- Solusi: Kalaupun Anda merasa tak puas dengan cara kerja pasangan, cobalah membiasakan diri bertutur dengan kata-kata sopan, sehingga ia tidak tersinggung. "Eh, Pa! Bukannya Papa dulu pernah praktik memperbaiki teve ketika kuliah. Pasti Papa sudah lupa, ya cara kerjanya. Ayo, coba diingat-ingat lagi!" Ini jauh lebih baik dibandingkan "hinaan" Anda yang pertama tadi.
4. MEMBANDINGKAN-BANDINGKAN "Eh, si Ambar itu suaminya romantis, lho, Pa! Setiap kali tidur selalu dicium, dibelai. Kalau Papa... mana?" Sifat suka membandingkan pasangan dengan orang lain, jika dibiarkan, sungguh tak baik untuk keutuhan rumah tangga. Apalagi bila Anda membandingkan pasangan dengan orang yang lebih baik dari dia.
- Solusi: Sadarilah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Mungkin pasangan kurang romantis, tetapi untuk urusan perhatian ia lebih jago daripada suami teman Anda. Kalaupun Anda mengizinkan pasangan berlaku sama seperti orang lain, katakan, "Pa, Mama ingin, lho dicium setiapkali Papa berangkat kerja. Seperti yang ada di teve itu lho! Papa mau, kan melakukannya untuk Mama?" Hal ini lebih baik dibandingkan Anda membandingkan dirinya dengan orang lain.
5. DIAM MEMBISU Inilah salah satu sikap yang "menyimpan" bahaya. Ketika pertengkaran tidak bisa dihindari, bosan ribut-ribut, maka sikap yang diambil bisanya diam membisu. Saling bertahan pada pendapat masing-masing, merasa dirinya lebih benar dibandingkan pasangannya. "Kalau dia perlu, pasti ia akan mengajak bicara duluan. Wong, yang salah dia, kok!" begitu biasanya Anda berkelit. Padahal, tanpa Anda sadari, pasangan pun bersikap serupa. Ia merasa dirinyalah yang benar, sehingga ia pun enggan memulai pembicaraan sebelum Anda menyapanya. Nah, apa yang terjadi jika kedua pihak sama-sama bersikeras mempertahankan ego-nya?
- Solusi: Cobalah untuk berintrospeksi. Mungkin ada benarnya juga ucapan pasangan tentang diri Anda. Kalaupun Anda berencana mendiamkannya, sebaiknya bukan dalam jangka waktu lama. Sebaiknya, tujuan berdiam diri lebih untuk mencari ketenangan dan meredam emosi. Bila emosi sudah terkendali, biasanya Anda atau pasangan bisa menguasai diri. Tidak saling menyalahkan, tetapi saling memaafkan. Tapi ingat, komunikasi dan saling terbuka jauh lebih baik daripada berdiam diri.
6. MENCARI PELARIAN Mencari pelarian ke tempat hiburan atau curhat ke lawan jenis sering dilakukan pasangan suami-istri yang sedang bermasalah. Dengan berbagi cerita pada orang lain, mereka merasa bebannya akan jauh berkurang. Ini memang bisa saja jalan keluar yan baik, apalagi jika orang yang diajak bicara bisa memberikan jalan keluar yang tepat. Tapi, bagaimana jika ia justru mengambil kesempatan dengan mencuri simpati Anda, atau ia justru si Kompor yang justru memanas-manasi Anda, sehingga Anda makin benci pada pasangan? Masalah pasti akan jadi lebih runyam.
- Solusi: Sadarilah bahwa setiap rumahtangga pasti punya masalah. Tergantung bagaimana Anda dan pasangan menyikapinya, apakah mau diperkecil atau diperbesar. Nah, jika Anda merasa masalah yang Anda hadapi bersama pasangan adalah masalah besar dan tidak ada jalan keluarnya, cobalah minta orang terdekat pasangan, misalnya mertua, untuk menasihatinya. Jangan melibatkan orang ketiga dalam permasalahan rumah tangga Anda, karena jauh lebih berisiko.
7. DENDAM Suatu hari, pasangan melakukan kesalahan yang menurut Anda tak dapat dimaafkan. Misalnya, Anda pernah memergoki ia selingkuh dengan wanita lain. Apapun bentuk pernyataan maaf yang diungkapkan pasangan, tidak membuat hati Anda luluh. Sekali dendam, tetap dendam. Merasa di pihak yang benar, Anda bertahan untuk tidak mau memaafkan dan terus membenci. Nah, karena pintu maaf tidak terbuka, tak menutup kemungkinan pasangan akan mengulang kembali perbuatannya, kan?
- Solusi: Sifat mendendam sebaiknya dibuang jauh-jauh. Apalagi dendam pada pasangan. Tentu, tak ada wanita yang tak sakit hati memergoki pasangannya berselingkuh. Namun, jika ia sudah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali, apakah Anda masih juga menaruh dendam? Kalaupun memang Anda marah, ungkapkan dengan kata-kata, "Ingat, kali ini saya maafkan.Tetapi lain kali, tiada maaf bagimu!" Mungkin itu cuma gertakan Anda, tetapi dapat membuat pasangan berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan yang sama.
Dok. Nova