Penting, sih, penting. Jika digunakan secara tepat dan dilakukan oleh suami-istri, justru bisa bermanfaat. Tapi ingat, jangan sampai kecanduan.
"Ih, jijik. Saya nggak mau nonton film gituan. Kalau sampai suami mengajak saya nonton, pasti akan saya tolak. Buat apa?" ujar Anggi, bukan nama sebenarnya, yang baru setahun menikah. Sementara Rini, juga bukan nama sebenarnya, malah bersikap sebaliknya. Ibu satu anak ini mengaku, gairahnya jadi meningkat setelah menikmati film jenis itu. "Saya sebetulnya bukan orang yang gampang bangkit gairahnya. Tapi setelah beberapa kali diajak nonton suami, entah kenapa, saya kemudian, kok, jadi bergairah. Sejak itu saya baru bisa menikmati hubungan seksual kami," papar wanita 34 tahun ini.
Memang, tak sedikit orang yang merasakan manfaat nonton film biru atau yang biasa dikenal dengan BF. Entah dalam soal peningkatan gairah atau dorongan seks maupun dalam hal variasi posisi dan gaya. Bahkan, ada yang bisa merasa terpuaskan hanya dengan nonton BF. Sebaliknya, tak sedikit pula orang yang tak suka BF, merasa jijik, dan bahkan terhina, atau malah menganggap pasangannya mulai "tak waras" karena mengajaknya nonton film jenis itu sebelum mereka berhubungan seks.
Jika Anda rajin menyimak rubrik konsultasi seks di sejumlah media cetak, cukup banyak pembaca yang mempertanyaan soal penggunaan BF ini. Umumnya, mereka cenderung memandang negatif dan menganggapnya sebagai film porno yang tak layak ditonton. Lantas, bagaimana sebenarnya?
BANGKITKAH GAIRAH
Dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, MARS tak mengelak, banyak pasangan merasa jijik melihat film biru. Tapi, "Kenyataannya mereka juga membutuhkan, kok!" tukas ahli kebidanan & penyakit kandungan yang belakangan lebih dikenal sebagai konsultan seks ini. Bahkan, sambungnya, data penelitian menunjukkan, hampir 97 persen remaja di Indonesia sudah pernah menontonnya. "Khususnya bagi pasangan suami-istri, masyarakat harus mulai belajar bahwa film biru tak selalu membawa dampak negatif." Dari situ, lanjut Boyke, "suami-istri bisa mendapatkan banyak manfaat untuk mengatasi kejenuhan hubungan mereka."
Menurut Boyke, ada beberapa syarat hubungan seks yang sehat. Yang nomor satu, seks harus dilakukan dalam ikatan perkawinan. Selanjutnya, dilakukan dengan cinta dan lewat komunikasi intim, serta dengan teknik dan variasi. Juga, harus ada keterlibatan emosi.
Agar gairah seks tetap bisa dipertahankan, dibutuhkan suasana hati atau mood. Jika pasangan sudah mengalami kejenuhan, maka mungkin perlu variasi. "Nah, film biru bisa dijadikan alternatif untuk membangkitkan mood pasangan," kata Boyke. Apalagi, seperti dikatakan Dr. Gerard Paat, MPH dari RS Sint. Carolus dalam kesempatan berbeda, "Film biru memiliki aspek perangsangan. Suami atau istri yang respon seksnya pelan, bisa dipercepat dengan menontonnya."
Boyke melihat, film biru diperlukan hanya sebagai bagian dari alat bantu. Sama halnya seperti melakukan hubungan seks dengan iringan musik, atau melakukannya di bawah lampu temaram, di kamar mandi, dan sebagainya. "Seks memang membutuhkan variasi tempat atau suasana, teknik, dan alat bantu untuk perangsangan. Nah, alat bantu ini bisa bermacam-macam, salah satunya film biru," jelas pengasuh acara konsultasi seks di sebuah radio swasta ini.
Selain itu, ia juga bisa menjadi sumber informasi. "Banyak pria yang sangat konservatif dan hanya 'main tembak langsung'. Nah, dengan melihat film jenis itu, ia akan mengetahui bagaimana cara berhubungan seks yang benar," kata Boyke.
JANGAN NYANDU
Kendati demikian, pasangan suami-istri tetap harus waspada dan sadar, bahwa tak semua film biru layak ditonton. Boyke menganjurkan, "Pilih film-film yang mempunyai alur cerita atau film yang memang menyajikan pendidikan seks. Jadi, tak semata menggambarkan hubungan seks, melainkan menggambarkan pula pentingnya misalnya foreplay, ruangan, atau musik pengiring saat berhubungan seks." Dengan begitu, orang bisa belajar betapa penting romantisme atau keterlibatan emosi dalam suatu hubungan seks. Dengan kata lain,bukan nafsu belaka.