Yuk Sayang, Kita Mudik! (1)

By nova.id, Rabu, 8 September 2010 | 17:22 WIB
Yuk Sayang Kita Mudik! 1 (nova.id)

Yuk Sayang Kita Mudik! 1 (nova.id)

"Foto: Romy Palar "

Momen Lebaran akan selalu menjadi momen kebersamaan keluarga. Pada momen ini, Anda tentu ingin mengajak buah hati turut serta melengkapi kebersamaan.

Sayangnya, tak semua anak mudah diajak berlebaran bersama. Khususnya, berlebaran dengan melakukan perjalanan jauh. Padahal bagi beberapa keluarga yang berjauhan dengan sanak saudara, momen Lebaran juga menjadi momen bepergian rutin bersama keluarga.

Ya, bagi anak-anak mudik bisa jadi merupakan aktivitas yang menjemukan dan tidak menyenangkan. Melalui rute yang panjang, keterbatasan aktivitas, tidak bebas bermain dan sebagainya. Ini kerap membuat anak-anak dilanda frustasi bila harus bepergian bersama saat lebaran.

Alhasil, setiap kali mudik, anak-anak menjadi rewel dan menolak. Padahal Anda juga ingin mereka tidak memutus tali silaturahmi.

Coba beberapa trik yang dibagikan psikolog Roslina Verauli M.Psi agar buah hati dengan senang hati ikut mudik tahun ini.

Cari Tahu Penyebab

Anak-anak bukan pembenci mudik bersama orang tua, namun bila anak kerap sulit diajak mudik, pastikan dahulu apa penyebabnya.

"Pada umumnya anak-anak sama seperti orangtua yang excited untuk pergi mudik. Hanya, ada yang menunjukkan keengganan untuk turut mudik ke kampung halaman," ungkap Vera.

Cobalah tengok ke belakang, adakah anak pernah mendapat pengalaman kurang menyenangkan saat mudik terdahulu.

Mungkin ia pernah mengalami perjalanan yang melelahkan, atau kejadian yang cukup traumatis selama perjalanan maupun ketika berada di kampung halaman.

Atau, bisa saja kondisi di tempat mudik yang tidak senyaman saat di rumah. Misal, sulit untuk mandi dengan nyaman, kamar tidur tak nyaman, tidak ada televisi dan sebagainya.

Hal-hal semacam ini dapat terekam dan menjadi pemahaman anak, bahwa mudik itu menuju tempat yang tidak menyenangkan.

Selain masalah tempat, hal lain yang bisa membuat anak trauma dan tak mau ikut mudik adalah respon orang tua.

Coba pelajari apakah Anda atau pasangan pernah menunjukkan ketidaknyamanan saat mudik ke kampung halaman pasangan. Misal, Anda atau pasangan kurang suka jadwal mudik yang hanya dilakukan di salah satu orang tua saja dari tahun ke tahun, atau justru tidak suka jadwal yang hilir mudik tanpa istirahat. Nah, reaksi-reaksi "penolakan" atau "ketidaksukaan" yang ditunjukkan ini juga punya andil pada diri anak. Anak pun mengimitasi ketidaksukaan ini dan menampilkan reaksi yang sama di setiap kali mudik.

Jangan Memaksa!

Menghadapi penolakan anak di tiap acara mudik, memang bisa sangat menguras kesabaran. Namun sebaiknya orang tua tidak memaksakan kehendak pada anak, hanya untuk membuatnya melengkapi keluarga di hari Lebaran. Itulah mengapa, rencana mudik sebaiknya dijadikan rencana bersama keluarga dan sudah dibicarakan jauh sebelumnya.

Bila anak tetap menolak, coba sebisa mungkin mencari penghalang anak ikut mudik. Bicarakan kesulitan yang dipikirkan anak, sembari mencari jalan keluar bersama.

Selain itu, bantu anak dengan memberi wawasan pentingnya menjalin silaturahmi. Apa itu yang dimaksud dengan keluarga besar dan mengapa kita perlu mengetahui asal usul keluarga. Pastikan anak mengetahui betapa besar arti mudik bagi kedua orang tua serta handai taulan di sana. Di sinilah letak arti penting mudik, sebagai ajang anak belajar nilai-nilai yang dianut kekeluargaan.

Bila perlu ciptakan imajinasi yang baik tentang mudik dengan menceritakan kenikmatan apa yang bisa diperoleh di sepanjang perjalanan dan kegiatan seru apa yang bisa dilakukan di kampung halaman nanti.

Hal penting lain, pertimbangkan kembali mudik bagi Anda dan pasangan. Apakah benar penting untuk mudik setiap tahun atau hanya tiap beberapa tahun sekali. Biar bagaimanapun, mengenal tetangga dan menikmati waktu Lebaran bersama keluarga di rumah, juga sangatlah penting. Selain itu, keluarga juga akan memiliki variasi dalam menikmati dan menghayati arti Lebaran.

Laili Damayanti / bersambung

Foto: Romy PalarModel: Aira & Hany