Kala Si Kecil "Masuk Angin"

By nova.id, Senin, 12 Juli 2010 | 17:12 WIB
Kala Si Kecil Masuk Angin (nova.id)

Namun orang tua perlu berhati-hati ketika membalurkan bawang merah pada bayi. Kendati efek bawang merah tak sampai masuk ke tubuh, tapi bila cara membalurkannya terlalu keras dan terlalu dalam, maka kulit bayi bisa menjadi hitam dan mengelotok. Oleh sebab itu, anjur Sri, bawang merah sebaiknya tak digunakan pada bayi berusia 6 bulan ke bawah. "Bawang merah sebaiknya hanya digunakan pada bayi yang sudah berusia 6 bulan ke atas karena daya tahan tubuhnya sudah lebih baik. Para ibu juga harus kira-kira kalau menggosok bayinya, jangan terlalu bersemangat karena nanti kulit malah jadi rusak." Sementara untuk bayi usia di bawah 6 bulan, anjurnya, berikanlah cairan yang sifatnya tak terlalu panas seperti minyak telon.

JANGKA WAKTU TIGA HARI

Apabila setelah dicoba diobati sendiri, namun gejala tetap berlanjut dalam tiga hari, berarti bayi harus segera diperiksakan ke dokter. Ingat, "masuk angin" hanya merupakan gejala awal dari suatu penyakit yang mungkin saja lebih serius. "Kalau tiga hari diobati tapi tak ada perbaikan sama sekali, misalnya, perut masih tetap kembung, buang air besarnya masih lembek terus, muntah dan demamnya masih hilang-timbul, atau rewelnya masih terus, maka sebaiknya bayi dibawa ke dokter," kata Sri.

Jangka waktu tiga hari ini tentu saja bukan patokan baku. Jadi, bila sebelum tiga hari namun gejala yang diderita bayi makin menghebat, tentunya orang tua harus langsung membawa si bayi ke dokter. Misalnya, demam si bayi semakin tinggi bahkan disertai kejang atau setiap makan terus muntah atau mencret, "nah, ini jangan ditunggu-tunggu lagi, harus dibawa ke dokter. Pokoknya, kalau ada keluhan memberat dalam tiga hari harus cepat-cepat dibawa ke dokter. Karena itu jelas bukan 'masuk angin' lagi," tutur Sri.

Khusus muntah, jelas Sri, apabila hanya terjadi satu atau dua kali dan tidak disertai demam, sebenarnya tak selalu memerlukan obat. Karena hal itu bisa disebabkan oleh teknik memberi ASI atau memberi susu botol yang kurang tepat. "Kalau memberi ASI sebaiknya jangan sambil tiduran, karena payudara ibu menjadi miring. Kalau miring berarti ada udara. Nah, udara ini nantinya bisa terisap si bayi. Akibatnya, bayi jadi gampang muntah."

Begitu pula halnya dengan pemberian susu botol, tekniknya harus tepat. "Posisi botol jangan separuh miring tapi harus benar-benar menungging sehingga botol penuh dengan susu. Kalau posisi botol miring akan terisi udara, sama halnya dengan memberi ASI sambil tidur akan membuat bayi menjadi muntah," lanjut Sri.

Penyebab lain dari muntah ialah jangka waktu yang berdekatakan ketika memberi susu. Biasanya jarak yang sering menjadi patokan adalah dua jam. Nah, bila dalam selang waktu tersebut si bayi sudah diberi susu lagi maka lambungnya masih penuh. Tak heran kalau susu akhirnya tumpah keluar dalam bentuk muntah.

Selain itu, susu yang sudah basi (susu botol) atau cara penyajiannya yang kurang higienis juga bisa membikin bayi muntah.

Hati-hati Membawa Bayi Bepegian

Banyak orang tua yang merasa bayinya "masuk angin" setelah diajak berpergian, lantaran si bayi rewel terus. Padahal, seperti dituturkan DR. Sri Rezeki, penyebab kerewelan tersebut ialah perubahan hawa, perubahan lingkungan dan kelelahan. "Bisa dibayangkan kalau bayi dibawa dari Jakarta ke Bandung. Dia digendong dalam pelukan terus. Itu, kan, enggak rileks. Kita saja kalau duduk diam terus jadi enggak rileks. Nah, bayi juga begitu."

Belum lagi jika di kendaraan umum ada yang merokok atau mungkin sakit flu, sehingga lingkungan yang dihirup si bayi juga tak sehat. Itulah mengapa Sri menganjurkan agar orang tua sebaiknya tak membawa pergi bayi, terutama bayi yang masih terlalu kecil atau berusia di bawah 3 bulan. Karena terangnya, "Bayi usia tersebut masih belum memiliki daya tahan sebaik bayi yang berusia di atasnya, sehingga lebih gampang 'masuk angin'."

Jikapun orang tua tetap ingin membawa pergi si bayi, anjur Sri, janganlah si bayi dipangku selamanya, "tapi juga ditidurkan." Untuk itu, sediakan space khusus di kendaraan agar si bayi bisa tidur. "Tapi harus dijaga, ya, jangan sampai si bayi terpental, karena dia, kan, tidak menggunakan car seat." Car seat adalah alat yang bisa membantu bayi duduk/berbaring dengan nyaman dalam mobil selama perjalanan.

Sri juga menganjurkan agar orang tua sebaiknya memilih bepergian dengan menggunakan kereta api daripada bus, bila tak ada kendaraan pribadi. Sebab, kereta api goncangannya tak banyak dan space-nya pun lebih longgar ketimbang bus. "Tapi kalau memang harus naik bus, sebaiknya bayi dikasih vitamin agar daya tahannya lebih baik," anjur Sri lagi.

Selain itu, tambah Sri, orang tua juga perlu melakukan tindakan preventif terhadap bayi dari orang-orang di sekelilingnya. "Biasanya kalau bayi dibawa pergi, seringkali orang banyak yang mencubiti dan menciuminya karena gemas. Sebaiknya hal itu enggak usah terjadi, deh." Jadi kalau ada orang dekat-dekat dengan si bayi, katakan saja secara sopan, "Bayi saya agak rentan, jadi jangan dicium dulu."

Faras Handayani/nakita