Baik Buruk Menyetrap Anak

By nova.id, Rabu, 29 Desember 2010 | 17:02 WIB
Baik Buruk Menyetrap Anak (nova.id)

TETAP DIAWASI

Selama penyetrapan berlangsung, orang tua harus tetap mengawasi anak tapi bukan berarti menemani. "Karena merasa kasihan, maka si anak ditemani, ya, enggak ada gunanya." Cukup awasi dari jauh saja dan nada bicara kita dilakukan dengan agak formal. Misal, ibu sedang masak di dapur dan anak disetrap duduk di sofa.

Pengawasan ini berguna agar anak tak malah main sendiri atau melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya dan lingkungannya. Bisa juga kala si ibu meleng, ia meleletkan lidahnya ke arah ibunya, meledek-ledek ibunya. Iya, kan? Nah, dengan diawasi, ia tak punya kesempatan untuk melakukan itu semua.

USAI MENYETRAP

Sebaiknya orang tua kembali bersikap normal agar hukuman tak membuat anak merasa dibuang. "Jangan juga tetap bersikap menakutkan karena hanya akan membuat anak takut terus dalam menghadapi orang tuanya." Jadi, bersikaplah biasa saja. Misal, tetap menawarinya makanan, mengajaknya bermain, dan sebagainya. Dengan demikian, anak pun akan mengerti bahwa orang tuanya sudah biasa saja.

Sebaliknya, jangan malah timbul rasa kasihan sampai anak diberi perhatian ekstra, dipeluk-peluk, dan sebagainya. "Ini malah akan mengacaukan apa yang sudah didapat anak." Ia juga bisa berpikir bahwa ia akan mendapat perhatian yang lebih baik setelah perbuatan jeleknya. Akhirnya, lain kali ia akan melakukan hal jelek terus agar dihukum lagi, karena ia tahu setelah itu ibunya akan lebih memperhatikan dirinya. Runyam, kan? Misi dari hukuman tersebut juga tak berhasil.

Indah Mulatsih/nakita