Oh No, Suami Merasa Diduakan!

By nova.id, Senin, 26 April 2010 | 18:25 WIB
Oh No Suami Merasa Diduakan! (nova.id)

Kebutuhan perhatian ini, sebaiknya tidak membuat suami merasa terbebani. Seperti meminta dibelikan makanan khas langsung dari kota Bandung, sementara tempat tinggal dan lokasi pekerjaan di Jakarta. Sebaiknya istri menyikapi kebutuhan akan perhatian suami dengan cara-cara yang lebih dewasa, dengan meningkatkan komunikasi yang hangat.

Istri dapat saja mengubah permintaan yang tak masuk akal atau sulit, dengan meminta suami bersama-sama berjalan pagi untuk kesehatan istri dan janin, beribadah bersama, membaca buku bersama mengenal persiapan menjelang kelahiran, menemani senam hamil, dan sebagainya.

Konsep kehamilan yang bahagia ini akan tertanam pada suami, sehingga ia akan mengharapkan kelahiran serta kondisi pasca kelahiran sebagai saat yang juga bahagia.

Bina Komunikasi HangatSebaiknya istri peka dengan kecemburuan yang muncul. Bila suami mulai enggan membantu atau kurang melibatkan diri dalam merawat Si Kecil, berikan perhatian lebih kepada suami dan tingkatkan komunikasi yang hangat.

Tanamkan pengertian bahwa orang tua adalah bagian tidak terpisahkan dalam merawat dan mengasuh anak hingga dewasa. Sikap dewasa dari suami ini, sangat dibutuhkan agar istri merasa nyaman menjalankan peran sebagai ibu.

Tentunya istri pun sebaiknya tetap memperhatikan kebutuhan suami, baik secara biologis maupun psikologis.

Jangan Terbawa EmosiKelelahan fisik dan psikis dapat memudahkan istri terbawa emosi menghadapi sikap pemarah dari suami.

Cobalah hadapi perubahan emosi suami dengan tenang dan berikan kenyamanan yang dibutuhkan suami. Yakinkan diri bahwa menomorsatukan anak bukan berarti menomorduakan perkawinan.

Ingatkan suami akan hal-hal yang membuat Anda berdua saling mencintai. Tingkatkan pula rasa saling menghargai dengan mengucapkan terimakasih dan lakukan ibadah bersama secara rutin agar makin matang dan siap sebagai orang tua baru.

Ciptakan rutinitas yang mem­­pererat hubungan dengan suami. Misalnya, memeluk suami sebelum ia tidur, atau berbincang dengan suami saat anak tidur. Sampaikan pemahaman akan sikap suami yang berubah, dan berikan dukungan bahwa kehadiran buah hati akan menambah kebahagiaan mereka berdua.

Yakinkan suami, ia pun dapat merasa bahagia dengan menjadi ayah. Implementasikan dengan mengajak suami terlibat dalam perawatan bayi secara bertahap. Bila perlu, sesekali percayakan sepenuhnya perawatan bayi pada suami.

Jangan lupa, senantiasa hargai setiap perubahan positif dan kesediaan suami terlibat dalam peran sebagai ayah baru.

Bila memungkinkan, istri dapat meningkatkan keharmonisan dengan menyediakan waktu bersama dengan suami sebelum Si Kecil terbangun dan menangis. Caranya, bisa dengan makan malam dalam suasana romantis di rumah.

Laili DamayantiFoto: gettyimages