Tidur Menciptakan Bayi Cerdas

By nova.id, Kamis, 30 Desember 2010 | 17:01 WIB
Tidur Menciptakan Bayi Cerdas (nova.id)

Bayangkan saja, setiap hari ia selalu melihat, mendengar, dan melakukan hal-hal baru. Misal, berapa banyak kata yang ia dapat setiap harinya; atau, ketika ia harus belajar berjalan. Walau kelihatannya gampang bagi orang yang sudah bisa berjalan, tapi sebenarnya ini sulit, lo, buat bayi. Apalagi dari semua makhluk hidup, hanya manusia yang bisa berjalan tegak sempurna. Itu sebabnya, untuk berjalan saja diperlukan jutaan sel yang bekerja sehingga dapat mengorganisir keseimbangan.

"Bahkan, bayi baru lahir pun sudah harus banyak belajar." Misal, ia harus mempelajari suhu di bawah 37 derajat adalah dingin, sedangkan yang di atas 37 derajat itu panas; atau, "Oh, yang sedang memanggil itu suara ibu. Kalau yang itu suara Bapak.", dan sebagainya. "Nah, itu semua harus disimpan dalam memori. Penyimpanannya berlangsung sewaktu tidur REM." Inilah yang disebut fungsi psikologis dalam hal perkembangan kognitif dari REMS.

Bila terjadi penyimpangan dalam proses penyimpanan data, fungsi emosi dari REMS pun berperan. Seperti diketahui, otak terdiri dari sel-sel yang dinamakan neuron dan berbagai zat kimia. Neuron akan menghasilkan aliran listrik, sedangkan zat kimia berfungsi sebagai penghubung antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Jadi, antara listrik dan zat kimia akan mengalir secara bergantian. "Nah, bila ada suatu sensasi yang akan disimpan ke pusat otak namun dalam perjalanannya melalui saraf otak arahnya melenceng, maka disinilah emosi berperan."

Misal, ibu mencubit si kecil. Cubitan itu di otak bisa diartikan bermacam-macam; bisa marah atau malah sayang. Nah, bayi akan mempelajarinya karena setiap sensasi dia olah dan diberi warna. Misal, cubitan ibu terasa pelan sehingga enak, sedangkan cubitan ayah enggak enak karena terlalu keras. Itulah mengapa, bila ibu mencubit, si kecil mungkin akan tertawa; sebaliknya bila dicubit bapak, ia akan menangis.

MENGHILANGKAN ZAT-ZAT BERACUN

Semua sensasi, terang Yul, akan diolah dan dipelajari bayi dalam tidurnya. Misal, sensasi cubitan diberi satu kolom. Begitu juga sensasi dari ibu atau bapak, diberi satu kolom lagi. Hal yang sama juga dilakukan terhadap sensasi-sensasi lainnya semisal sensasi minum susu; bila saya minum susu dan saya ketemu ibu, maka sensasi minum susu diberi satu kolom dan sensasi ketemu ibu diberi satu kolom pula. "Dengan demikian, bayi akan berkesimpulan, kalau saya ketemu ibu maka saya akan mendapat susu."

Tapi dalam membuat kolom-kolom tersebut atau proses mengkaitkan dua rangsangan, "tak dibuat dalam satu hari, lho. Mungkin sebulan, setahun, atau bahkan lebih," kata Yul seraya melanjutkan, "dan, dua rangsangan itu juga harus diberikan secara terus menerus." Jadi, Bu-Pak, manfaatkanlah kesempatan ini. Misal, Anda berdua ingin si kecil cinta membaca. Setiap menjelang tidur, bacakanlah sebuah cerita/dongeng untuknya. Lama-kelamaan, bila melihat buku, ia akan merasa nikmat. Dari situlah si kecil akan mencintai buku.

Akan halnya tidur NREM, karena fungsinya lebih untuk memperbaiki fisik bayi, maka sewaktu ia tidur, zat-zat yang beracun dalam tubuhnya dihilangkan. Zat-zat ini selalu ada dalam diri manusia karena adanya proses metabolisme. "Dengan tidur, bayi bisa mengoksidasi atau menghancurkan radikal bebas yang beracun menjadi tak beracun." Untuk diketahui, radikal bebas ini kalau kebanyakan bisa menimbulkan kanker. "Biasanya terjadi pada orang dewasa karena tidur mereka, kan, makin berkurang sehingga radikal bebasnya makin banyak." Tak demikian halnya pada bayi, hampir tak ada penyakit kanker atau jantung.

Wah, kini kita jadi semakin paham, ya, Bu-Pak. Ternyata tidur bukan cuma merupakan kebutuhan biologis semata, tapi juga bermanfaat besar bagi perkembangan kecerdasan. Jadi, jangan sampai si kecil kekurangan tidur, lo. Selain fisiknya nanti enggak sehat, perkembangan kecerdasannya juga enggak bagus. "Otaknya tak berkembang dan ia pun akan sulit untuk belajar," tandas Yul.

Faras Handayani/nakita