Misalnya, pasien perlu mengetahui kemungkinan biaya yang tinggi selama proses pengobatan, mengetahui pertimbangan dokter melakukan tindakan medis, meminta pertimbangan untuk diberikan alternatif pengobatan yang lebih murah, dan mendapatkan second opinion.
"Untuk menghindari biaya tinggi, pasien tak perlu ragu mendapatkan second opinion dari dokter lain. Dan sebaiknya, didapatkan dari dokter dengan kompetensi yang sama dengan dokter sebelumnya," Widodo memberikan alternatif.
Paling tidak, sebagai pengguna jasa kesehatan, Anda tak akan merasa 'dibohongi' dengan biaya tinggi yang dikenakan pihak rumah sakit. Karena, anggaran itu sudah merupakan keputusan terbaik yang diambil.
"Hal terpenting lainnya, tidak usah ragu untuk terbuka dan jujur kepada dokter Anda jika memang biaya obat-obatan, pemeriksaan laboratorium, dan tindakan medis yang dilakukan terasa memberatkan dari segi ekonomi," Widodo menginformasikan.
BERSIKAP REALISTISSeringkali, masyarakat tak menyadari jika keputusan yang diambilnya kurang realistis soal kesehatan. Misalnya, terlalu mudah memutuskan pergi ke dokter meski hanya menderita sakit ringan. Atau, beranggapan jika berobat ke luar negeri akan lebih baik daripada di dalam negeri.
Padahal, untuk mendapatkan layanan kesehatan yang terbaik, tak selalu harus ke luar negeri. Menurut Widodo, "Dokter di Indonesia juga mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi bidang kedokteran melalui pendidikan secara berkala dan juga pelatihan profesional."
Oleh karena itu, secara kompetensi dan kemampuan, tak kalah dengan dokter luar negeri. Justru, kebanyakan orang mencari pelayanan kesehatan hingga keluar negeri hanya karena tak paham dan memiliki masalah komunikasi dengan dokter di dalam negeri. Sehingga, mereka tak mengerti alasan dokter mengambil tindakan medis tertentu. Atau, tak mengerti mengapa kemudian timbul gejala tertentu, yang sebetulnya merupakan hal yang normal terjadi.
Laili Damayanti