Masakan Terakhir untuk Ade Sara dari Ayah dan Ibu

By nova.id, Rabu, 26 November 2014 | 11:16 WIB
Masakan Terakhir untuk Ade Sara dari Ayah dan Ibu (nova.id)

TabloidNova.com - Ada satu hal yang diperbuat oleh orangtua Ade Sara Angelina Suroto untuk putri semata wayangnya tepat pada hari kematian Ade Sara. Mungkin itu sederhana. Namun, bagi kedua orangtua Ade Sara, Suroto dan Elisabeth, hal itu adalah sesuatu yang baru pertama kali mereka lakukan.

"Tanggal 3 Maret, saya sama istri untuk pertama kalinya bikin nasi uduk," ujar Suroto di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014) lalu. Ternyata, itu menjadi masakan terakhir untuk Ade Sara.

Tanggal 3 Maret merupakan hari ketika Ade Sara bertemu dengan ajalnya. Ketika itulah Ade Sara berjumpa dengan Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd. Dua orang yang tanpa dia duga membunuhnya.

Nasi uduk adalah masakan sederhana yang dibuat khusus oleh kedua orangtua Ade Sara. Suroto bercerita, ketika selesai memasak, mereka berdua menanti kehadiran Ade Sara yang mereka ketahui sedang les. 

Tidak lupa, mereka membayangkan bagaimana mimik wajah bahagia sang putri setelah menikmati jamuan khusus dari orangtuanya. Hari semakin larut. Ade Sara belum juga pulang ke rumah mereka untuk bergabung makan malam bersama.

Perut pun semakin lapar. Akhirnya, Suroto memakan nasi uduk itu terlebih dulu. Sebenarnya, tidak ada momen apa pun yang membuat mereka memasak jamuan khusus pada hari itu.

Satu-satunya perayaan yang dirayakan Suroto dan Elisabeth adalah untuk melihat putrinya bahagia. Ya, dirayakan, walau dengan cara sederhana, seperti memakan nasi uduk buatan ayah dan bunda.

"Tetapi, sebagian lagi akhirnya terbuang karena Sara memang tidak kunjung datang," ujar Suroto. Memang benar, satu yang membuat orangtua semangat bekerja adalah anak. Setidaknya, itu diakui oleh Suroto. 

Suroto menggambarkan tiap hal yang ia rasakan setelah tahu Ade Sara tidak akan pulang untuk mencicipi nasi uduk buatannya. Suroto mengatakan, semua terasa gelap. "Saya merasa melihat ke depan terasa gelap. Harapan-harapan sudah pupus, yang meneruskan keturunan sudah tidak ada," ujar Suroto.

Bukan hanya harapan Suroto sebagai orangtua yang habis. Cita-cita dan harapan yang dimiliki Ade Sara turut kandas seiring dengan kematiannya.

Harapan untuk berkeluarga. Harapan untuk membahagiakan kedua orangtua. Harapan untuk mencapai pendidikan tinggi, termasuk keinginannya untuk pergi ke Jerman. Ade Sara memang tengah belajar bahasa Jerman. Ia juga dibunuh dengan sadis sepulang les bahasa Jerman. "Semua telah dirampas oleh pembunuh sejoli itu," ujar Suroto.

Kompas.com/Jessi Carina