Si Kecil Yang Pasif

By nova.id, Minggu, 12 September 2010 | 17:09 WIB
Si Kecil Yang Pasif (nova.id)

EKSPLORASI SANGAT PENTING

Kondisi yang turut menyumbang sehat-tidaknya perkembangan emosi anak adalah lingkungan. Walaupun sebenarnya setiap anak membawa karakter masing-masing, namun lingkungan pun bisa membentuk anak. Jika lingkungan tersebut membantu anak menumbuhkan emosi yang sehat, misalnya dengan memberi kesempatan anak bereksplorasi, maka anak juga akan berkembang sesuai yang diharapkan lingkungan. Demikian sebaliknya, kalau lingkungan tak mendukung, maka berakibat anak tak mau mencoba sesuatu yang baru. Setiap anak, tutur Betty, punya tugas perkembangan.

"Pada anak batita, salah satunya adalah perkembangan emosi. Perkembangan tersebut dilalui, misalnya, dengan eksplorasi dan eksploitasi." Nah, agar anak tumbuh sesuai dengan pertumbuhan yang diharapkan, ia harus menjalani tugas perkembangan tersebut. Jika tugas perkembangannya terhambat, dikhawatirkan akan berpengaruh bagi perkembangan anak selanjutnya. Eksplorasi, terang Betty, penting bagi perkembangan emosi anak karena membantu anak mencapai tugas perkembangannya. Itulah mengapa anak harus diberi kesempatan untuk bereksplorasi. Apalagi di usia ini, rasa ingin tahu anak sedang tinggi. "Yang terjadi, kadang-kadang justru orang tua melarang anaknya melakukan sesuatu hal dengan alasan khawatir anaknya jatuh atau cedera."

TERGANTUNG FREKUENSINYA

Soal wajar-tidaknya perkembangan emosi anak bisa dilihat dari intensitas dan frekuensi kejadiannya. "Kalau anak terus menerus diam atau murung atau tak pernah membangkang padahal di usia ini seharusnya keiingintahuannya besar, maka harus dipertanyakan." Namun demikian tak bisa dipukul rata. "Kalau cuma satu atau dua kali kejadiannya, bisa saja karena ia sedang capek." Lain halnya jika kejadian ini menetap. Hanya, yang juga perlu diketahui, perpindahan emosi anak di usia ini biasanya berlangsung cepat.

"Bisa terjadi anak yang baru saja menangis, sesaat kemudian sudah tertawa-tawa." Hal ini masih dinilai wajar karena kematangan intelegensia anak memang belum matang. Namun demikian, orang tua tetap bisa mendeteksi karakter atau emosi yang sedang terjadi pada anak melalui perilakunya. Misalnya, emosi yang tak langsung tapi menggambarkan anak sedang sedih atau ada sesuatu yang ia pikirkan bisa ditunjukkan dengan suka melamun, malas, gagap, gugup, atau sering mengisap jempol.

Sekali lagi, tandas Betty, itu harus dilihat frekuensinya, sehingga stimulus dan respon pun harus sesuai. "Kadang stimulus nya sederhana, tapi responnya berlebihan. Ini yang harus dikhawatirkan. Untuk mengantisipasi hal itu, yang harus dilakukan orang tua adalah memberi rasa aman pada anak. Selain tentunya memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi dunianya.

"Memang, banyak orang tua yang khawatir, takut anaknya jatuh atau cedera. Tapi orang tua tentu juga tahu batas-batasnya. Kalau yang membahayakan, ya, tak usah diperbolehkan." Yang dibutuhkan adalah bagaimana membuat anak seimbang, yakni menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar membuat anak siap dan tahu bagaimana harus bersikap supaya diterima oleh lingkungannya. Sebab, terkadang orang tua tak sabar. Mereka lebih senang kalau anak melakukan sesuatu seperti yang mereka harapkan, tapi tak selalu siap untuk memberi kesempatan anak mengembangkan minatnya. "Umumnya orang tua cenderung lebih senang hasilnya daripada prosesnya." Nah, Bu-Pak, sudah tahu, kan, apa yang harus dilakukan jika si kecil bersikap pasif?  

 Hasto Prianggoro/nakita