dan mana yang boleh dibuka untuk umum. Karena bisa terjadi, apa yang sensitif bagi pasangan ternyata bagi kita biasa-biasa saja dan boleh diceritakan ke orang lain. Nah, dengan adanya komunikasi, kita jadi tahu mana yang pantas dan mana yang tak boleh diceritakan. Tentu kita pun harus menghormatinya.

Selain itu, kita juga harus memiliki kontrol diri yang kuat agar tak gampang terpancing dan bisa mengerem mulut kita untuk tak membicarakannya. "Biasanya kalau kita lagi tak ada masalah dengan pasangan, kontrol diri kita akan kuat. Tapi kalau lagi ada masalah justru melonggar, sehingga kita jadi gampang terpancing untuk membeberkan rahasia 'dapur' kita."

Nah, agar kontrol diri kita tetap kuat, saran Lita, libatkan orang ketiga dalam pembicaraan kita dengan teman. Entah itu pasangan atau anak. "Biasanya kita jadi agak lebih berhati-hati dalam berbicara, enggak lepas kontrol, dibanding kalau kita hanya berdua saja dengan si teman."

Namun tentunya kontrol diri tak bisa terbentuk seketika. Pasti harus melalui proses yang sangat panjang. "Dengan semakin dewasanya usia dan semakin banyak pengalaman kita, semakin bisa kita memilah-milah permasalahan. Mana yang patut diceritakan pada orang lain dan mana yang tidak." kata Lita mengakhiri.

Indah Mulatsih/nakita