Konon, tidur tengkurap bisa menyebabkan terjadinya kematian mendadak pada bayi. Sejauh mana kebenarannya?
Banyak ibu merasa ragu untuk menidurkan bayinya dalam posisi tengkurap. Pasalnya, beberapa tahun lalu muncul penelitian yang mengatakan bahwa tidur tengkurap pada bayi bisa menyebabkan terjadinya SIDS. Itu, lo, Suddent Infant Death Syndrome atau sindroma kematian mendadak pada bayi. Ih, serem, ya!
Di beberapa negara Barat seperti Eropa, USA, Canada, Inggris, dan Australia, SIDS menjadi salah satu penyebab kematian utama pada bayi. Angka statistik yang dikeluarkan The National Centre Of Health di Amerika mengatakan, pada 1997 sekitar 0,69 dari 1000 bayi mengalami kematian yang disebabkan oleh SIDS. Tapi, benarkah SIDS terjadi lantaran bayi tidur tengkurap?
Ternyata, sampai sekarang belum diketahui penyebabnya secara pasti. "Tapi ada kemungkinan karena kurangnya penjagaan orang dewasa," ujar Prof.Dr.dr. Nartono Kadri, Sp.A(K). Apalagi, SIDS umumnya terjadi di malam hari. Bukankah pada saat itu kita biasanya sudah terlelap tidur? Lain halnya di siang hari, walau di negara Barat sekalipun, orang dewasa banyak yang seliwar-seliwer alias mondar-mandir untuk mengawasi bayi. Nah, karena kurangnya pengawasan di malam hari inilah, sehingga bila terjadi apa-apa pada si bayi akan sulit diketahui.
Hasil Penelitian SIDS, terang Nartono lebih lanjut, umumnya terjadi pada orok atau bayi yang baru lahir hingga usia 28 hari. Walaupun pada beberapa kasus juga ditemukan terjadi pada bayi berusia lebih dari satu bulan. "Pada awalnya, ada teori yang mengatakan bahwa SIDS disebabkan oleh tersumbatnya jalan nafas bayi." Sumbatan tersebut terjadi, entah karena posisi waktu tidur atau karena ada suatu benda di luar bayi semisal tertutupnya muka bayi oleh selimut. "Ada pula yang mengkaitkan SIDS dengan seasoning," lanjut staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini. Dari beberapa hasil penelitian ditemukan, hanya pada musim-musin tertentu SIDS sering terjadi.
Diperkirakan pada musim dingin. Sebab, pada musim tersebut orang cenderung menggunakan selimut yang tebal. Sehingga, saat si bayi terkelepek karena mukanya tertutup selimut, tak ada yang mengetahui. Akibatnya, terjadilah SIDS. Belakangan, muncul beberapa teori dari berbagai penelitian yang mengkaitkan SIDS dengan masalah virus dan daya tahan tubuh atau imunologi bayi. Khusus untuk penyebab daya tahan bayi, sebagian peneliti percaya bahwa SIDS lebih sering menimpa bayi-bayi yang kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan). "Bayi-bayi prematur ini dianggap lebih berisiko terkena SIDS karena banyak organnya yang immature atau masih muda," jelas Nartono.
POSISI TIDUR
Namun begitu, dari sekian banyak penelitian, belum ada yang bisa menentukan secara pasti apa penyebab sebenarnya dari SIDS. Nartono mengidentikkan perkembangan SIDS dengan slogan di dunia kedokteran yang berbunyi: the medicine is a long life study atau ilmu kedokteran selalu berkembang terus. Artinya, masih bisa ditemukan lagi kemungkinan lain penyebab terjadinya SIDS. Oleh karena itu, peneliti Barat hanya "bermain" dengan statistik untuk menjawab pertanyaan tersebut, yang bisa dikelompokkan dalam 3 hal. Pertama, posisi tidur bayi. Entah sejauh mana kebenarannya, yang jelas, semenjak American Academy of Pediatrics pada 1992 menyarankan agar bayi ditidurkan dengan posisi telentang atau miring ke kanan, data menunjukan penurunan drastis terjadinya SIDS di Amerika.
Posisi tidur miring ke kanan, terang anggota Tim Penguji Evaluasi Nasional Ilmu Kesehatan Anak ini, berkaitan dengan kantong nasi. "Kantong nasi kita letaknya di sebelah kiri badan dan mulutnya ada di kanan. Sehingga, bila bayi tidur miring ke kanan sesudah disusukan, isi kantong jadi akan cepat kosong. Dengan demikian, kalau bayi gumoh pun, susunya akan langsung jatuh ke bawah." Yang kedua ialah jenis tempat tidur.
Di Amerika, sekitar 900 bayi meninggal kekurangan nafas karena ditidurkan di kasur yang terlalu empuk. Oleh sebab itu, "sebaiknya orang tua membaringkan bayinya di tempat tidur yang memiliki kasur padat dan datar," anjur Nartono. Selain itu, jauhi tempat tidur bayi dari pelengkap tidur yang berlebihan, seperti guling atau selimut. Sementara hal ketiga adalah bayi kecil atau prematur. Seperti sudah diutarakan di atas, bayi prematur berisiko terkena SIDS lantaran banyak organnya yang masih muda.
PERBEDAAN KEBUDAYAAN
Untungnya, seperti dikatakan Nartono, kasus SIDS tak ditemui di negeri kita. Pasalnya, kebudayaan kita berbeda dengan kebudayaan di Barat. Maksudnya, budaya tidur sekamar dengan anak. Di Barat, sebutlah Eropa, Amerika, Australia, Inggris dan Canada, bayi ditidurkan di kamar terpisah dengan orang tuanya. Sedangkan di Indonesia, "bayi jarang sekali ditinggal sendirian. Apalagi bayi yang baru lahir, biasanya selalu tidur dengan cara dikeloni ibunya." Kalaupun si ibu tak ada, pasti ada yang turut mengawasi. Entah itu babysitter atau neneknya. Dengan demikian, bila terjadi sesuatu pada bayi akan dengan cepat ketahuan.
Itulah mengapa Nartono melihat ada pengaruhnya antara masalah kebudayaan setempat dengan terjadinya SIDS. Apalagi di dunia kedokteran juga ada slogan yang berbunyi: the medicine is a science and an art yang artinya, ilmu kedokteran merupakan gabungan antara ilmu dan seni. "Jadi, walau di Barat SIDS begitu menakutkan, namun di Indonesia tidaklah demikian," tandas penguji tesis peserta Pendidikan Dokter Spesialis Anak FKUI ini.
Memang, Nartono mengakui, di negeri kita juga pernah ditemukan kasus kematian mendadak pada bayi. "Tapi kematian tersebut diketahui penyebabnya dengan jelas, yakni karena si bayi gumoh dan gumohnya masuk ke dalam saluran nafas." Jadi, bukan lantaran SIDS yang menakutkan itu. Nah, dalam hal ini Nartono menyarankan agar bayi jangan diberi ASI maupun susu formula secara berlebihan.
"Ibaratnya kita mengisi bensin mobil yang kapasitasnya 60 liter, namun diisi dengan 70 liter, tentunya akan tumpah keluar. Demikian pula dengan bayi yang mengalami gumoh." Selain itu, setiap habis minum atau pertengahan minum, sebaiknya bayi disendawakan, agar udara yang tertelan bayi ketika minum akan keluar melalui sendawa. Nartono yakin sekali, kebudayaan tidur sekamar dengan bayi atau setidaknya mengawasi bayi dengan saksama selagi ia tidur adalah cara jitu untuk menghindari SIDS. bersambung
Faras Handayani /nakita