Homeopati: Sehat Dengan Obat Alami

By nova.id, Rabu, 11 Mei 2011 | 17:03 WIB
Homeopati Sehat Dengan Obat Alami (nova.id)

Pengobatan yang satu ini memang belum dikenal luas. Padahal homeopati yang mengandalkan bahan-bahan alami dapat mengobati penyakit yang sama dengan harga yang lebih murah.

Back to nature alias kembali ke alam kini sedang trend. Penyebabnya, obat-obatan kimia yang selama ini diyakini dapat menyembuhkan beragam penyakit ternyata membawa efek samping yang tidak sedikit. Tak heran kalau pelan-pelan pengobatan homeopati pun mulai dilirik orang. Ya, konsep sehat dengan obat-obat alamiah, memang bisa menjadi sebuah alternatif.

Secara garis besar kedokteran di dunia dibedakan menjadi dua, "Yaitu kedokteran alopati atau kedokteran konvensional di mana pengobatannya menggunakan obat-obat kimia, seperti yang kita kenal selama ini. Satu lagi adalah kedokteran naturopati yang di dalamnya terdapat pengobatan homeopati yang lebih ditekankan pada penggunaan obat berbasis bahan-bahan alamiah, seperti hewan, tumbuhan, mineral, dan unsur-unsur alam lainnya," papar DR. Amarullah H. Siregar, DIHom, DNMed, MSc, Ph.D., dalam seminar "Membangun Eksistensi Homoeopathy Menjelang Era Globalisasi Medis" beberapa waktu lalu di Jakarta.

Filosofi pengobatan homeopati adalah "similia similibus curentur" atau like cures like (yang serupa menyembuhkan yang serupa). Artinya, kata Amarullah lebih lanjut, "Obat yang diberikan bisa menyembuhkan. Akan tetapi bila obat tersebut diberikan kepada orang sehat justru akan memunculkan penyakit yang sama pada si sehat."

APA ITU HOMEOPATI?

Dalam sejarahnya, homeopati mulai dikembangkan oleh seorang dokter alopati berkebangsaan Jerman yang tidak puas dengan pengobatan yang selama itu ada. Prof. DR. Sammuel Friedrich Hahnemann (1755-1843), sang penggagas, menemukan cara untuk membantu tubuh melakukan proses penyembuhan dengan sendirinya. Yakni, "Dengan memberikan obat yang bisa memberdayakan, meningkatkan dan potensiasi fungsi serta kapasitas alami tubuh. Kalau sistem-sistem dalam tubuh sudah berfungsi optimal, maka segala penyakit akan menyingkir. Jadi, prinsipnya adalah mengoptimalkan tubuh kita sendiri. Kalaupun kemudian penyakitnya sembuh, anggap saja itu sebagai bonus," papar Amarullah.

KEUNGGULAN HOMEOPATI

Pada kesempatan yang sama, DR. Aji Hoesodo, P.Hom, L.Ac, Psy.D., menjelaskan tentang keunggulan pengobatan homeopati dibanding pengobatan konvensional. Pengobatan menggunakan bahan-bahan kimia yang dilakukan oleh kedokteran konvensional disadari atau tidak akan membawa efek samping dalam jangka panjang. "Pemakaian obat-obatan kimia dalam jangka panjang bisa menyebabkan timbulnya penyakit baru, disamping kekebalan terhadap obat tersebut," tandas Aji.

Penawar rasa sakit, contohnya, sering menimbulkan efek iritasi lambung bahkan sampai pendarahan. Sementara kelompok parasetamol sebagai pereda demam dapat merusak ginjal kalau diminum dalam dosis berlebih. Juga obat tidur thalidomide yang sudah dilarang penggunaannya, bila diminum wanita hamil dengan usia kehamilan di bawah 3 bulan dapat menyebabkan kecacatan pada bayi (efek teratogen). Lalu, penghilang rasa sakit/analgetik dan penghilang kejang (spesmolitik) untuk pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan berkurang atau bahkan lenyapnya butir-butir darah putih dalam darah (agranulositosis).

Nah, yang dilakukan dalam pengobatan homeopati adalah menyeimbangkan kondisi homeostasis atau upaya mencapai kondisi ideal seseorang. "Karena ada suatu penyakit, maka kondisi homeostasisnya jadi tidak seimbang. Obat yang diberikan bukan untuk membunuh penyakitnya, tapi membantu tubuh untuk meningkatkan kapasitas alaminya dan akhirnya dapat menghilangkan penyakit itu sendiri. Di sinilah keunggulan homeopati dibanding pengobatan konvensional," ujarnya. Amarullah menegaskan bahwa pengobatan homeopati aman, tidak mengandung efek samping dan tidak bersifat racun selama dilakukan dengan benar baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

Di dunia medis konvensional, seseorang baru bisa dikatakan sakit apabila sudah ditemukan gejala yang jelas. Misalnya ada pemeriksaan laboratorium yang menegaskan bahwa Hb-nya turun, ada infeksi dan sebagainya. Sedangkan dalam pengobatan homeopati, begitu ada keluhan, maka pengobatan sudah bisa dilakukan. "Walaupun sekadar pusing atau pegal, itu berarti sudah ada ketidakseimbangan pada homeostosisnya. Dengan memberikan obat diharapkan dapat mencegah keluhan itu tidak berlanjut menjadi penyakit," tandasnya.

Keunikan lain dari metode ini adalah sifatnya yang individual dan tidak memisahkan antara kondisi fisik maupun mental pasien. Misalnya ada dua orang pasien yang datang mengeluhkan sakit kepala dan beberapa gejala lainnya, oleh dokter pasien-pasien tersebut akan dianalisa dan diberikan obat yang sekiranya cocok. Bisa jadi walaupun keluhannya sama-sama sakit kepala, tapi obat yang diberikan berbeda karena yang satu sakit kepala akibat infeksi sementara pasien lainnya sakit kepala karena stres. Sedangkan di dunia kedokteran konvensional, obat yang sama umumnya akan diberikan untuk mengatasi gejala yang sama meski bisa jadi kondisi pasien tersebut berbeda satu sama lain."

Keunikan lain, obat-obat homeopati tidak diujicobakan pada hewan, melainkan langsung diujicobakan pada manusia. "Karena itulah obat-obat ini dikatakan aman, sebab memang dibuat untuk manusia. Dan selama ini belum pernah ada kasus fatal akibat uji coba obat homeopati pada manusia."

Selain itu, bahan-bahan alamiah yang digunakan bisa menekan harga jual obat tersebut. "Di Indonesia pamor obat ini meningkat seiring dengan krisis ekonomi yang timbul yang kemudian berakibat pada melambungnya harga obat."

BAHAN-BAHAN ALAMI 

Bahan alami yang digunakan pada obat-obat homeopati berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral. Berikut beberapa bahan yang sering dipakai dan khasiatnya seperti yang dikumpulkan oleh Ikatan Homoeopath Indonesia dalam buku Selayang Pandang Homoeopathic: 

* Allium Cepa

Allium Cepa termasuk famili liliceae yang di Indonesia dikenal dengan nama bawang merah. Bawang merah sudah digunakan sebagai obat sejak ratusan tahun silam. Dalam pengobatan homeopati bisa diindikasikan untuk bersin-bersin, batuk, mata dan hidung berair, demam, serta hayfever (demam tinggi yang disesbsbkan oleh serbuk bunga).

* Anacardium 

Anacardium termasuk famili anacardiaceae. Tanaman ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman buah. Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai jambu monyet/jambu mete/jambu mede atau gaju. Bahan ini diindikasikan bagi pengobatan fobia dan nervous, daya ingat menurun, cemas dan berkhayal, sakit otot, lepra dan penyakit kulit.

* Cinnamomum Cassia

Cinnamomum termasuk famili lauraceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh di Indonesia dan sudah lama digunakan sebagai rempah-rempah. Nama lain dari cinnamomum adalah chinase kaneel/bastrad cinnamomum atau kayumanis cina. Penggunaannya dalam homeopati diindikasikan untuk nyeri haid, tidak datang haid, rematik, epilepsi, darah tinggi.

* Apis Millefica

Dalam sejarah peradaban manusia, Apis Millefica atau yang sering dikenal sebagai lebah madu (honey bee) sudah digunakan untuk berbagai keperluan sejak sekitar 9.000 tahun yang lalu. Lebah madu dapat diindikasikan untuk luka terbakar, bengkak dan beberapa reaksi alergi.

*Tarentula Hispanica

Tarentula yang merupakan laba-laba besar beracun terdapat di Eropa Selatan. Nama tarentula diambil dari Tarenta, suatu pelabuhan di kali Tungga yang dihubungkan dengan kalajengking. Meskipun tidak mematikan, sengatannya sangat berbahaya. Nama lain dari tarentula adalah wolf spider, spanish spider, dan hunting spider. Bisa/racun tarantula diindikasikan untuk anak hiperaktif, tidak dapat istirahat, dan kelainan jantung.

* Kali Bichromicum (Potassium bichromate)

Kali Bichromicum merupakan mineral yang sangat korosif (membuat karat) dan beracun. Dalam dunia industri, zat ini digunakan sebagai pewarna tekstil, fotografi, dan komponen batere listrik. Sebagai obat homeopati, mineral ini diteliti dan dibuktikan, serta dipublikasikan pertama kali pada tahun 1864. Mineral ini diindikasikan untuk sinusitis, nyeri di akar hidung, nyeri di dahi, tonsil bengkak dan kemerahan, flu yang sukar sembuh maupun keluhan pencernaan.

HOMEOPATI DI INDONESIA

Di Indonesia pengobatan homeopati belum begitu populer. "Beberapa bahkan mengatakan it's too good to be true," ujar DR. Jenny Basiruddin Pontoh, Sp.THT, dengan nada prihatin. Padahal sebagai gambaran, pengobatan dengan metode ini sudah digunakan di Amerika sejak seabad lalu. Bahkan saat ini ada 22 institusi kedokteran resmi yang mempunyai pendidikan homeopati di Amerika. Di antaranya Boston University, Michigan University dan New York Medical College. Sedangkan Jerman sebagai negara asal homeopati sudah mewajibkan mahasiswa kedokterannya untuk mempelajari ilmu ini 20% dari seluruh kurikulum yang diajarkan.

Di Inggris sejak tahun 1968 homeopati sudah masuk dalam pelayanan kesehatan secara resmi melalui 1968 Medicines Act. Food and Drug Administration sebagai lembaga resmi yang mengeluarkan izin makanan dan obat di Amerika sudah mengatur obat-obat homeopati mana yang harus diresepkan dokter dan mana yang bisa dibeli bebas.

Rumah sakit besar di dunia yang menggunakan homeopati sebagai landasan pelayanannya antara lain The Royal London Homoeopathic Hospital, Lenin Homoeopathic Moscow, Robert Borch Homoeopathic Hospital-Hamburg Germany, Argentina National Homoeopathic, dan masih banyak lainnya. Di negara-negara maju, tambah Jenny, pengobatan homeopati sudah disinergikan dengan pengobatan konvensional. Jadi keduanya bisa sejalan untuk membantu kesembuhan pasien. Bidang-bidang keilmuannya pun sudah dipelajari dan diteliti sedemikian rupa dan sangat ilmiah.

Dengan diresmikannya Ikatan Homoepath Indonesia (IHI) sebagai wadah yang diakreditasi pemerintah, diharapkan pendirian Rumah Sakit Homoeopathy Indonesia segera dirintis. Dengan begitu masyarakat bisa mendapatkan alternatif layanan kesehatan. Sedangkan untuk sementara ini layanan yang ada baru sebatas pembelian obat-obatan homeopati yang bisa diperoleh di apotek-apotek besar."

Marfuah Panji Astuti