Selain gizi dan banyaknya stimulus/rangsangan, ternyata kecerdasan bayi juga dipengaruhi dari tidurnya. Jadi, jangan anggap remeh tidur, ya, Bu-Pak.
Soalnya, terang Dr. H. Yul Iskandar, DAJ., MBAP., MASRS., Ph.D., sewaktu tidur, bayi bukan hanya sekadar memejamkan mata, "tapi juga mengolah stimulus yang diperoleh untuk disimpan dalam memorinya." Dengan kata lain, susunan sarafnya bukan pasif, melainkan sedang giat-giatnya belajar.
Disamping, pada masa tahun pertama, otak sedang dipacu perkembangannya, yang akan berhenti di usia 18 tahun. Itulah mengapa, jangka waktu tidur bayi juga lebih lama ketimbang orang dewasa. Coba, deh, perhatikan. Ketika baru lahir, si kecil tidur hampir sepanjang hari. Sampai usia 3 bulanan, setiap 2 hingga 3 jam sekali ia tidur.
"Semakin bertambah usia, jumlah tidurnya makin berkurang, namun waktu tidurnya tetap lebih lama bila dibandingkan dengan orang dewasa," lanjut konsultan sebuah Lembaga Penelitian Kognitif di Jakarta ini. Hingga usia 6 tahun, misal, anak masih memerlukan tidur hingga 10-12 jam; sedangkan orang dewasa tidurnya boleh dibilang cuma 7 jam sehari.
JENIS TIDUR
Menurut teori, ada 2 jenis tidur, yaitu REMS (Rapid Eye Movement Sleep) dan NREMS (Non REMS). REMS adalah taraf tidur yang nyenyak sekali dengan gerakan bola mata sangat aktif. "Sebelumnya, REMS selalu dikaitkan dengan mimpi. Tapi setelah diteliti lebih jauh ternyata hal tersebut kurang tepat. Mimpi hanya istilah tingkah laku saja dari REMS, namun REMS belum tentu selalu berkaitan dengan mimpi," terang Yul. Walaupun secara statistik memang terbukti lebih banyak terjadi mimpi pada REMS dibandingkan NREMS.
Sedangkan NREMS atau disebut juga delta sleep adalah tidur yang dalam namun dengan bola mata tak bergerak. Dalam otak ada 4 jenis gelombang listrik, yaitu alfa, beta, teta, dan delta. Gelombang listrik alfa menunjukan seseorang sedang bangun, beta menunjukkan marah, teta sama dengan mengantuk, dan delta menunjukan tidur yang dalam. "Makanya, NREMS juga sering dikenal dengan tidur dalam," ujar Direktur Medik dan Riset Rumah Sakit Dharma Graha ini. Sebagai contoh, bila si kecil lagi tidur dan ia susah sekali dibangunkan, berarti ia sedang di tengah-tengah tidur yang dalam.
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata 7 jam, kedua jenis tidur ini bergantian 4-6 kali. Pada bayi baru lahir hingga usia sekitar 3 bulanan, hampir 99 persen tidurnya dalam taraf REMS; sisanya yang 1 persen masuk dalam jenis NREMS. Namun persentasi ini akan berubah sedikit demi sedikit, sehingga pada usia 1 tahun, REMS-nya cuma mencapai 70 persen dan NREMS-nya 30 persen.
Untuk memacu perkembangan kecerdasan bayi diperlukan kedua jenis tidur ini, karena masing-masing memiliki fungsi berbeda. REMS berfungsi psikologis, yaitu untuk perkembangan kognitif dan emosi; sedangkan NREMS berguna untuk fisik, yaitu perbaikan metabolisme tubuh.
MEMASUKKAN DATA
Otak manusia, ujar Yul, sudah jadi ketika lahir. Setelah digunakan seharian, pada malamnya otak harus diperbaiki atau diingatkan kembali dengan memasukkan sensasi sebagai suatu ingatan. Untuk mengingatkan susunan 2X2=4, misal, ada satu kolom yang dibikin dan tak akan hilang seumur hidup. "Nah, kolom ini dibuat sewaktu NREMS, sedangkan isinya pada waktu REMS." Pada bayi, otaknya bisa diibaratkan sebuah komputer yang dapat menyimpan data dalam waktu lama. Stimulus-stimulus yang diperolehnya ketika bereksplorasi akan diolah pada saat ia tidur.
Dibandingkan orang dewasa, lanjut Yul, lebih banyak hal yang harus dipelajari bayi. "Jadi, bayi sebenarnya bisa lebih stres ketimbang orang tuanya."
Bayangkan saja, setiap hari ia selalu melihat, mendengar, dan melakukan hal-hal baru. Misal, berapa banyak kata yang ia dapat setiap harinya; atau, ketika ia harus belajar berjalan. Walau kelihatannya gampang bagi orang yang sudah bisa berjalan, tapi sebenarnya ini sulit, lo, buat bayi. Apalagi dari semua makhluk hidup, hanya manusia yang bisa berjalan tegak sempurna. Itu sebabnya, untuk berjalan saja diperlukan jutaan sel yang bekerja sehingga dapat mengorganisir keseimbangan.
"Bahkan, bayi baru lahir pun sudah harus banyak belajar." Misal, ia harus mempelajari suhu di bawah 37 derajat adalah dingin, sedangkan yang di atas 37 derajat itu panas; atau, "Oh, yang sedang memanggil itu suara ibu. Kalau yang itu suara Bapak.", dan sebagainya. "Nah, itu semua harus disimpan dalam memori. Penyimpanannya berlangsung sewaktu tidur REM." Inilah yang disebut fungsi psikologis dalam hal perkembangan kognitif dari REMS.
Bila terjadi penyimpangan dalam proses penyimpanan data, fungsi emosi dari REMS pun berperan. Seperti diketahui, otak terdiri dari sel-sel yang dinamakan neuron dan berbagai zat kimia. Neuron akan menghasilkan aliran listrik, sedangkan zat kimia berfungsi sebagai penghubung antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Jadi, antara listrik dan zat kimia akan mengalir secara bergantian. "Nah, bila ada suatu sensasi yang akan disimpan ke pusat otak namun dalam perjalanannya melalui saraf otak arahnya melenceng, maka disinilah emosi berperan."
Misal, ibu mencubit si kecil. Cubitan itu di otak bisa diartikan bermacam-macam; bisa marah atau malah sayang. Nah, bayi akan mempelajarinya karena setiap sensasi dia olah dan diberi warna. Misal, cubitan ibu terasa pelan sehingga enak, sedangkan cubitan ayah enggak enak karena terlalu keras. Itulah mengapa, bila ibu mencubit, si kecil mungkin akan tertawa; sebaliknya bila dicubit bapak, ia akan menangis.
MENGHILANGKAN ZAT-ZAT BERACUN
Semua sensasi, terang Yul, akan diolah dan dipelajari bayi dalam tidurnya. Misal, sensasi cubitan diberi satu kolom. Begitu juga sensasi dari ibu atau bapak, diberi satu kolom lagi. Hal yang sama juga dilakukan terhadap sensasi-sensasi lainnya semisal sensasi minum susu; bila saya minum susu dan saya ketemu ibu, maka sensasi minum susu diberi satu kolom dan sensasi ketemu ibu diberi satu kolom pula. "Dengan demikian, bayi akan berkesimpulan, kalau saya ketemu ibu maka saya akan mendapat susu."
Tapi dalam membuat kolom-kolom tersebut atau proses mengkaitkan dua rangsangan, "tak dibuat dalam satu hari, lho. Mungkin sebulan, setahun, atau bahkan lebih," kata Yul seraya melanjutkan, "dan, dua rangsangan itu juga harus diberikan secara terus menerus." Jadi, Bu-Pak, manfaatkanlah kesempatan ini. Misal, Anda berdua ingin si kecil cinta membaca. Setiap menjelang tidur, bacakanlah sebuah cerita/dongeng untuknya. Lama-kelamaan, bila melihat buku, ia akan merasa nikmat. Dari situlah si kecil akan mencintai buku.
Akan halnya tidur NREM, karena fungsinya lebih untuk memperbaiki fisik bayi, maka sewaktu ia tidur, zat-zat yang beracun dalam tubuhnya dihilangkan. Zat-zat ini selalu ada dalam diri manusia karena adanya proses metabolisme. "Dengan tidur, bayi bisa mengoksidasi atau menghancurkan radikal bebas yang beracun menjadi tak beracun." Untuk diketahui, radikal bebas ini kalau kebanyakan bisa menimbulkan kanker. "Biasanya terjadi pada orang dewasa karena tidur mereka, kan, makin berkurang sehingga radikal bebasnya makin banyak." Tak demikian halnya pada bayi, hampir tak ada penyakit kanker atau jantung.
Wah, kini kita jadi semakin paham, ya, Bu-Pak. Ternyata tidur bukan cuma merupakan kebutuhan biologis semata, tapi juga bermanfaat besar bagi perkembangan kecerdasan. Jadi, jangan sampai si kecil kekurangan tidur, lo. Selain fisiknya nanti enggak sehat, perkembangan kecerdasannya juga enggak bagus. "Otaknya tak berkembang dan ia pun akan sulit untuk belajar," tandas Yul.
Faras Handayani/nakita