Gairah Menurun, Obat Kuat Bukan Jaminan

By nova.id, Senin, 8 Februari 2010 | 06:23 WIB
GAIRAH MENURUN OBAT KUAT BUKAN JAMINAN (nova.id)

Banyak penyakit yang bisa menyebabkan menurunnya gairah seks. Misal, penyakit gula (diabetes). "Diabetes memang tak bisa disembuhkan, tapi akibatnya bisa dikurangi. Misalnya, dengan minum obat anti diabetes, sehingga kadar gula dalam darah terkontrol dan tak menyebabkan kerusakan pembuluh darah atau saraf, sehingga gairah bisa dipertahankan untuk masa tertentu," jelas lulusan FKUI pada 1962 ini. Contoh penyakit lain yang bisa menyebabkan turunnya gairah seks ialah darah tinggi (hipertensi). "Tapi pengobatannya harus dengan obat yang tak menambah kelemahan seks. Pasalnya, ada obat hipertensi yang justru mengurangi kemampuan ereksi," lanjutnya.

Yang seringkali terjadi, dokter merasa cukup ahli untuk menangani, misalnya dengan memberi obat penambah hormon. "Padahal, pemeriksaan hormon hanya bisa menunjukkan total hormon yang ada dalam darah. Ia tak bisa membedakan antara testosteron bebas dan tak bebas. Yang punya pengaruh terhadap gairah seks ialah testosteron bebas yang jumlahnya sangat sedikit dan subyektif," terang Gerard Paat.

Ada orang yang jumlah hormonnya sedikit, tapi masih punya gairah. Ada pula yang jumlah hormonnya cukup banyak, tapi gairahnya sudah tak ada, tergantung dari kondisi tubuh yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya saja faktor keturunan, gizi, kejiwaan, iklim, dan faktor kesehatan pada umumnya. Contoh soal iklim, kata Gerard Paat, "Cuaca yang dingin bisa membuat orang sakit, sehingga tak bisa ereksi. Nah, semua ini mempengaruhi kondisi tubuh secara menyeluruh yang bisa mempengaruhi kualitas hormon tadi."

Jika turunnya gairah disebabkan faktor penyakit, tergolong mudah penanganannya. Tak demikian halnya bila disebabkan faktor psikologis. "Acapkali penyebab psikologis menyangkut pribadi. Mungkin harga diri yang menurun di hadapan pasangan, mungkin stres yang tak ada hubungannya dengan perkawinan, stres karena krismon, atau stres dalam keluarga," jelas konsultan perkawinan ini.

Bila ini yang terjadi, psikolog atau penasehat perkawinan merupakan alamat yang tepat untuk dikunjungi. Pasangan yang memikili problem, harus berbicara tentang apa yang dirasakannya, diharapkannya, sehingga akhirnya menemukan jalan keluar.

OBAT KUAT MALAH BAHAYA

Apa pun faktor penyebabnya, pengobatan untuk meningkatkan atau memulihkan gairah, tak bisa langsung berhasil. "Jangan berharap, sekali datang ke ahli, lalu semua persoalan jadi beres," kata Gerard Paat. Juga, belum tentu sekarang diberi obat penambah hormon, lantas besoknya gairah membaik. Kadang butuh waktu lama untuk mendapatkan hasil. Apalagi jika penyebabnya faktor kejiwaan. Misal, stres karena utang bertumpuk. "Jika masalah utangnya belum selesai, bagaimana jiwa orang yang bersangkutan bisa tenang? Padahal, itu penting," lanjutnya.

Bagaimana dengan obat kuat yang belakangan ini makin gencar dipromosikan? "Penggunaan obat kuat juga tak menyelesaikan masalah. Secara ilmiah, obat kuat sebetulnya tak ada. Yang ada ialah obat penambah hormon. Mereka yang jumlah hormonnya menurun memang bisa diberi obat yang mengandung hormon. Nah, obat inilah yang biasa disebut obat kuat," jelas lulusan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat UI pada 1967 ini.

Obat semacam ini hanya berguna bagi para lansia yang hormon testosteron-nya rendah. Bagi mereka yang masih muda, sebetulnya tak perlu. "Bahkan justru bisa membahayakan. Pasalnya, jumlah hormon yang dimilikinya sebetulnya normal. Nah, begitu ia minum obat penambah hormon, maka produksi hormonnya justru berhenti sehingga perlu waktu lama untuk mengembalikan produksi hormonnya," papar Gerard Paat. Karena itu, suami-istri wajib memelihara gairah seks dengan mencegah sebab-sebab tadi. Kecuali yang sifatnya alami, seperti usia.

SEKS BUKAN UTAMA

Yang harus disadari oleh suami-istri ialah, setiap masalah seks dalam perkawinan tak bisa diselesaikan secara sepihak. Masalah harus diselesaikan bersama-sama. Suami yang impoten, misalnya, tak bisa hanya ia saja yang pergi ke dokter. Istri pun harus ikut agar mengetahui obat dan apa yang bisa dilakukannya untuk membantu pengobatan sang suami.

Apalagi jika kemudian ditemukan penyebabnya adalah sang istri sendiri. Bisa saja suami tak bergairah pada istrinya, tapi pada wanita lain justru sebaliknya. Ini bisa terjadi karena berbagai sebab. Umpamanya, istri selalu menolak tiap kali diajak berhubungan seks, entah dengan alasan capek, tak berminat, sedang pusing, dan lainnya. Atau istri bersikap galak, mudah marah, dan tak menjaga penampilan. Karena menganggap cuma di rumah, ia berpakaian seenaknya, tak mengurus badan, dan lainnya. "Tentu saja, suami jadi tak bergairah," tukas Gerard Paat.

Perlu pula disadari, seks bukan unsur paling utama dalam sebuah perkawinan. Masih banyak hal lain yang bisa membuat hubungan suami-istri jadi bermasalah atau sebaliknya. "Banyak, kok, pasangan yang tak melakukan hubungan seks karena berbagai alasan. Misalnya karena sakit, usia, atau karena konsensus bersama. Jadi, tak selalu gairah seks yang menurun bisa menimbulkan masalah dalam perkawinan," kata Gerard Paat.

Termasuk juga, lanjut Gerard Paat, tak selalu kelainan seksual, seperti impotensi, menjadi masalah bagi pasangan. "Itu tergantung dari persepsi pasangan tentang seks," katanya. Jika pasangan menempatkan seks sebagai suatu kebutuhan mutlak, tentu saja menurunnya gairah seks bisa memicu timbulnya masalah. Tapi bila pasangan menempatkan seks sebagai suatu sarana untuk menciptakan kebersamaan dan kebersamaan itu sudah terwujud melalui sarana lain, maka seks bukan lagi menjadi satu-satunya hal yang pokok.

Agar Gairah Tetap Membara

Sebenarnya tak ada alasan bagi suami atau istri untuk kehilangan gairah terhadap pasangannya. Tentu saja, untuk menjaga gairah seks diperlukan berbagai upaya. Tips dari Dr. Gerard Paat, MPH di bawah ini mungkin bisa membantu Anda. *Jaga keharmonisan hubungan. Pasangan harus memiliki semangat untuk berkorban dan saling mengerti. Jika tiap hari selalu cekcok, mana mungkin timbul gairah? * Jaga daya tarik Anda. Tak ada salahnya istri bersolek untuk suami, bukan? Begitu pun suami, tak ada ruginya menjaga berat badan dan penampilan, misalnya. * Istirahat cukup dan makan makanan yang seimbang. *Segera berobat jika sakit. Hindari mengkonsumsi alkohol dan obat penenang yang berlebihan.  

Hasto Prianggoro