Bahaya Sakit Kepala (1)

By nova.id, Selasa, 29 Maret 2011 | 17:03 WIB
Bahaya Sakit Kepala 1 (nova.id)

Bahaya Sakit Kepala 1 (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Sakit kepala sebetulnya merupakan suatu gejala penyakit yang sangat luas. Ia bisa berdiri sendiri atau gejala dari penyakit yang lain. Secara umum, sakit kepala dibagi dua, yakni sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. "Sakit kepala primer biasanya tidak diketahui penyebabnya dan tidak ditemukan kelainan di tempat lain. Contohnya migren dan tension headache (sakit kepala tipe tegang)," kata dokter spesialis saraf dari RS Puri Indah, Jakarta, Dr. Alifa Dimanti, Sp.S.

Bisa Dipengaruhi Hormon

Tension headache akan sering sekali berulang pada orang yang pernah mengalaminya, karena salah satu penyebab yang belum diketahui adalah kontraksi atau spasme otot di daerah leher atau bahu. Ini juga berkaitan dengan stres fisik dan emosional, serta posisi tubuh (posisi duduk di kantor, posisi menyetir, posisi tidur, dsb).

Sementara, migren adalah sakit kepala yang rasanya berdenyut, disertai mual dan muntah, keluar air mata, takut melihat cahaya, atau menjadi lebih irritable ketika mendengar suara, dan sebagainya. dicetuskan salah satunya oleh perubahan hormonal. Itulah sebabnya menjelang mens atau saat mens, wanita penderita migren akan lebih sering mengalami migren. Begitu juga pada masa menopause. Khusus pada wanita hamil, migren biasanya lebih sering muncul pada trimester pertama, tapi pada trimester kedua dan ketiga biasanya akan hilang.

Sakit kepala primer lainnya adalah cluster, yang lebih banyak menyerang kaum pria. "Cluster mirip migren, cuma bentuk serangannya biasanya dalam kelompok-kelompok. Kalau migren, tergantung pencetusnya juga, biasanya dalam beberapa jam hilang. Cluster jarang timbul, bisa 6 bulan atau setahun sekali, tapi sekali muncul gejalanya lebih hebat daripada migren," kata Alifa. Serangan  berlangsung sekitar 30 menit, tapi dalam sehari bisa muncul 8 kali serangan dan sangat hebat. Bahkan di ruangan yang berpenerang pun tidak bisa, harus di ruangan yang gelap," kata Alifa.

Gangguan Keseimbangan

Sakit kepala sekunder biasanya muncul karena ada kelainan pada organ-organ di sekitar wajah atau kepala. Misalnya gangguan di leher, sakit gigi, sakit mata, atau pakai kacamata yang tidak tepat, yang akhirnya memicu sakit kepala. Bisa juga karena adanya resistruktural di otak, seperti adanya tumor, infeksi di otak, atau adanya kecurigaaan ke arah tumor.

"Atau, sakit kepala ketika kita kurang makan dan kadar gula rendah, sakit kepala yang disebut orang karena tensi darahnya tinggi, atau sakit kepala post trauma setelah kecelakaan," jelas Alifa.

Jenis sakit kepala lainnya adalah vertigo. Vertigo ini bisa primer ataupun sekunder. Ia merupakan sakit kepala akibat gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan bisa dipengaruhi misalnya oleh gangguan organ keseimbangan di telinga. Ada juga vertigo nonvestibular atau vertigo bukan dari telinga. Jadi, mungkin dari organ keseimbangan di otot. Misalnya, pada pasien tension headache, yang biasanya disebabkan adanya spasme otot di daerah bahu atau leher. "Kalau makin lama makin memberat dan tidak ditangani dengan baik tension headache-nya, maka bisa muncul vertigo nonvestibular," lanjutnya.

Hati-hati Obat Diet

Beberapa jenis makanan juga bisa memicu sakit kepala, terutama migren. Misalnya alkohol, beberapa orang juga sensitif terhadap cokelat, keju-kejuan, MSG, dan sebagainya. Khusus untuk kafein, ternyata justru baik, bahkan beberapa jenis sakit kepala ternyata diterapi dengan kafein.

"Tapi, memang harus diatur asupan kafeinnya. Orang yang biasa minum kafein dan kemudian diputus tiba-tiba, bisa sakit kepala. Tapi, orang yang tidak biasa minum kafein, kemudian diberi kafein dalam dosis tinggi juga bisa sakit kepala." 

Obat-obatan diet juga bisa menimbulkan sakit kepala karena mengandung penahan nafsu makan, mengecilkan pembuluh darah, dan sebagainya.

Seringkali, orang juga menyebutkan leher kaku akibat kolesterol tinggi. "Ini salah, karena efek kolesterol tinggi adalah sistemik (seluruh tubuh). Jadi, kaku di leher saja bukan penanda tinggi rendah kolestrol. Leher kaku, ketika diperiksa kolesterolnya bagus," kata Alifa.

Perlu Stretching

Bagaimana mengatasi sakit kepala? Penderita migren biasanya sudah tahu tanda-tanda migrennya akan muncul. "Nah, mereka bisa minum obat analgetik biasa yang dijual bebas (obat-obatan OTC). Prinsipnya, untuk menangani segala jenis nyeri adalah memakai obat yang paling rendah efikasinya. Tidur tidak teratur juga bisa bikin sakit kepala. Jadi, dengan istirahat cukup dan minum obat-obatan analgetik, sakit kepala biasanya akan hilang. Cuma, untuk sakit kepala berulang, seperti tension headache, harus hati-hati dan jangan terus menerus minum obat-obatan bebas. Kadang-kadang overused medicine bisa menyebabkan sakit kepala juga," kata Alifa.

Jika 1-2 hari minum obat OTC tak sembuh juga, sebaiknya segera ke dokter supaya bisa dilakukan pemeriksaan yang lebih intens dan diberi obat yang efektifitasnya lebih tinggi. Kecuali jika terjadi red alarm, sebaiknya dibawa ke dokter sesegera mungkin. Wanita hamil juga harus hati-hati minum obat-obatan sakit kepala yang dijual bebas. Tidak boleh sembarangan dan sebaiknya ke dokter.

Jika sakit kepala terjadi akibat kontraksi otot yang berlebihan di sekitar leher atau bahu, bisa dibantu dengan obat-obatan relaksan, atau yang paling simpel adalah dengan melakukan massage atau kompres air hangat untuk mengurangi kontraksi otot di sekitar leher dan bahu. Kalau pencetusnya stres, bisa dilakukan stress management yang baik.

Dan, yang tak kalah penting adalah melakukan stretching secara berkala, apalagi bagi mereka yang sibuk atau duduk di depan komputer dalam waktu lama. "Disarankan melakukan stretching satu jam sekali. Enggak perlu lama-lama, yang penting relaksasi. Bisa dilakukan sambil duduk, supaya otot lentur dan tidak kaku. Stretching akan membantu melenturkan atau merelaksasi otot-otot yang kaku," lanjutnya.

Tapi ingat, hindari memijat sambil menarik-narik kepala sampai leher berbunyi 'krek'. Pasalnya, di leher terdapat struktur tulang dan ligamen. Jika ditrarik-tarik, takutnya bisa memengaruhi elastisitas ligamen. Akibatnya, bisa terjadi saraf terjepit (Hernia Nucleus  Pulposus atau HNP) yang bisa menimbulkan nyeri di seluruh tubuh bahkan kelumpuhan, atau spasme di leher yang lebih parah. 

 Hasto Prianggoro/ bersambung