Si Kecil Tak Harus Masuk Kelompok Bermain

By nova.id, Kamis, 30 September 2010 | 17:07 WIB
Si Kecil Tak Harus Masuk Kelompok Bermain (nova.id)

Soalnya, yang lebih penting di usia ini adalah kelekatan anak dengan ibu atau orang yang merawatnya. Lagipula, orang tua juga bisa, kok, memberikan keoada anak, apa yang diberikan oleh kelompok bermain.

Anak usia ini, terang Wieka Dyah Partasari, S.Psi., baru mengembangkan basic trust (kepercayaan dasar) yang biasanya diperoleh dari orang tua. Basic trust merupakan bekal bagi anak untuk mengeksplorasi dunia yang lebih luas. "Jadi, tugas orang tua di usia ini ialah mengembangkan basic trust agar anak percaya bahwa ibunya adalah orang yang bisa ia percaya, yang mencintainya, sehingga ia pun berani bereksplorasi ke dunia luar," tuturnya.

Disamping itu, lingkup sosial anak usia ini masih terbatas pada keluarga. "Memang ia mulai bisa berkenalan dan bergaul dengan teman sebaya, tapi masih belum bisa bermain bersama dalam waktu lama dan bekerjasama," jelas psikolog dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini. Itulah mengapa, anak usia ini tak harus masuk kelompok bermain.

Alasan lain, hasil penelitian menunjukkan, tak ada perbedaan kemampuan yang menonjol antara anak yang masuk kelompok bermain dan tidak. "Awalnya, kemampuan anak yang masuk kelompok bermain sepertinya memang lebih bagus di bidang akademik. Ini terlihat saat mereka masuk SD. Tapi, 10 tahun kemudian ternyata kemampuan mereka hampir sama dengan anak yang tak masuk kelompok bermain." Malah, anak yang tak masuk kelompok bermain kadang memiliki sikap lebih positif terhadap belajar.

"Mungkin karena anak yang masuk kelompok bermain, terlalu awal memasuki situasi belajar formal, sehingga sikap terhadap belajar pun enggak terlalu positif." Lain halnya bila langsung masuk SD tanpa lewat TK, menurut Wieka, anak akan mendapatkan kesulitan. "Suasana di SD itu, kan, sangat formal. Anak harus duduk tenang. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung juga menjadi yang utama. Karena itu, perlu ada jembatannya, yaitu TK," terangnya.

JANGAN TERLALU DINI

Sebenarnya, tutur Wieka, apa yang diberikan oleh kelompok bermain juga bisa diberikan orang tua di rumah. "Kelompok bermain itu, kan, sifatnya untuk mengembangkan kemampuan anak, baik fisik, intelektual, sosial emosional, sesuai kebutuhan anak pada masa perkembangannya. Nah, orang tua pun bisa melakukannya."

Jadi, bila orang tua di rumah sudah bisa memberikan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan anak dan sosialisasi anak juga sudah tercukupi di rumah, misalnya, dengan teman-teman sebaya di lingkungan rumah, maka ikut kelompok bermain bukan kebutuhan yang mutlak. Orang tua juga tak perlu takut anaknya akan berbeda dengan anak-anak yang masuk kelompok bermain, sepanjang potensi anak bisa dikembangkan oleh orang tua di rumah. Bukan berarti anak usia ini enggak boleh dimasukkan kelompok bermain, lo.

Tapi, anjur Wieka, sebaiknya jangan terlalu dini. "Paling cepat usia 3 tahun saat anak mulai bisa melepaskan diri dari ibunya dan mulai mampu melihat dunia sekelilingnya. Di usia ini, anak juga sudah mulai kenal dengan orang di luar lingkungannya." Jika terlalu dini, lanjutnya, anak masih main sendiri-sendiri. "Yang usia 3 tahun pun masih sering main sendiri-sendiri, meski sudah mulai tertarik untuk bergabung dengan teman-teman sebayanya. "Selain itu, anak usia dini rentan terhadap perubahan-perubahan. "Bagi anak, perubahan bisa membuat stres.Semisal pindah rumah, begitu pula halnya dengan masuk kelompok bermain."

Bahkan, anak bisa "mogok" jika dipaksakan mengikuti kelompok bermain pada usia terlalu dini. Soalnya, mereka belum siap untuk berada dalam suatu situasi baru. Terlebih lagi situasi baru tersebut memiliki aturan-aturan lebih kaku daripada di rumah, yang bagi anak-anak tertentu belum waktunya untuk mengikuti aturan-aturan tersebut. "Tingkat kematangan anak belum sampai pada tahap bisa bergabung dengan kelompok lain."

ANAK HARUS SENANG

Yang juga harus diperhatikan, lanjut Wieka, pada usia ini perlu dikembangkan keterampilan motorik dan kemampuan sosialisasi. "Anak usia ini belum waktunya untuk bisa duduk manis dan tenang, tapi lebih pada memberinya kesempatan untuk bermain. Jadi, kebebasan bereksplorasi dan bermain tetap yang utama. Nah, apakah kelompok bermainnya menyediakan sarana untuk itu?"