Hobi Membaca Tidak Merusak Mata, Kok

By nova.id, Jumat, 31 Desember 2010 | 17:01 WIB
Hobi Membaca Tidak Merusak Mata Kok (nova.id)

KONDISI BERGERAK

Membaca pada kondisi bergerak semisal di kendaraan yang tak stabil perlu dihindari, karena berarti konvergensi dan akomodasi otot-otot begitu dipaksakan dalam waktu lama hingga memicu kebutuhan alat bantu berupa kaca mata dalam waktu relatif singkat. Pasalnya, di pusat/sentral mata terdapat bintik kuning yang merupakn bagian paling jelas dan tajam untuk melihat benda sasaran; sementara luasnya sangat kecil, hanya sekitar 10 namomikron atau kira-kira 2 milimeter.

Saat melihat objek bergerak, setiap kali itu pula fokus mata harus berpindah-pindah; sebentar masuk bintik kuning, kemudian ke zona paramakuleri (bagian luar bintik kuning), masuk lagi ke bintik kuning dan seterusnya hingga saat melelahkan dan sangat tak dianjurkan.

Satu-satunya membaca dalam kondisi bergerak yang dibolehkan hanya ketika menggunakan pesawat terbang karena gerakannya relatif stabil. Jikapun tujuannya membaca dalam kendaraan bergerak hanya untuk keasyikan, membunuh waktu atau membuang kebosanan selama perjalanan, tak harus dengan membaca, kok. Akan lebih aman buat mata namun tetap memberi manfaat bila mendengarkan musik lewat walkman atau melihat pemadangan di luar.

Nah, kini semakin paham, kan Bu-Pak ? Jangan lupa, lo, mengingatkan si kecil pada rambu-rambu tersebut kala ia membaca.

MEKANISME KERJA MATA

Mata adalah organ tubuh yang bekerja seperti alat optik, yakni harus bisa mengatur fokus/jarak. Jika benda atau objek penglihatannya berada dalam jarak dekat, berarti harus mencembungkan diri. Sedangkan jika jarak jauh harus di-flap atau dirilekskan otot-ototnya agar tak terlalu cembung. Dalam ilmu mata, pekerjaan mencembungkan dan mengkondisikan mata dalam keadaan rileks ini disebut akomodasi dan konvergensi. Pengaturan akomodasi dan konvergensi inilah yang memungkinkan benda-benda atau objek penglihatan terlihat jelas atau tidak. Sementara pengerjaan tugas ini dilakukan oleh otot-otot di sekitar mata (Iris).

Untuk melakukan tugas mengatur akomodasi dan konvergensi ini, otot-otot mata secara keseluruhan haruslah kuat dan bisa bekerja sama. Bila tidak kuat atau tak ada kerja sama yang baik di antara otot-otot tersebut, mata orang yang bersangkutan akan mudah lelah, merah, perih dan berair. Ia pun akan sering mengeluh sakit kepala, atau mengucek-ucek dan mengedipkan mata terus-menerus karena tak tahan melihat cahaya. Kurang tidur juga sangat buruk pengaruhnya bagi mata. Itu sebabnya, mereka yang kurang tidur akan mengalami gejala sama dengan mereka yang mengalami mata lelah.

PLUS-MINUS BUKAN TURUNAN, KOK

Kelainan mata minus dan plus, boleh dibilang tak diturunkan karena hampir semua bayi lahir (90%), matanya positif 2-3 dioptri. Normalnya memang harus positif dan kondisi ini sama sekali tak mengganggu. Soalnya, mata bayi masih kecil dan akan berkembang sesuai pembesaran rongga matanya. Dengan berkembangnya rongga mata, bola mata pun akan membesar.

Kondisi positif yang ada sejak lahir ini, secara bertahap mulai menghilang dengan sendirinya saat anak berusia 3-4 tahun, hingga ketika berumur 6 tahun akan jadi nol/normal atau paling tidak positif 0,5. Sementara bayi yang lahir dengan positif kecil semisal 0,5 dioptri justru memiliki kecenderungan bermata minus besar. Terlebih kalau faktor pemicunya banyak dan rambu-rambu saat membaca tak diperhatikan.

DAMPAK KACAMATA PADA ANAK

Buat anak, penggunaan kaca mata bisa berdampak buruk atau tidak, sangat tergantung pada penjelasan dan bimbingan orang tuanya. Kalau orang tua begitu gencar menanamkan pengertian kaca mata sebagai momok, konsep yang dimiliki anak pun kurang lebih akan sama. Nah, kalau memang si kecil harus berkacamata, jelaskan apa manfaat kaca mata. Tekankan bahwa berkaca mata sama sekali tak merugikan, tapi justru akan banyak membantu. Bukankah lebih baik berkaca mata ketimbang mata jadi malas atau bahkan kelainan yang ada semakin parah dan membuat mata jadi buta?

Jadi, tak perlu dijadikan momok, ya, Bu-Pak. Kalaupun si kecil tak ingin menggunakan kaca mata, toh, masih banyak cara yang bisa ditempuh. Misal, pemberian vitamin khusus, latihan khusus atau terapi laser. Dengan bimbingan sederhana pada usia tertentu, kerusakan yang ada tak makin parah atau pemburukannya melandai.

JAGA KESEHATAN MATA DENGAN SAYURAN ANEKA WARNA

Kecukupan gizi yang baik pasti menunjang kesehatan mata, termasuk kecukupan zat besi, Vit B6, Vit B12, Vit E dan Selenium. Selain, makanan anak sebaiknya bervariasi dan beragam. Kehadiran buah-buahan dan sayur-mayur dalam menu anak memiliki fungsi saling menunjang. Itu sebabnya, ke dalam menu makanannya sehari-hari harus dicobakan segala macam bahan makanan dengan aneka warna alam semisal wortel, brokoli, bayam merah, dan kacang hijau.

Bukankah alam memberi begitu banyak warna yang kita tidak pernah bisa menirunya? Bayangkan, untuk warna hijau saja yang mengandung klorofil yang sangat baik untuk kesehatan mata, alam menyediakan 12-13 derajat warna hijau! Ada yang hijau muda, lebih tua dan yang sangat hijau sekali, sementara kandungan gizi tiap warna ini pasti berbeda. Sayuran warna hijau ini, kandungan gizinya amat disarankan untuk mereka yang bermata minus. Sedangkan untuk mata silinder, di mana lapisan-lapisan retinanya sangat peka terhadap cahaya, amat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan sayuran yang lebih mengarah ke warna merah dan ungu semisal bayam merah dan sebagainya.