Itulah mengapa Nartono melihat ada pengaruhnya antara masalah kebudayaan setempat dengan terjadinya SIDS. Apalagi di dunia kedokteran juga ada slogan yang berbunyi: the medicine is a science and an art yang artinya, ilmu kedokteran merupakan gabungan antara ilmu dan seni. "Jadi, walau di Barat SIDS begitu menakutkan, namun di Indonesia tidaklah demikian," tandas penguji tesis peserta Pendidikan Dokter Spesialis Anak FKUI ini.
Memang, Nartono mengakui, di negeri kita juga pernah ditemukan kasus kematian mendadak pada bayi. "Tapi kematian tersebut diketahui penyebabnya dengan jelas, yakni karena si bayi gumoh dan gumohnya masuk ke dalam saluran nafas." Jadi, bukan lantaran SIDS yang menakutkan itu. Nah, dalam hal ini Nartono menyarankan agar bayi jangan diberi ASI maupun susu formula secara berlebihan.
"Ibaratnya kita mengisi bensin mobil yang kapasitasnya 60 liter, namun diisi dengan 70 liter, tentunya akan tumpah keluar. Demikian pula dengan bayi yang mengalami gumoh." Selain itu, setiap habis minum atau pertengahan minum, sebaiknya bayi disendawakan, agar udara yang tertelan bayi ketika minum akan keluar melalui sendawa. Nartono yakin sekali, kebudayaan tidur sekamar dengan bayi atau setidaknya mengawasi bayi dengan saksama selagi ia tidur adalah cara jitu untuk menghindari SIDS. bersambung
Faras Handayani /nakita