Hati-Hati Mandi Bersama Si Kecil

By nova.id, Rabu, 26 Januari 2011 | 17:01 WIB
Hati Hati Mandi Bersama Si Kecil (nova.id)

Nah, mengingat dampaknya sungguh tak sehat buat si kecil, kenapa kita tak biasakan saja ia mandi sendiri? Apalagi ini, kan, berkaitan dengan proses kemandirian. Tentu caranya enggak drastis, ya, Bu-Pak, karena ia, kan, belum terampil mandi sendiri.

Awalnya, kita temani ia mandi sambil mengajarkan cara mandi yang betul; dari cara mengguyur badan, menggunakan sabun, sampai memakai handuk dengan benar. Setelah itu, secara bertahap kita minta ia mandi sendiri, mula-mula sambil tetap kita bantu hingga akhirnya ia bisa mandi sendiri. Tentu butuh waktu, ya, Bu-Pak, sampai akhirnya si kecil bisa dilepas mandi sendiri. Karena itu, kepada pengasuhnya pun kita minta agar ia mengajarkan si kecil mandi sendiri.

Untuk mendukung pembelajaran ini, kamar mandi dan perkakas mandi pun berperan. Jangan sampai bak mandinya terlalu tinggi hingga tak terjangkau si kecil. Akan sangat membantu bila menggunakan ember atau shower jika ada, sementara sabun mandinya gunakan yang cair karena lebih praktis buat anak. Selain itu, seiring pembelajaran, si kecil pun perlu ditanamkan pengertian bahwa ia sudah cukup besar dan sudah saatnya belajar mandi sendiri. Dukungan dari kita sangat penting artinya buat keberhasilannya mandi sendiri.

Yanti/Dedeh Kurniasih/nakita

JANGAN DIMARAHI

Jika mandi bersama telah berdampak buruk semisal si kecil jadi "genit" atau "masturbasi", jangan ia dimarahi apalagi dihukum fisik seperti dicubit atau dipukul. Cara begini nggak bakalan mempan buat anak batita. "Wong, dia enggak ngerti, kok!" bilang Dewi. Bahkan, dinasihati panjang lebar pun enggak ada gunanya.

Yang terbaik, alihkan secara perlahan. Bila ia lebih kerap sendirian, misal, ajaklah ke lingkungan sosial yang memungkinkan ia bergaul dengan teman-teman sebayanya. "Bisa dengan melibatkannya dalam kegiatan tertentu yang diminati seperti menari, menyanyi, menggambar, atau lainnya." Lewat cara ini, menurut Dewi, biasanya anak akan lupa, kok, dengan yang sudah dilakukannya.

Sedangkan perilaku "genit"nya bisa diatasi dengan memberi pengertian yang bisa diterima akalnya. Misal, si Buyung senang mencium teman perempuannya. Katakan padanya, "Buyung enggak boleh genit seperti itu sama teman ataupun orang lain, karena belum tentu ia senang dicium oleh Buyung. Kalau dia enggak senang, nanti Buyung dijauhi, lo. Akhirnya, Buyung jadi enggak punya teman. Nah, Buyung enggak mau seperti itu, kan?" Kendati masih batita, si kecil bisa mengerti, kok, dengan penjelasan seperti ini.