Pentingnya Pemanasan Sebelum Hubungan Intim (1)

By nova.id, Selasa, 8 Juni 2010 | 17:36 WIB
Pentingnya Pemanasan Sebelum Hubungan Intim 1 (nova.id)

Konon hubungan seks tanpa pemanasan, ibarat masakan tanpa bumbu. Hambar! Benarkah demikian ?

"Tepat sekali!" seru Dr. Ferryal Loetan, SK, ASC&T, DSRM, MMR, "Aktivitas seks tanpa perangsangan atau foreplay kadang menimbulkan ketidakpuasan." Ini terutama terjadi pada wanita. Sebab, terangnya, wanita membutuhkan waktu agak lama untuk meningkatkan birahinya. Berbeda dengan pria yang meningkatnya secara cepat. "Jadi, untuk menyeimbangkan grafik tersebut, diperlukan perangsangan dengan harapan, puncak orgasme bisa dicapai bersama-sama."

Selain itu, lanjut konsultan seks ini, ibarat membaca buku, kita, kan tak langsung membaca isinya tapi kata pengantarnya lebih dulu. Nah, begitu juga dengan hubungan seks. "Kita harus menghadapi jalan yang menaik dan menurun untuk mendapatkan hasil maksimal. Memang bisa dengan cara potong kompas, langsung ke isi, tapi hasilnya biasanya tak maksimal." Lagi-lagi wanita yang menjadi "korban". Karena tanpa foreplay, daerah vaginanya akan tetap kering sehingga ia tak dapat menikmati hubungan tersebut.

KAPAN SAJA DAN DIMANA SAJA

Menurut Ferryal, foreplay banyak sekali manfaatnya, bukan hanya sekadar pemanasan. Apalagi bila dilakukan dengan terampil, akan memberikan pengalaman baru dan kepuasan yang mendalam, baik bagi suami maupun istri. Karena itulah, anjurnya, sebaiknya foreplay dilakukan bersama-sama. "Jadi, saling memanaskan. Bukan melulu suami yang harus melakukannya, tapi istri juga harus aktif ikut memanaskan pasangannya."

Toh, suami juga tak selalu siap untuk berhubungan. Artinya, adakalanya ia berada dalam kondisi tidak in the mood sementara si istri menginginkan. Nah, pada saat itu sangat diperlukan perangsangan dari istri untuk membangkitkan gairah pasangannya. Misalnya, dengan meraba di daerah-daerah peka pasangannya. "Jadi nggak perlu diucapkan, 'Ayo, dong, aku ingin, nih.' Justru kalau diminta, ia akan menolak. Apalagi lelaki, kadang kalau diminta-minta justru menurun libidonya."

Yang tak kalah penting, foreplay juga berdampak positif bagi kehidupan berkeluarga. "Foreplay bisa memperbaiki hubungan suami-istri." Itulah mengapa Ferryal menganjurkan agar foreplay tak hanya dilakukan saat hendak berhubungan, tapi bisa kapan saja tanpa harus diteruskan sampai ke hubungan seks. Misalnya, saat mau tidur, saat santai menonton teve dan anak-anak sudah tidur, atau di pagi hari saat bangun pagi.

Tempatnya pun tak terbatas hanya di tempat tidur. Bisa di sofa, ruang makan, atau kamar mandi. "Nah, dengan melakukan foreplay kecil-kecilan seperti saling bercumbu, berpelukan, atau mandi bersama, otomatis akan meningkatkan kemesraan dan hubungan batin suami-istri dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hubungan mereka," ujar Ferryal.

BERTAHAP

Soal bagaimana tekniknya, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasangan. "Jadi, tak mesti selalu dimulai dengan rabaan," ujar Ferryal. Misalnya, suami sudah mengantuk atau capek oleh pekerjaan. "Coba, deh, rangsang ia pakai kata-kata atau cerita romantis," anjurnya. Dijamin si pria akan terbangkit gairahnya. Soalnya, pria lebih memakai imajinasi sehingga setiap saat bisa terangsang sekalipun tanpa diraba-raba. "Lain halnya dengan wanita, biasanya agak sulit untuk dibangkitkan gairahnya kalau ia memang lagi tidak in the mood."

Selain itu, foreplay juga harus dilakukan secara bertahap. Apalagi jika si pria belum berpengalaman dan tak bisa menahan nafsunya, "foreplay justru berbahaya karena bisa menyebabkan ejakulasi dini, sementara si wanita belum berjalan birahinya." Nah, dalam tahap awal ini yang diperlukan cuma kata-kata atau cerita romantis tadi. "Ini bisa sangat mengasyikkan dan bisa mencapai kepuasan yang sangat." Tahap ini disebut fase nafsu (desire).

Setelah itu, masuk ke tahap belaian dan rabaan atau fase perangsangan (excitement). Tentunya ini dilakukan bukan hanya oleh suami tapi juga istri. Memang, diakui Ferryal, sebagian besar masyarakat kita masih berpikiran bahwa wanita sebaiknya bersikap sebagai penerima, tak boleh aktif. "Itu pendapat salah. Kedua-duanya harus aktif. Wong, ini demi kepuasan mereka berdua, kok."

Namun perabaan sebaiknya tak langsung ke daerah-daerah vital, karena bisa menyulut si pasangan ke proses yang cepat. Tapi mulailah dari ujung jari tangan/kaki lalu naik ke lengan/betis dan seterusnya. Atau bisa juga dengan meraba rambut, lalu seputar wajah, dan seterusnya.

Selanjutnya baru masuk ke fase puncak perangsangan (plateau) yakni, tahap ciuman. Namun ciumannya tak terbatas hanya cium bibir, tapi juga bisa ke anggota tubuh lain. Nah, biasanya kalau sudah sampai di tahap ini berarti suami-istri sudah siap untuk melakukan hubungan. Pada wanita biasanya ditandai dengan terjadinya lubrikasi, yakni perlendiran pada vagina, sehingga koitus berlangsung mudah dan tak menimbulkan rasa sakit pada wanita. Dengan demikian, istri dapat menikmati hubungan seks tersebut.

Jadi, tandas Ferryal, dalam berhubungan harus diperhatikan tahapan-tahapannya. "Dalam berhubungan seks, kita, kan, maunya enggak buru-buru selesai. Karena selain kenikmatan seks, kita juga mengharapkan kebahagiaan dalam berhubungan itu sendiri." Namun, Ferryal mengakui, tahapan ini agak sulit diterapkan untuk orang yang tak punya cukup waktu dan maunya diakhiri sesegera mungkin. "Tapi kalau itu yang terjadi dan berlangsung terus-menerus, lama-lama hubungan seks akan menjadi hambar." Karena itu, anjurnya, pasangan sebaiknya mencari waktu yang cocok sehingga dapat berhubungan yang memuaskan kedua belah pihak.

bersambung

Indah Mulatsih/nakita