Oh No, Suami Merasa Diduakan!

By nova.id, Senin, 26 April 2010 | 18:25 WIB
Oh No Suami Merasa Diduakan! (nova.id)

Oh No Suami Merasa Diduakan! (nova.id)

""

Kelahiran anak mestinya­ dinikmati sebagai momen­ ke­ba­hagiaan bersama pa­sa­ng­an­. Sayangnya, tidak selalu demikian kenyataan pasangan suami-istri. Ketika ibu berbahagia dengan kehadiran buah hati, suami justru merasa tidak nyaman.

Perubahan kebiasaan hingga perhatian yang beralih pada buah hati, pun menjadi masalah baru dalam rumah tangga. Suami kerap menjadi kolokan dan bete ketika di rumah.

Sedikit-sedikit minta dilayani dan berkesan tidak mau memahami istri yang sibuk dengan Si Kecil. Meski tidak semua suami akan mengalami hal yang sama, Fabiola P. Setiawan, MPsi, psikolog keluarga, membeberkan beberapa kiat agar suami tak merasa diduakan.

Emosi Tidak MatangJangan tersulut emosi ketika menemui situasi yang tidak menyenangkan dari pasangan.

Umumnya, hal ini dipicu oleh ketidakmatangan emosi suami. Bila suami memiliki cukup kematangan emosi, ia akan relatif mudah beradaptasi dengan situasi baru (menjadi ayah). Sehingga dapat segera memberikan dukungan terhadap istri ketika menjalani perannya sebagai ibu.

Kurang Dilibatkan Sikap suami yang kurang dewasa, dapat terjadi bila suami kurang dilibatkan selama kehamilan sampai dengan proses persalinan.

Idealnya, ketika hamil, suami mengikuti perkembangan janin, memperhatikan kondisi emosi dan perubahan fisik istri yang hamil, serta aktif memberikan dukungan.

Ini bisa dilakukan dengan mengantarkan istri memeriksakan kandungan, menenangkan istri, membacakan cerita maupun bernyanyi bagi janin pada usia kandungan tujuh bulan, dan sebagainya.

Dengan demikian suami akan memiliki ikatan batin yang kuat terhadap janin serta istri. Dan, terhindar dari perasaan cemburu atau sikap negatif ketika Si Kecil lahir.

Bersikap DewasaSelain mempersiapkan suami, istri hendaknya juga berusaha menjalani kehamilan secara dewasa.

Dengan kata lain, mampu menjaga suami senantiasa bersyukur dan bahagia atas kehamilan istri. Misalnya, memahami bahwa ngidam adalah kebutuhan psikologis akan perhatian dari suami.

Kebutuhan perhatian ini, sebaiknya tidak membuat suami merasa terbebani. Seperti meminta dibelikan makanan khas langsung dari kota Bandung, sementara tempat tinggal dan lokasi pekerjaan di Jakarta. Sebaiknya istri menyikapi kebutuhan akan perhatian suami dengan cara-cara yang lebih dewasa, dengan meningkatkan komunikasi yang hangat.

Istri dapat saja mengubah permintaan yang tak masuk akal atau sulit, dengan meminta suami bersama-sama berjalan pagi untuk kesehatan istri dan janin, beribadah bersama, membaca buku bersama mengenal persiapan menjelang kelahiran, menemani senam hamil, dan sebagainya.

Konsep kehamilan yang bahagia ini akan tertanam pada suami, sehingga ia akan mengharapkan kelahiran serta kondisi pasca kelahiran sebagai saat yang juga bahagia.

Bina Komunikasi HangatSebaiknya istri peka dengan kecemburuan yang muncul. Bila suami mulai enggan membantu atau kurang melibatkan diri dalam merawat Si Kecil, berikan perhatian lebih kepada suami dan tingkatkan komunikasi yang hangat.

Tanamkan pengertian bahwa orang tua adalah bagian tidak terpisahkan dalam merawat dan mengasuh anak hingga dewasa. Sikap dewasa dari suami ini, sangat dibutuhkan agar istri merasa nyaman menjalankan peran sebagai ibu.

Tentunya istri pun sebaiknya tetap memperhatikan kebutuhan suami, baik secara biologis maupun psikologis.

Jangan Terbawa EmosiKelelahan fisik dan psikis dapat memudahkan istri terbawa emosi menghadapi sikap pemarah dari suami.

Cobalah hadapi perubahan emosi suami dengan tenang dan berikan kenyamanan yang dibutuhkan suami. Yakinkan diri bahwa menomorsatukan anak bukan berarti menomorduakan perkawinan.

Ingatkan suami akan hal-hal yang membuat Anda berdua saling mencintai. Tingkatkan pula rasa saling menghargai dengan mengucapkan terimakasih dan lakukan ibadah bersama secara rutin agar makin matang dan siap sebagai orang tua baru.

Ciptakan rutinitas yang mem­­pererat hubungan dengan suami. Misalnya, memeluk suami sebelum ia tidur, atau berbincang dengan suami saat anak tidur. Sampaikan pemahaman akan sikap suami yang berubah, dan berikan dukungan bahwa kehadiran buah hati akan menambah kebahagiaan mereka berdua.

Yakinkan suami, ia pun dapat merasa bahagia dengan menjadi ayah. Implementasikan dengan mengajak suami terlibat dalam perawatan bayi secara bertahap. Bila perlu, sesekali percayakan sepenuhnya perawatan bayi pada suami.

Jangan lupa, senantiasa hargai setiap perubahan positif dan kesediaan suami terlibat dalam peran sebagai ayah baru.

Bila memungkinkan, istri dapat meningkatkan keharmonisan dengan menyediakan waktu bersama dengan suami sebelum Si Kecil terbangun dan menangis. Caranya, bisa dengan makan malam dalam suasana romantis di rumah.

Laili DamayantiFoto: gettyimages