Kala Si Kecil Mulai Bertingkah

By nova.id, Selasa, 29 Juni 2010 | 17:11 WIB
Kala Si Kecil Mulai Bertingkah (nova.id)

Cara lain ialah pindahkan si anak. "Atau, orang tua yang pindah," ujar Mitha seraya berpesan agar anak jangan dimarahi tapi ajaklah bicara. "Anak harus paham bahwa tingkahnya itu sangat mengganggu orang lain. Jadi, mau tak mau ia harus menghentikannya." Untuk itu, anak harus diajak bicara. "Jelaskan kepadanya mengapa orang tua tak suka ia berbuat seperti itu."

Selain itu, orang tua juga harus memperlihatkan rasa tak sukanya terhadap perilaku si anak yang mengganggu itu. Misalnya, dengan mengabaikan. "Jadi, enggak usah didengarkan atau diikuti ocehan si anak." Ini biasanya akan memberikan pemahaman kepada anak, "Oh, cara kayak gini nggak sukses, nih." Sehingga akhirnya si anak akan berhenti mengganggu.

Menurut Mitha, yang perlu ditanamkan pada anak adalah, ketika seseorang sedang melakukan sesuatu dan itu tak melibatkan dirinya, maka anak harus belajar untuk tak terlibat dalam kegiatan itu. "Ia harus memahami bahwa ketika ibunya mengatakan tidak, itu memang berarti tidak. Tapi itu tak berarti si ibu enggak sayang padanya. Biasanya anak kalau sudah dilarang, kan, jadi nelongso."

Bagaimana jika perilaku mengganggu justru muncul kala orang tua sedang menerima tamu? Saran Mitha, ajari si anak bagaimana menghadapi orang baru atau tamu. Misalnya, "Kalau Kakak mau kenalan, ayo, salaman sama Tante." "Jadi, anak diajarkan keterampilan bersosialisasi."

HUKUM DAN PUJIAN

Mitha minta dengan sangat agar orang tua tak menerapkan hukuman fisik pada anak yang mengganggu. Misalnya, memukul atau mencubit. Selain itu, orang tua juga tak boleh memberi label pada anak, seperti, "Kamu, kok, nakal banget, sih. Anak enggak tahu aturan." Apalagi jika label tersebut seringkali diberikan, karena akan membuat si anak lama-lama "mengakui" bahwa dirinya memang nakal, tak tahu aturan. "Akhirnya, anak akan makin nakal. Kalau ada tamu atau orang tua sedang menelepon, ia akan semakin bertingkah."

Bila perilaku mengganggunya memang sudah keterlaluan, saran Mitha, terapkan hukuman time out. Misal, anak mengganggu di ruang makan. "Anak bisa dimasukkan ke ruangan dimana ia tak bisa melanjutkan kesenangan yang didapatnya dengan mengganggu di ruang makan." Tapi, pesan Mitha, ruangannya jangan yang gelap. "Kalau anak dimasukkan ke kamar yang gelap, bukannya membuat ia jera malah takut." Jadi, masukkan ke ruangan yang terang namun si anak tak bisa bermain di sana. Waktu pengucilannya juga jangan lama-lama, "Cukup 5 atau 10 menit saja. Kalau terlalu lama malah bikin 'penyakit' yang lain." Setelah itu barulah ia boleh bermain lagi.

Namun orang tua hendaknya jangan hanya bisa menghukum kala anak bertingkah buruk, tapi juga harus memberikan pujian bila anak bertingkah baik. Malah, Mitha menganjurkan agar orang tua lebih memperhatikan pada perilaku baik yang dilakukan anak. "Jadi, lebih baik mengobral pujian daripada mengobral kemarahan." Sebab, terangnya, kalau orang tua lebih memfokuskan pada kenakalan anak, maka akan lebih menyusahkan dan tak efektif. "Anak justru akan semakin nakal." Sebaliknya, bila orang tua mau melatih diri untuk memuji anak setiap kali melakukan hal-hal baik, maka akan membuat anak sibuk mencari perilaku baik apa lagi yang harus dilakukannya agar orang tuanya senang dan ia mendapat pujian lagi.

Akhirnya, ujar Mitha, perilaku mengganggu sebenarnya bisa dicegah. Caranya dengan memperhatikan hal-hal yang bisa membuat anak mengganggu. Misalnya, anak ingin ditemani bermain. "Nah, orang tua jangan pilih waktu di mana sedang bermain dengan anak untuk mengobrol dengan orang lain atau menelepon." Kalau tidak, anak akan kesal. "Sedang asyik dibacakan cerita, misalnya, eh, tiba-tiba si ibu ninggalin dan menelepon berlama-lama. Ya, enggak heran kalau akhirnya anak akan mengganggu si ibu."

Pesan Mitha, bila orang tua berbicara di telepon hanya sekadar mengobrol yang tak begitu penting, sebaiknya batasilah pembicaraan tersebut. Si anak sebaiknya juga diberi tahu, misalnya, "Oke, Mama bicara 5 menit, nanti setelah itu kita main lagi." Namun tentunya orang tua harus tepat janji. "Kalau orang tua bilang mau telepon 5 menit, ya, harus 5 menit. Jangan malah molor sampai belasan menit. Karena hal itu akan menjadi 'senjata' buat anak. Begitu melihat si ibu telepon, ia akan mengganggu lagi."

Jadi, kalau si kecil mengganggu lagi, jangan dimarahi, lo.

Hasto Prianggoro/nakita