Nyeri pinggang adalah kondisi yang umum dialami banyak orang dan biasanya dipicu aktivitas fisik, seperti melakukan pekerjaan berat, jarang berolahraga, obesitas, dan gaya hidup yang tidak sehat. Menurut Dr. Muki Partono, Sp.OT., dokter ahli bedah tulang dari Rumah Sakit Puri Indah, Jakarta, nyeri pinggang terbagi atas akut dan kronik.
"Nyeri pinggang akut biasanya kurang dari 6 minggu dan kebanyakan disebabkan oleh cedera saat berolahraga, melakukan aktivitas sehari-hari atau mengangkat benda yang berat," ujarnya. Sementara nyeri pinggang kronik berlangsung lebih dari dua bulan dan rasa nyerinya seringkali memberat seiring waktu. Nyeri pinggang ini harus mendapat perhatian serius, karena kemungkinan terkait dengan suatu penyakit, seperti radang, infeksi, atau osteoporosis.
"Banyak orang tidak menanggapi nyeri pinggang secara serius karena menganggap gangguan tersebut muncul akibat melakukan aktivitas sehari-hari, dan akan hilang dalam waktu tertentu. Padahal, nyeri pinggang dapat berakibat serius jika tidak ditangani dengan benar. Dan jika dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan pembengkokan tulang belakang," ungkap Muki.
Beban Saat Duduk
Nyeri pinggang dapat disebabkan banyak hal dan rentan terjadi di daerah lumbal yaitu bagian bawah punggung yang terdiri dari lima tulang kecil (vertebra), karena daerah tersebut paling elastis dan menyangga berat badan atas manusia serta beban yang berasal dari benda yang dibawa seseorang.
Besarnya beban yang diterima bantalan lumbal tergantung pada posisi berdiri, duduk hingga tidur seseorang. "Selama ini, banyak yang tidak menyadari jika duduk terlalu lama dapat menyebabkan nyeri pinggang, karena mereka menganggap duduk adalah posisi mengistirahatkan badan. Beban yang diterima oleh bantalan lumbal pada saat seseorang duduk tegap adalah 150 kg, bandingkan dengan 100 kg beban yang diterima pada saat seseorang berdiri," jelas Muki. Sementara posisi tidur miring memberikan bantalan lumbal beban tiga kali lebih berat dibanding posisi tidur telentang.
Nyeri pinggang juga dapat berasal dari daerah lumbal maupun non-lumbal. Nyeri yang berasal dari lumbal berkaitan dengan tulang, saraf, sendi dan bantalan, seperti peregangan tulang pinggang, peradangan pada sendi atau iritasi saraf karena pergeseran mekanis.
Salah satunya adalah Hernia Nucleus Pulposus (HNP), yang merupakan kasus nyeri pinggang yang banyak terjadi. HNP terjadi ketika bantalan lunak di antara ruas-ruang tulang belakang mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang. Selain HNP, osteoporosis fraktur vertebra (patah tulang vertebra akibat osteoporosis) juga merupakan salah satu faktor risiko nyeri pinggang. "Keluhan nyeri pinggang tiba-tiba atau nyeri pinggang kronik bisa jadi merupakan gejala patah tulang vertebra," lanjut Muki.
Hamil Bikin Nyeri Pinggang
Sementara nyeri pinggang kronik biasanya disebabkan daerah non-lumbal seperti usus, ginjal, infeksi, tumor, hingga organ reproduksi wanita. Gangguan ginjal yang sering dihubungkan dengan nyeri pinggang antara lain infeksi ginjal dan batu ginjal.
Beberapa masalah pada organ reproduksi wanita yang dapat menimbulkan nyeri pinggang meliputi kista ovarium, dan endometriosis. Tumor baik jinak maupun ganas juga dapat menjadi penyebab nyeri pinggang karena tumor yang terjadi di daerah tubuh manapun, mengalami penyebaran ke tulang pinggang. "Kehamilan juga dapat menyebabkan nyeri pinggang akibat dari tekanan mekanis pada tulang pinggang dan pengaruh dari posisi bayi dalam kandungan," terang Muki.
Obat & Olahraga
Saat ini, banyak anggapan bahwa pengobatan nyeri pinggang, terutama nyeri pinggang kronik, harus melalui operasi yang akan mengakibatkan luka sayatan besar, banyak pendarahan dan perlu istirahat selama berminggu-minggu, sehingga orang lebih memilih membiarkan rasa nyeri pinggang mereka. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, produktivitas mereka pun kemudian menurun karena nyeri berkepanjangan.
Padahal, jelas Muki, penanganan penderita nyeri pinggang tidak harus selalu melalui operasi. "Beberapa di antaranya dapat dilakukan melalui penggunaan obat anti inflamasi dan pain killer atau fisioterapi dengan ultrasound dan UKG, termasuk physical treatment seperti manipulasi otot dan pemijatan. "Untuk kasus nyeri pinggang ringan, penderita dapat melakukan olahraga seperti berenang, yoga, dan pilates dengan konsentrasi di area tulang belakang, menggunakan korset secara tepat atau dengan menjalani pola hidup sehat," ujarnya panjang lebar.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan memeriksa pasien mulai dari wawancara sampai pada pemeriksaan fisik, yang kemudian diikuti dengan pemeriksaan radiologi berupa X-Ray, CT Scan (Computer Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Sedangkan tindakan medis lanjutan bagi pasien nyeri pinggang adalah suntikan yang dikenal dengan Selective Nerve Root Block dan Suntikan Epidural Steroid. Kedua metode tersebut, lanjut Muki, merupakan tindakan medis non operatif untuk mengatasi nyeri pinggang setelah serangkaian pengobatan dan terapi fisik dilakukan.
Operasi Solusi Terakhir
Untuk kasus-kasus berat dan mengganggu kualitas hidup seseorang, prosedur operasi adalah solusi terakhir yang dilakukan sebagai upaya penyembuhan. Jika sebelumnya pembedahan dilakukan secara konvensional dengan sayatan yang besar, saat ini sudah tersedia pembedahan dengan metode minimal invasive, yaitu melalui Micro Discectomy per Endoscopy (MDE).
"MDE adalah tindakan bedah pada kelainan penekanan saraf tulang belakang dengan menggunakan kamera dengan sayatan minimal kira-kira 1-1,5 cm. Salah satu metode MDE adalah sistem ENDOSPINE di mana sayatan lebih kecil, pendarahan operasi minimal, perawatan di rumah sakit hanya satu hari, dan tidak memerlukan alat bantu," jelas Muki.
Hasto Prianggoro / bersambung