"Foto: Fadoli Barbathully "
Coba lihat apa yang terjadi pada pasangan Haris dan Elsa. Sama-sama sukses di karier, berpenghasilan tinggi, serta memiliki kedudukan penting di kantor. Sayang, dalam hal membina rumahtangga, yang terjadi adalah sebaliknya. Nyaris tiada hari tanpa keributan. Sering, masalah pemicunya cuma persoalan sepele.
Contohnya, soal sarapan pagi. Sebagai kepala keluarga, Haris merasa harus dilayani Elsa, dan bukan oleh pembantu. "Apa gunanya punya isteri kalau tidak bisa melayani suami. Masak, sih tidak ada waktu sedikitpun untuk menemani suaminya makan," keluh Haris pada Anton, sahabatnya.
Namun, lain lagi apa kata Elsa pada Tami, sahabatnya di kantor. "Masak, begitu saja harus diributkan. Seharusnya ia, kan tahu istrinya itu wanita karier yang harus berpacu dengan waktu. Bagaimana menemani sarapan pagi, wong berangkat ke kantor saja pukul enam pagi. Dasar, ia memang terlalu banyak menuntut. Pernah, lho kita tidak bicara selama seminggu, gara-gara soal itu!"
Ya, kasus seperti yang dialami Haris dan Elsa seringkali dianggap sepele oleh pasangan suami-istri. Sepintas, memang terlihat itu hanyalah masalah kecil. Namun, bila dibiarkan berlarut-larut, tentu bisa membahayakan keutuhan rumah tangga. Nah, sebelum terlambat, simak beberapa tanda bahaya yang bisa mengganggu dan merusak hubungan rumahtangga beserta solusinya.
1.MASALAH MENUMPUK Terkadang, masalah-masalah tak diperhatikan oleh pasangan suami-istri, dan bahkan dibiarkan begitu saja. Misalnya, tak memberi perhatian. Bahkan, bisa saja hari ini pasangan kurang perhatian, besok bersikap kasar, esoknya lagi bersikap acuh pada Anda. Anda sendiri lebih memilih diam dan membiarkan masalah menumpuk. Padahal, ini salah besar. Karena bila dibiarkan terus-menerus, masalah tak bakal membaik, namun justru bertambah runyam. Pertengkaran pun tak dapat dihindari. Saling menuding dan menyalahkan satu sama lain pasti akan menghiasi hari-hari Anda dan pasangan.
- Solusi: Sebaiknya bila ada masalah yang tidak berkenan di hati Anda, segera utarakan pada pasangan. Jangan pendam sampai menggunung. Apalagi menunggu pasangan menyadari kesalahannya. Kalau ia sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya salah, pasti ia tidak akan melakukannya pada Anda. Untuk itu, setiap kali Anda dan pasangan mengalami masalah, cobalah menyelesaikannya dengan pikiran dingin dan hati yang tenang. Pasti ada jalan keluarnya.
2.KRITIK Tak semua orang bisa menerima kritik, sekalipun kritik yang bersifat membangun. Contohnya Elsa, yang tak sudi menerima kritik dari Haris, suaminya, soal badannya yang makin hari makin mekar ke samping. Apalagi, setiap kali ia menyantap mie goreng kesukaannya, ada saja kata-kata Haris yang menyindir bentuk tubuhnya. Jelas, Elsa tersinggung. Padahal tujuan Haris baik. Bagaimana mengatasinya?
- Solusi: Sebenarnya, untuk menyampaikan kritik yang tepat pada sasaran tidaklah sulit. Yang perlu diperhatikan adalah, cara penyampaiannya agar tidak menyinggung perasaan. Nah, pergunakanlah bahasa yang sopan dan waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
Jangan memberi kritik saat ia berbuat sesuatu yang menurut Anda tidak benar. Jelas saja ia tidak bisa terima. Jika Anda ingin menyampaikan kritik yang membangun pada pasangan, sampaikan di saat Anda berdua menikmati waktu santai, misalnya. Misanlya, "Ma, Papa senang, lho kalau bentuk pinggang Mama diperkecil ukurannya. Biar enak merangkulnya. Kalau mama terlihat langsing, pasti akan semakin cantik!" Tentu, pasangan tidak akan tersinggung, dibanding bila Anda menyerangnya dengan kata-kata pedas.
3. MENGHINA Terkadang, tanpa disadari, apa yang Anda perbuat dan ucapkan pada pasangan bisa menyinggung perasaannya. Contohnya, "Bodoh banget sih! Masak mengerjakan hal semudah itu kamu tidak mampu. Katanya sarjana tehnik, tapi teve rusak saja harus ke tukang servis!" Mendengar lontaran kata yang begitu pedas, jangan kaget jika pasangan terhina, harga dirinya terinjak-injak. Apalagi Anda membumbui dengan kata-kata, tolol, bodoh, nggak punya otak. Belum lagi bila Anda hobi menyampaikan sindiran yang bersifat sarkartis, seperti si Ompong (karena giginya ompong) atau si Tambun (karena badannya gendut). Meski maksud Anda bercanda, tetapi bukan berarti Anda dapat semena-mena menyampaikan kata penghinaan yang menyinggung perasaan pasangan.