Hobi Membaca Tidak Merusak Mata, Kok

By nova.id, Jumat, 31 Desember 2010 | 17:01 WIB
Hobi Membaca Tidak Merusak Mata Kok (nova.id)

Apakah ingin menggunakan lampu pijar atau neon, tak jadi masalah. Yang penting, ruangan sekitar tempat membaca juga harus sama terang. Sedangkan lampu, yang dipentingkan bukan cuma besaran watt-nya, tapi juga warnanya. Jangan pernah gunakan warna kuning, hijau apalagi merah; karena kuning akan melelahkan mata, sementara hijau akan mengganggu kontras warna benda-benda yang dilihat.

BESAR KECILNYA TEKS

Untuk balita, sebaiknya pilih besar huruf sekitar 1,5 kali besar tulisan artikel ini (font size 9), atau yang ber-font size 13. Soalnya, kalau huruf terlalu kecil, mata harus ekstra berakomodasi atau luar biasa mencembung. Kalau terlalu lama dan akomodasinya begitu kuat, teks itu sendiri akhirnya sangat sulit ditangkap. Untuk lima menit pertama, barangkali belum ada masalah, tapi 10-15 menit kemudian pasti terasa sulit. Tak heran bila anak mulai mengeluh sakit kepala, mata berair, mata merah/perih karena mata dipaksa terus berakomodasi.

Ingat, terlalu cembung dalam jangka waktu lama bisa membahayakan mata, lo! Antara lain, menimbulkan radang atau steril conjungtivitae alias belekan yang bukan disebabkan bakteri atau kurang menjaga kebersihan. Radang mata streril biasanya disebabkan mata lelah akibat membaca namun diabaikan saja atau tak sesegera mungkin diistirahatkan. Keluhan semacam ini sering muncul sebagai bintil di sana-sini yang kemudian menghilang namun segera muncul lagi di tempat lain. Kondisi begini biasanya muncul pada mereka yang dicurigai menderita silinder tapi tak terdeteksi.

CROWDED PHENOMENON

Fenomena kepadatan pada halaman yang tengah dibaca anak sebaiknya dihindari. Usahakan huruf tak terlalu rapat atau berdekatan satu sama lain. Selain, tak boleh bertumpuk sedemikian rupa antar kalimat. Kalau tidak, dampak buruknya kurang lebih sama dengan keluhan lain, yakni mata harus terakomodasi terus-menerus, hingga anak akan berusaha kucek-kucek matanya untuk "mempertajam" kemampuannya berakomodasi. Padahal bila tangannya kotor malah menimbulkan radang atau perlukaan yang membahayakan.

Dampak buruk lain, pemberian alat bantu berupa kaca mata terlalu dini. Sementara kita umumnya ingin menjauhkan kemungkinan anak berkaca mata, bukan?

Hindari pula penggunaan kalimat yang sangat panjang semisal lebih dari 30 karakter huruf karena akan memberatkan anak. Soalnya, tubuh mereka, termasuk indra penglihatannya, masih dalam taraf perkembangan dan kemampuannya pun serba terbatas. Anak usia 5-6 tahun, misal, maksimal hanya bisa "merekam" satu kalimat sepanjang 6-8 suku kata; contoh: Mem-per-li-hat-kan-nya. Hingga untuk balita, sebaiknya kalimat yang dipilih terdiri dari lebih sedikit suku kata. Lebih pendek kalimatnya akan lebih bagus, baik untuk sistem pengindraannya maupun proses pembelajaran si anak, selain tak menyiksa/melelahkannya.

KONTRAS WARNA

Maksudnya, perbedaan warna hitam putih tampilan cetakan di buku. Misal, komik atau buku-buku yang dicetak dengan warna dasar lebih jernih/putih dan teks dengan tulisan hitam pekat. Jadi, jangan pilih warna dasar abu-abu sementara teks tulisan kurang hitam.

Soalnya, dalam selaput jala yang strukturnya berlapis-lapis, ada lapisan yang bertanggung jawab "menangkap" warna hitam-putih sebagai warna "ibu" atau warna pokok, namun ada pula yang bertugas menangkap nuansa atau gradasi warna. Pada anak usia 2-3 tahun lebih dulu berkembang yang kontras warna dasarnya, yakni hitam dan putih itu tadi. Bila kontras warna ini redup atau tak jelas seperti abu-abu, tulisan-tulisan yang tertangkap oleh mata anak juga jadi kurang tajam hingga sangat melelahkan matanya. Buat anak, warna paling menarik sekaligus menyejukkan justru hitam dan putih.

Pada usia-usia tertentu semisal 3 tahun ke atas, anak mulai bisa diperkenalkan pada warna-warna kontras dan warna lain. Malah sebaiknya pilihkan warna-warna primer yang berani dan ceria (eye catching). Jangan pernah berikan warna pastel karena untuk melihat warna-warna ini, anak justru harus menggunakan energi ekstra. Warna-warna pastel boleh saja diberikan pada usia-usia tertentu, tapi sebaiknya di atas 4-5 tahun dalam rangka membelajarkan anak melihat warna dengan baik.