Bahaya, Dengar Musik Lewat Earphone (1)

By nova.id, Jumat, 14 Mei 2010 | 17:09 WIB
Bahaya Dengar Musik Lewat Earphone 1 (nova.id)

Bahaya Dengar Musik Lewat Earphone 1 (nova.id)

""

Telinga manusia ternyata memiliki struktur dan fungsi yang luar biasa. Selain proses menghantarkan bunyi sehingga kita bisa mendengar, di dalam telinga juga terdapat proses untuk mengurangi paparan bising.

"Secara otomatis, telinga memiliki kemampuan untuk meredam suara yang keras menjadi tidak bermasalah bagi pendengaran," kata Dr. A. Budi Sulistya, Sp. THT dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Namun, telinga juga memiliki batas kemampuan untuk mendengar, sehingga dosis atau batas berapa lama ia boleh terpapar bunyi tertentu tidak boleh melebihi dosis.

Misalnya, untuk bunyi letusan senapan yang memiliki intensitas sekitar 110 desibel dan frekuensi yang cukup tinggi, telinga hanya boleh terpapar tidak lebih dari 30 detik.

Lebih dari itu, maka risiko terjadinya penurunan fungsi pendengaran atau trauma bising akan menjadi lebih besar.

"Intinya, telinga memiliki kemampuan yang terbatas untuk mendengar suara pada intensitas tertentu. Semakin tinggi intensitasnya, telinga hanya boleh mendengar dalam waktu singkat," lanjut Budi seraya menambahkan dosis ini berlaku untuk semua usia.

Beberapa tempat atau kegiatan tertentu ternyata juga memiliki intensitas dan frekuensi bunyi yang bisa membahayakan pendengaran jika terlalu lama terpapar.

Bahkan, referensi menunjukkan bahwa pusat-pusat kebugaran yang kerap memutar musik dengan volume tinggi juga menyimpan risiko terjadinya trauma bising bahkan ketulian. Profesi sebagai pilot atau mereka yang bekerja di bandara berisiko lebih besar. Karena, bising pesawat terbang memiliki intensitas yang sangat besar, yaitu 145 desibel. Coba bandingkan dengan bunyi letusan senapan di atas.

Kenapa? Jika intensitas suara lebih dari dosis yang diperkenankan, maka akan terjadi gangguan pada rumah siput (cochlea), di mana di sini terjadi proses perubahan energi mekanik menjadi energi listrik. Sel-sel rambut getar yang harusnya mentransimi suara mekanik menjadi rusak.

Bentuk rumah siput kita unik, seperti bentuk dua setengah lingkaran. Frekuensi tinggi ada di sebelah kiri, dan rendah di kanan. Jadi, kebalikan dari piano. Nah, rambut getar bertugas mengubah bunyi sesuai dengan frekuensinya, baik tinggi, sedang atau rendah.

Lima Menit Per HariLifestyle yang modern juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan pendengaran. Belum lagi lingkungan kita yang ternyata penuh dengan kebisingan.

Sebagai contoh, pusat permainan di mal-mal yang ternyata sangat bising. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bising ruangan di tempat tersebut berkisar antara 40-60 desibel."Ini cukup tinggi. Anak yang bermain di tempat tersebut mempunyai paparan bising yang besar, sehingga ada risiko menderita trauma bising atau gangguan pendengaran akibat bunyi yang sangat keras (noise-induced hearing loss)," kata Budi.

Risiko Pemutar MusikDemikian juga dengan pemakaian headset, earphone, MP3 atau MP4 player, dan perangkat pemutar musik portabel lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika alat pemutar musik digital yang disambungkan dengan earphone diputar pada volume optimal atau maksimal (intensitas sekitar 100 desibel), telinga hanya boleh terpapar maksimal 5 menit per hari.

Pada volume 90 persen (90 desibel) hanya boleh terpapar selama 18 menit. Pada volume 80 persen (80 desibel), hanya boleh 1,2 jam dosis maksimal per hari. Dan, pada volume 70 persen (70 desibel), hanya boleh sekitar 4,6 jam maksimal per hari.

"Lebih dari itu, risiko terjadinya trauma bising akan lebih besar. Jadi, sebaiknya dipakai pada volume rendah karena akan lebih safe," lanjut Budi.

Ingat dengan pepatah yang mengatakan, if it is too loud you are too old? Semakin sering kita mendengarkan bunyi yang terlalu keras, maka usia kita akan jauh lebih tua dari usia sesungguhnya karena pendengaran kita terganggu.(Bersambung)

Hasto PrianggonoModel: Leti, Make up & hair do: Fitri (0813 1105 6277), Stylist: Astrid, Busana: Nyla, PIM II, (021-7592 0550)Foto: Daniel Supriyono