Normalnya, keringat tak menimbulkan reaksi gatal-gatal. Kelainan apa pula ini dan bagaimana mengatasinya? Bisakah dicegah?
Menurut dr.Ari Muhandari Ardhie, Sp.KK,dari Poliklinik Kulit dan Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta ada 2 macam kelainan yang memberikan gejala gatal saat mengeluarkan keringat, yakni:
1. ALERGI PADA KERINGAT SENDIRI (URTIKARIA KOLINERGIK)
Kelainan ini merupakan bagian dari kelainan yang sering disebut urtikaria (dalam bahasa sehari-hari, urtikaria juga kerap disebut sebagai biduran, gidu, atau kaligata.) Reaksi yang terjadi pada urtikaria adalah reaksi hipersensitivitas, atau reaksi berlebihan terhadap bahan yang sebetulnya bersifat umum.
Nah, pada urtikaria kolinergik, hal ini terjadi akibat perangsangan sistem saraf otonom yang ada di lapisan kulit. Wujud dari biduran ini khas, bisa berupa bercak kemerahan hingga bentol kecil-kecil yang mengikuti ukuran pori-pori kulit. Penyebab bentol adalah perubahan kemampuan pembuluh darah menahan cairan di dalamnya (permeabilitas) sehingga cairan keluar dan tampak sebagai bentol di kulit. Sedangkan rasa gatal, timbul karena perangsangan sel tubuh tertentu di daerah kulit tersebut, seperti sel mast, yang kemudian pecah dan mengeluarkan bahan-bahan mediator, contohnya histamin, yang menimbulkan rasa gatal.
Prinsipnya, urtikaria kolinergik terjadi kala yang bersangkutan mulai berkeringat. Misal, pada saat ia banyak beraktivitas atau mengalami hal-hal lain yang memicu keluarnya keringat, seperti faktor emosi, stres, makanan tertentu, atau cuaca panas. Kelainan yang dimulai dari merah saja sampai bentol-bentol kecil itu, akan mereda setelah keringatnya juga mereda atau kering.
Meski belum bisa dipastikan prosesnya, kelainan berupa urtikaria ini kadang juga dapat berkurang dengan sendirinya. "Jadi seperti ada proses adaptasi, sehingga lama-lama gejalanya tak muncul lagi. Proses adaptasi inilah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan terapi desensitisasi, yaitu terapi untuk menjadikan seseorang tidak sensitif lagi terhadap bahan tertentu." Namun demikian, hingga kini hasilnya masih belum bisa diramalkan secara pasti.
Untungnya, urtikaria kolinergik tak terlalu banyak kasusnya. "Kira-kira hanya 5 persen dari kasus biduran yang ada." Selain itu, kasus ini pun umumnya ditemukan pada remaja atau orang dewasa. Walau begitu, balita tetap mungkin mengalaminya.
2. KELAINAN ATOPIK
Salah satu petanda kelainan atopik (hipersensitivitas yang diturunkan) adalah timbul rasa gatal saat berkeringat, yang disebut itch when sweating. Rasa gatal yang berkaitan dengan atopik ini, lebih banyak kasusnya. Pun menimpa balita. Namun keadaan gatal ini tak perlu dirisaukan karena selama bisa ditahan dan tidak digaruk, ia tak akan menimbulkan eksim pada kulit. "Kelainan kulit berupa eksim yang disebut dermatitis atopik ini, baru akan terjadi kalau gatalnya digaruk-garuk. Kalau tidak, ya, tidak muncul apa-apa, dan sekilas anak dengan bakat atopik ini tampak seperti anak normal saja."
Walaupun demikian, jika diamati lebih jeli, anak-anak ini tak jarang pula memiliki petanda-petanda atopik lainnya. Umpamanya, berupa penipisan alis di sisi bagian luar karena sering digaruk-garuk, adanya lipatan kulit di tepi kelopak mata bagian bawah, atau telapak tangannya memiliki garis-garis yang banyak (hiperlinearis palmar). Hanya saja, meskipun gatal kala berkeringat merupakan salah satu petanda bakat atopik, ia tidak mutlak selalu ditemukan pada penderita dermatitis atopik.
Kelainan atopik ini bisa muncul sejak lahir, karena penyebabnya bersifat kelainan genetik. Hanya saja masalahnya tergantung pada ada atau tidak faktor pencetusnya. Faktor pencetusnya juga bermacam-macam, misal karena obat, makanan, zat tambahan pada makanan, inhalan, faktor psikis, atau bisa juga karena penyakit lain. "Jadi, mungkin saja saat masih bayi, anak tak menunjukkan kelainan apa-apa. Baru setelah agak besar dijumpai gejalanya." Inilah yang kerap jadi pertanyaan para orang tua, mengapa dulu-dulu tidak ada, kok, sekarang setelah besar malah muncul kelainan? "Sesungguhnya, anak yang bersangkutan sudah memiliki bakat kelainan, tapi belum diketahui. Sedangkan pajanan terhadap bahan pencetus atopik, ia terima terus hingga akhirnya setelah terakumulasi, muncullah gejalanya."
Inilah yang menjadi alasan dokter untuk tahu apakah ada riwayat kelainan atopik, baik pada si anak ataupun keluarganya, bila ada keluhan gatal kala berkeringat. Riwayat kelainan atopik ini bentuknya tak harus berupa gatal juga, tapi bisa dilihat apakah si anak atau anggota keluarganya ada yang menderita asma, sering bersin-bersin, atau punya eksim di kulit. "Lucunya, tak jarang ada pasien yang malu dan mengelak untuk menceritakan kelainan ini karena mengira eksim kulit itu selalu berkaitan dengan kurangnya kebersihan. Padahal informasi ini berguna untuk mencari kemungkinan adanya kelainan atopik yang mendasari gejala yang timbul."
Diturunkannya sifat atopik ini, bisa langsung dari orang tuanya, bisa juga dari kakek dan neneknya. Dalam penelitian yang pernah dilakukan, bila salah satu orang tua memiliki kelainan atopik, maka kemungkinan anak juga memilikinya adalah sebesar 30-40 persen. Sedangkan bila kedua orang tua memiliki sifat atopik, kemungkinan diturunkannya bisa mencapai 70 persen.
Meski demikian, tak berarti anak akan mengalami gangguan ini seumur hidup. Pasalnya, kelainan dermatitis atopik ada 3 tipe: tipe bayi, yaitu yang sering muncul di pipi dan orang awam sering mengira hal itu disebabkan alergi ASI; tipe anak, yang biasa muncul pada lipatan siku atau lutut; dan tipe dewasa, yang biasanya muncul di tangan atau ujung jari. Nah, dari bayi-bayi yang memiliki kelainan atopik, 90 persen gejalanya akan menghilang dan hanya 10 persen yang akan berlanjut ke tipe anak. Selanjutnya, dari tipe anak, 90 persennya juga akan menghilang dan hanya 10 persen yang berlanjut ke tipe dewasa yang akhirnya menetap. "Biasanya, yang mengalami kelainan atopik yang menetap ini adalah anak yang memiliki keadaan emosional yang labil."
Martin Leman Nakita